Sunday, March 15, 2015

Krtik Sanad Dan Matan Hadits



KRITIK SANAD MATAN HADITS
Makalah Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Ulumul Hadits
Dosen Pengampu: Drs. Ikhrom M.Ag

Direvisi oleh,
Baihaqi            (133111013)
                       

FAKULTAS LMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang pertama setelah Al-qur’an. Dan selain berkedudukan sebagai sumber hukum juga berfungsi sebagai penjelas, perinci dan penafsir Alquran, oleh karena itu otentisitas sumber Hadis adalah hal yang sangat penting.
Untuk mengetahui otentik atau tidaknya sumber Hadits tersebut maka kita harus mengetahui dua unsur yang sangat penting yaitu sanad dan matan. Kedua unsur tersebut mempunyai hubungan fungsional yang dapat menentukan eksistensi dan kualitas suatu Hadis. Sehingga sangat wajar manakala para muhadditsin sangat besar perhatiannya untuk melakukan penelitian, penilaian dan penelusuran Hadits dengan tujuan untuk mengetahui kualitas Hadits yang terdapat dalam rangkaian sanad dan matan yang diteliti, sehingga Hadits tersebut dapat dipertanggungjawabkan keotentikannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka makalah ini mencoba untuk memaparkan bagaimana melakukan penelitian terhadap sanad dan matan Hadits, yang terlebih dahulu kita memahami pengertian, tujuan, urgensi, dan standar acuan  penelitian sanad dan matan Hadits.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sanad, matan, dan perawi hadits ?
2.      Apa saja urgensi kritik sanad dan matan ?
3.      Apa tujuan kritik sanad dan matan ?
4.      Apa standar acuan kritik sanad dan matan ?
5.      Bagaimana langkah-langkah kritik sanad dan matan hadits ?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian sanad, matan, dan perawi hadits
2.      Mengetahui urgensi kritik sanad dan matan
3.      Mengetahui tujuan kritik sanad dan matan
4.      Mengetahui standar acuan kritik sanad dan matan
5.      Mengetahui langkah-langkah kritik sanad dan matan hadits

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sanad, Matan, Periwayat, dan Perawi Hadits
·         Pengertian Sanad
Sanad menurut bahasa berarti sandaran atau pegangan (al-mu’tamad). Sementara pengertian sanad menurut istilah ilmu hadits adalah jajaran orang-orang yang membawa hadits dari Rasul, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ At- Tabi’in, dan seterusnya sampai kepada orang yang membukukan hadits tersebut.
Sementara ‘Ajjaj al-Khatib sebagaimana dikutip oleh Totok Jumantoro, mengemukakan pengertian sanad sebagai berikut:
ﻫﻮ ﻃﺮ ﻳﻖ ﺍﻠﻣﺘﻦ ﺃﻱ ﺴﻠﺳلة ﺍﻠﺮ ﻮﺍﺓ ﺍﻠﺬ ﻳﻦ ﻧﻗﻠﻮﺍ ﺍﻠﻣﺘﻦ ﻋﻥ ﻤﺼﺩﺭﻩ ﺍﻻﻮﻞ
Artinya:
“Sanad adalah jalan kepada matan, yaitu silsilah para perawi yang memindahkan matan dari sumbernya yang pertama.

·         Pengertian Matan
matan (al-matn) dari sisi bahasa adalah tanah yang meninggi, ada pula yang mengartikan matan dengan kekerasan, kekuatan dan kesangatan. Dengan demikian, pengertian matan dari sisi bahasa adalah menunjukkan nama bagi segala sesuatu yang sifatnya keras, kuat, dan menjadi bagian inti.
Sementara pengertian matan menurut istilah adalah sebagaimana dalam kutipan Totok Jumantoro,  Ajjaj Al-Khattib di bawah ini:
الفاظ الحديث التى تتقوم بهامعا نيه
Artinya: “
“Lafadhz hadis yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu”.

·         Pengertian Perawi
Rawi atau “arawi” berarti orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadits. Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan hadits.[1]
B.     Urgensi Kritik Sanad dan Kritik Matan
Secara praktis, argumen yang mendasari pentingnya penelitian hadits ini dapat ditinjau dari dua sisi utama, yaitu : pertama, terkait dengan posisi hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al-qur’an. Kedua, terkait dengan historisitas hadits yang mengalami banyak ancaman. Dari dua sisi tersebut kemudian para Muhadditsin mengemukakan beberapa alasan yang mendasar pentingnya melakukan kritik hadits.
Pada tabel di bawah ini, terdapat pemetaan beberapa urgensi kritik hadits ditinjau dari sisi perjalanan sejarah kritik hadits, yaitu sebagai berikut :
No.
Periode
UrgensiKritikHadis
1.
MasaHidupNabi Saw.
1.          Memberikanperhatiankhususkepadasumber agama Islam.
2.          Mengokohkanhatisahabatdalammengamalkanajaran Islam.
2.
MasaSahabat - Abad 1 Hijriyah
3.          TidakseluruhhadistertulispadamasaNabi Saw.
4.          Kedudukanhadissebagaisalahsatusumberajaran Islam mengharuskansahabatuntukbersikaphati-hatidalammenerimanya.
5.          Terjadi proses transformasihadissecaramakna.
6.          Terjadipemalsuanhadis.[2]
3.
Abad 2- 14 Hijriyah
7.          Penghimpunanhadissecararesmiterjadisetelahberkembangnyapemalsuanhadis.
8.          Terkadangkitab-kitabhadishanyamenghimpunnhadis, makahaliniperluditelitilebihlanjut.
9.          Munculredaksihadis yang bertentangan.[3]
4.
Abad 15-Sekarang
10.      Memeliharakhazanahkeilmuan Islam.
11.      Meminimalisirperbedaanpendapatdalamkawasanprodukhukumsyari’at.
12.      Mendeteksihadisdha’ifdalamkitab-kitab Islam yang terkadangdijadikannyasebagaidaliltuntunanamalibadah.
13.      Mengembangkanmetodologipenelitianhadiskearah yang lebihbaik agar umatmuslimdapatmenghadapituduhanorientalisterhadapotentisitashadissecaraadil.
14.      Membangunsikapkehati-hatiandalammemakaihadis yang tidakdapatdipertanggungjawabkansebagailandasanibadahsehari-hariataubahkansebagailandasandalammenetapkansuatuhukum.

C.    Tujuan Kritik Sanad dan Kritik Matan[4]
Tujuan pokok penelitian hadis, baik dari segi sanad maupun dari segi matan, adalah untuk mengetahui kualitas hadis yang diteliti. Hadis memiliki kriteria syarat dalam menentukan kualitas pada hadis. Hadis yang kualitasnya memenuhi syarat dapat digunakan sebagai hujjah. Pemenuhan syarat tersebut dibuthkankan, karena hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Semua itu bertujuan menjaga keutuhan ajaran Islam sesuai jalannya.
Penelitian pada hadis perlu dilakukan penelitian secara berulang-ulang. Penelitian ulang merupakan bentuk upaya untuk mengetahui seberapa jauh tingkat akurasi penelitan ulama terhadap hadis yang mereka teliti, untuk menghindarkan diri dari penggunaan dalil hadis yang tidak memenuhi syarat jika dilihat dari segi kehujjahannya.

D.    Standar Acuan Kritik Sanad dan Matan
sebuah hadits dapat diterima periwayatannya apabila telah memenuhi standar/persyaratan-persyaratan tertentu sehingga hadits tersebut berpredikat. Para ulama hadits menetapkan pesyaratan dapat diterimanya sebuah hadits sebagai hadits-hadits absah dengan lima syarat. Lima syarat tersebut adalah :
1.      Rangkaian sanad (periwayat hadits) yang bersambung. Dengan persyaratan ini maka tidak diterima hadits yang munqati, muaddal, mu’allaq, mursal, mudallas, dan mursal khafi
2.      Hadits tersebut diriwayatkan oleh periwayat yang adil atau orang yang konsisten dalam menjalankan agamanya, berakhlak mulia, terpelihara dari sifat-[5]sifat fasiq dan dapat menjaga muru’ah. Dengan persyaratan ini, maka hdits matruk tidak dapat diterima[6]
3.      Hadits tersebut diriwayatkan oleh para periwayat yang dhabit yaitu memahami apa yang didengar dan menghafalnya ketika dibacakan hadits. Dia juga harus dapat menjaga hafalannya semenjak ia mendengar hadits tersebut dari gurunya (tahammul) sampai dia membacakannya kembali kepada orang lan (al-ada’). Seorang periwayat disebut hafiz dan ‘alim, apabila ia meriwayatkan hadits dari hafalannya. Seorang periwayat dikatakn fahim apabila ia meriwayatkan hadits dari pengertian dan pemahaman (ma’nawi). Seorang periwayat juga harus memelihara catatan haditsnya dari perubahan, baik mengurangi, menambah, mangganti atau menukar dari bentuk aslinya. Dengan persyaratan ini maka tidak diterima hadits yang mudraj dan maqlub
4.      Tidak ada kejanggalan (syaz) dalam matan hadits. Pengertian syaz adalah periwayatan orang yang siqah bertentangan dengan periwayatan orang yang lebih siqah (ausaq minhu)
5.      Tidak ada kecacatan (illat) dalam matan hadits. Hadits mu’allal (yang ada cacatnya) adalah hadits yang dari luarnya tidak tampak adanya cacat, akn tetapi dapat diketahui setelah dilakukan penelitian yang mendalam. Seperti menganggap mursal hadits yang mausul, menganggap mausul hadits yang munqati atau menganggap marfu hadits yang mauquf.

E.     Langkah-Langkah Kritik Sanad dan Kritik Matan Hadits
1)   Langkah-langkah kritik sanad
1.  Melakukan I’tibar
Pengertian I’tibar disini adalah peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatu yang sejenis. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah hadits yang diteliti itu memiliki muttabi dan syahid ataukah tidak.Untuk  mempermudah proses al-‘tibar, maka diperlukan pembuatan skema seluruh sanad hadis yang akan diteliti. Pada pembuatan skema, ada tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, tiga hal itu adalah jalur seluruh sanad, nama-nama periwayat untuk seluruh sanad, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat.
2.  Meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya
a.    Kaedah kesahihan sanad sebagai acuankesahihan hadis adalah:
§  Sanad hadis yang bersangkutan harus bersambung mulai dari mukharrij-nya sampai kepada Nabi,
§  Seluruh periwayat dalam hadis itu harus bersifat adil dan dabit.
§  Sanad dan matannya harus terhindar dari kejanggalan (syuzuz) dan cacat (‘illat).
b.    Segi pribadi periwayat yang diteliti
-       Kualitas pribadi periwayat
Kualitas pribadi periwayat bagi hadits haruslah adil
-       Kapasitas intelektual
Periwayat yang kapasitas intelektualnya memenuhi syarat kesahihan sanad hadis disebut sebagai periwayat yang dabit
-       Sekitar Al-Jarh wat-Ta’dil
Al-Jarh wat-Ta’dil adalahkritik yang berisi celaan dan pujian terhadap para periwayat hadis.
-       Persambungan sanad yang diteliti
Persambungan sanad yang diteliti meliputi lambang-lambang metode periwayatan dan hubungan dengan metode periwayatannya. Lambang-lambang digunakan para periwayat untuk petunjuk tentang metode periwayatan.
Dari lambang-lambang itu dapat diteliti tingkat akurasi metode periwayatan yang digunakan oleh periwayat yang termuat namanya dalam sanad
-       Meneliti syuzuz dan ‘illah
-       Kitab-kitab yang diperlukan
Kitab yang digunakan dalam penelitian hadis tertuju kepada pribadi para periwayat hadis dan metode periwayatan hadis yang mereka gunakan
3.    Menyimpulkan hasil penelitian sanad
     Isi dari hadis harus berisi natijah (konklusi) kemudian dalam natijah harus disertai argumen yang jelas. Semua argumen dapat dikemukakan sebelum ataupun sesudah rumusan natijah dikemukakan. Pernyataan bahwa hadis yang bersangkutan berstatus mutawatir dan bila tidak demikian, maka hadis tersebut berstatus ahad. Untuk hasil penelitian hadis ahad, maka natijahnya mungkin berisi pernyataan bahwa hadis yang bersangkutan berkualitas shahih, hasan, atau dha’if.
2)   Langkah-langkah kritik matan
1.    Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya
Sebelum meneliti matan terlebih dahulu harus meneliti sanad. Ini tidak berarti bahwa sanad lebih penting daripada matan. Bagi ulama’ hadits keduanya sama-sama penting, hanya saja penelitian matan mempunyai arti apabila sanad hadits sudah jelas memenuhi syarat. Di samping itu setiap matan harus memiliki sanad, karena tanpa sanad, maka suatu matan tidak dapat dinyatakan sebagai sabda Nabi.
Menurut ulama’ hadits, suatu hadits barulah dinyatakan berkualitas sahih apabila sanad dan matan hadits sama-sama shahih. Dengan demikian, hadits yang sanadnya sahih dan matannya tidak shahih atau sebaliknya, tidak dinyatakan sebagai hadits shahih.
2.    Meneliti lafadz matan yang semakna
Salah satu sebab terjadinya perbedaan lafadz pada matan hadits yang semakna ialah karena dalam periwayat hadits telah terjadi periwayatan secara makna (ar-riwayah bil-ma’na). Menurut ulama’ hadits, perbedaan lafadz yang tidak mengakibatkan perbedaan makna, asalkan sanadnya sama-sama shahih, maka hal itu tetap dapat ditoleransi. Misalnya, hadits tentang niat yang berbeda-beda redaksi matannya.
3.    Meneliti kandungan matan
Kandungan dalam beberapa matan terkadang sejalan dan juga ada yang bertentangan. Pada matan yang sejalan, maka matan itu perlu diteliti sanad-nya. Jika memenuhi syarat, maka kegiatan muqaranah kandungan matan dilakukan. Apabila kandungan matan yang diperbandingan ternyata sama, maka dapatlah dikatakan bahwa kegiatan penelitian matan berakhir.
4.    Menyimpulkan hasil penelitian matan
Setelah semua langkah telah dilakukan, maka langkah terakhir adalah menyimpulkan hasil penelitian matan.Apabila dalam penelitian matan ternyata shahih dan sanadnya juga shahih, maka natijah disebutkan bahwa hadits tersebut adalah shahih. Apabila matan dan sanadnya berkualitas dhaif, maka natijah disebutkan bahwa hadits tersebut adalah dhaif Sedangkan kalau seandainya matan dan sanadnya berbeda kualitasnya, maka perbedaan itu harus dijelaskan.


BAB III
KESIMPULAN

1.      Pengertian sanad, matan dan perawi adalah :
Sanad              : sandaran atau pegangan (al-mu’tamad)
Matan              : Matan secara bahasa artinya sesuatu yang menjulang dan tinggi di
atas tanah. Secara istilah, matan adalah suatu kalimat tempat
berakhirnya sanad.
Perawi             : orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadits
2.      Urgensi kritik sanad dan matan yakni : pertama, terkait dengan posisi hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al-qur’an. Kedua, terkait dengan historisitas hadits yang mengalami banyak ancaman
3.      Tujuan kritik sanad adalah untuk mengetahui kualitas hadis yang diteliti
4.      Standar acuan kritik sanad :
a.       Rangkaian sanad (periwayat hadits) yang bersambung
b.      Hadits tersebut diriwayatkan oleh periwayat yang adil
c.       Hadits tersebut diriwayatkan oleh para periwayat yang dhabit
d.      Tidak ada kejanggalan (syaz) dalam matan hadits
e.       Tidak ada kecacatan (illat) dalam matan hadits
5.      Langkah-langkah kritik sanad dan matan :
a.       Langkah-langkah  kritik sanad
1.      Melakukan I’tibar
2.      Meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya
3.      Menyimpulkan hasil penelitian sanad
b.      Langkah-langkah kritik matan
1.    Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya
2.    Meneliti lafadz matan yang semakna
3.    Meneliti kandungan matan
4.    Menyimpulkan hasil penelitian matan




DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Syuhudi. 1992. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta : Bulan Bintan
Fudhali, Ahmad. 2005. Kritik atas hadits-hadits sahih. Yogyakarta : Pilar religia
sumbulah, umi. Kajian kritis ilmu hadits,halm.183





[2]UmiSumbulah, KajianKritisIlmuHadis, hlm. 183
3ibid,hlm 73

[4]Ismail, Syuhudi. 1992. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta : Bulan Bintan

[5]Fudhali, Ahmad. 2005. Kritik atas hadits-hadits sahih. Yogyakarta : Pilar religia


2 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More