KRITIK SANAD MATAN HADITS
Makalah Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Ulumul
Hadits
Dosen Pengampu:
Drs. Ikhrom M.Ag
Direvisi oleh,
Baihaqi (133111013)
FAKULTAS LMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang pertama setelah Al-qur’an. Dan
selain berkedudukan sebagai sumber hukum juga berfungsi sebagai penjelas,
perinci dan penafsir Alquran, oleh karena itu otentisitas sumber Hadis adalah
hal yang sangat penting.
Untuk mengetahui otentik atau tidaknya sumber Hadits tersebut maka kita
harus mengetahui dua unsur yang sangat penting yaitu sanad dan matan. Kedua
unsur tersebut mempunyai hubungan fungsional yang dapat menentukan eksistensi
dan kualitas suatu Hadis. Sehingga sangat wajar manakala para muhadditsin
sangat besar perhatiannya untuk melakukan penelitian, penilaian dan penelusuran
Hadits dengan tujuan untuk mengetahui kualitas Hadits yang terdapat dalam
rangkaian sanad dan matan yang diteliti, sehingga Hadits tersebut dapat
dipertanggungjawabkan keotentikannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka makalah ini mencoba untuk memaparkan
bagaimana melakukan penelitian terhadap sanad dan matan Hadits, yang terlebih
dahulu kita memahami pengertian, tujuan, urgensi, dan standar acuan penelitian sanad dan matan Hadits.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian sanad, matan, dan perawi hadits ?
2. Apa
saja urgensi kritik sanad dan matan ?
3. Apa
tujuan kritik sanad dan matan ?
4. Apa
standar acuan kritik sanad dan matan ?
5. Bagaimana
langkah-langkah kritik sanad dan matan hadits ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian sanad, matan, dan perawi hadits
2. Mengetahui
urgensi kritik sanad dan matan
3. Mengetahui
tujuan kritik sanad dan matan
4. Mengetahui
standar acuan kritik sanad dan matan
5. Mengetahui
langkah-langkah kritik sanad dan matan hadits
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sanad, Matan, Periwayat, dan Perawi Hadits
·
Pengertian Sanad
Sanad menurut bahasa berarti sandaran atau pegangan (al-mu’tamad). Sementara pengertian sanad menurut istilah ilmu hadits
adalah jajaran orang-orang yang membawa hadits dari Rasul, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ At- Tabi’in,
dan seterusnya sampai kepada orang yang membukukan hadits tersebut.
Sementara ‘Ajjaj al-Khatib
sebagaimana dikutip oleh Totok Jumantoro, mengemukakan pengertian sanad sebagai berikut:
ﻫﻮ
ﻃﺮ ﻳﻖ ﺍﻠﻣﺘﻦ ﺃﻱ ﺴﻠﺳلة ﺍﻠﺮ ﻮﺍﺓ ﺍﻠﺬ ﻳﻦ ﻧﻗﻠﻮﺍ ﺍﻠﻣﺘﻦ ﻋﻥ ﻤﺼﺩﺭﻩ ﺍﻻﻮﻞ
Artinya:
“Sanad
adalah
jalan kepada matan, yaitu
silsilah para perawi yang memindahkan matan dari sumbernya yang pertama.”
·
Pengertian
Matan
matan (al-matn) dari sisi bahasa adalah
tanah yang meninggi, ada pula yang mengartikan matan dengan kekerasan, kekuatan dan kesangatan. Dengan
demikian, pengertian matan dari sisi bahasa adalah menunjukkan nama bagi segala
sesuatu yang sifatnya keras, kuat, dan menjadi bagian inti.
Sementara
pengertian matan menurut
istilah adalah sebagaimana dalam kutipan Totok Jumantoro, Ajjaj Al-Khattib di bawah ini:
الفاظ
الحديث التى تتقوم بهامعا نيه
Artinya: “
“Lafadhz hadis yang di dalamnya
mengandung makna-makna tertentu”.
·
Pengertian Perawi
Rawi atau
“arawi” berarti orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadits. Yang
dimaksud dengan rawi ialah orang yang merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan
hadits.[1]
B.
Urgensi
Kritik Sanad dan Kritik Matan
Secara praktis, argumen yang mendasari pentingnya penelitian hadits ini
dapat ditinjau dari dua sisi utama, yaitu : pertama, terkait dengan posisi
hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al-qur’an. Kedua, terkait dengan
historisitas hadits yang mengalami banyak ancaman. Dari dua sisi tersebut
kemudian para Muhadditsin mengemukakan beberapa alasan yang mendasar pentingnya
melakukan kritik hadits.
Pada tabel di bawah ini, terdapat pemetaan beberapa urgensi kritik hadits
ditinjau dari sisi perjalanan sejarah kritik hadits, yaitu sebagai berikut :
No.
|
Periode
|
UrgensiKritikHadis
|
1.
|
MasaHidupNabi Saw.
|
1.
Memberikanperhatiankhususkepadasumber
agama Islam.
2.
Mengokohkanhatisahabatdalammengamalkanajaran
Islam.
|
2.
|
MasaSahabat - Abad 1 Hijriyah
|
3.
TidakseluruhhadistertulispadamasaNabi
Saw.
4.
Kedudukanhadissebagaisalahsatusumberajaran
Islam mengharuskansahabatuntukbersikaphati-hatidalammenerimanya.
5.
Terjadi proses
transformasihadissecaramakna.
6.
Terjadipemalsuanhadis.[2]
|
3.
|
Abad 2- 14 Hijriyah
|
7.
Penghimpunanhadissecararesmiterjadisetelahberkembangnyapemalsuanhadis.
8.
Terkadangkitab-kitabhadishanyamenghimpunnhadis,
makahaliniperluditelitilebihlanjut.
9.
Munculredaksihadis yang
bertentangan.[3]
|
4.
|
Abad 15-Sekarang
|
10.
Memeliharakhazanahkeilmuan Islam.
11.
Meminimalisirperbedaanpendapatdalamkawasanprodukhukumsyari’at.
12.
Mendeteksihadisdha’ifdalamkitab-kitab Islam yang
terkadangdijadikannyasebagaidaliltuntunanamalibadah.
13.
Mengembangkanmetodologipenelitianhadiskearah
yang lebihbaik agar
umatmuslimdapatmenghadapituduhanorientalisterhadapotentisitashadissecaraadil.
14.
Membangunsikapkehati-hatiandalammemakaihadis
yang tidakdapatdipertanggungjawabkansebagailandasanibadahsehari-hariataubahkansebagailandasandalammenetapkansuatuhukum.
|
C.
Tujuan
Kritik Sanad dan Kritik Matan[4]
Tujuan
pokok penelitian hadis, baik dari segi sanad
maupun dari segi matan, adalah
untuk mengetahui kualitas hadis yang diteliti. Hadis memiliki kriteria syarat
dalam menentukan kualitas pada hadis. Hadis yang kualitasnya memenuhi syarat
dapat digunakan sebagai hujjah. Pemenuhan
syarat tersebut dibuthkankan, karena hadis merupakan salah satu sumber ajaran
Islam. Semua itu bertujuan menjaga keutuhan ajaran Islam sesuai jalannya.
Penelitian
pada hadis perlu dilakukan penelitian secara berulang-ulang. Penelitian ulang
merupakan bentuk upaya untuk mengetahui seberapa jauh tingkat akurasi penelitan
ulama terhadap hadis yang mereka teliti, untuk menghindarkan diri dari
penggunaan dalil hadis yang tidak memenuhi syarat jika dilihat dari segi kehujjahannya.
D.
Standar
Acuan Kritik Sanad dan Matan
sebuah
hadits dapat diterima periwayatannya apabila telah memenuhi
standar/persyaratan-persyaratan tertentu sehingga hadits tersebut berpredikat.
Para ulama hadits menetapkan pesyaratan dapat diterimanya sebuah hadits sebagai
hadits-hadits absah dengan lima syarat. Lima syarat tersebut adalah :
1.
Rangkaian sanad (periwayat hadits) yang bersambung.
Dengan persyaratan ini maka tidak diterima hadits yang munqati, muaddal,
mu’allaq, mursal, mudallas, dan mursal khafi
2.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh periwayat yang adil
atau orang yang konsisten dalam menjalankan agamanya, berakhlak mulia,
terpelihara dari sifat-[5]sifat
fasiq dan dapat menjaga muru’ah. Dengan persyaratan ini, maka hdits matruk
tidak dapat diterima[6]
3.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh para periwayat yang
dhabit yaitu memahami apa yang didengar dan menghafalnya ketika dibacakan
hadits. Dia juga harus dapat menjaga hafalannya semenjak ia mendengar hadits
tersebut dari gurunya (tahammul) sampai dia membacakannya kembali kepada orang
lan (al-ada’). Seorang periwayat disebut hafiz dan ‘alim, apabila ia
meriwayatkan hadits dari hafalannya. Seorang periwayat dikatakn fahim apabila
ia meriwayatkan hadits dari pengertian dan pemahaman (ma’nawi). Seorang
periwayat juga harus memelihara catatan haditsnya dari perubahan, baik
mengurangi, menambah, mangganti atau menukar dari bentuk aslinya. Dengan
persyaratan ini maka tidak diterima hadits yang mudraj dan maqlub
4.
Tidak ada kejanggalan (syaz) dalam matan hadits.
Pengertian syaz adalah periwayatan orang yang siqah bertentangan dengan
periwayatan orang yang lebih siqah (ausaq minhu)
5.
Tidak ada kecacatan (illat) dalam matan hadits. Hadits
mu’allal (yang ada cacatnya) adalah hadits yang dari luarnya tidak tampak
adanya cacat, akn tetapi dapat diketahui setelah dilakukan penelitian yang
mendalam. Seperti menganggap mursal hadits yang mausul, menganggap mausul
hadits yang munqati atau menganggap marfu hadits yang mauquf.
E.
Langkah-Langkah
Kritik Sanad dan Kritik Matan Hadits
1)
Langkah-langkah kritik sanad
1. Melakukan
I’tibar
Pengertian
I’tibar disini adalah peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk
dapat diketahui sesuatu yang sejenis. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
hadits yang diteliti itu memiliki muttabi dan syahid ataukah tidak.Untuk mempermudah proses al-‘tibar, maka diperlukan pembuatan skema seluruh sanad hadis yang akan diteliti. Pada
pembuatan skema, ada tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, tiga hal
itu adalah jalur seluruh sanad,
nama-nama periwayat untuk seluruh sanad,
dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat.
2. Meneliti
pribadi periwayat dan metode periwayatannya
a.
Kaedah kesahihan sanad sebagai acuankesahihan hadis adalah:
§ Sanad hadis yang bersangkutan
harus bersambung mulai dari mukharrij-nya
sampai kepada Nabi,
§ Seluruh
periwayat dalam hadis itu harus bersifat adil dan dabit.
§ Sanad dan matannya harus terhindar dari
kejanggalan (syuzuz) dan cacat (‘illat).
b.
Segi pribadi periwayat yang diteliti
-
Kualitas pribadi periwayat
Kualitas pribadi periwayat bagi hadits haruslah adil
-
Kapasitas intelektual
Periwayat yang kapasitas
intelektualnya memenuhi syarat kesahihan sanad
hadis disebut sebagai periwayat yang dabit
-
Sekitar Al-Jarh wat-Ta’dil
Al-Jarh
wat-Ta’dil adalahkritik yang berisi celaan dan pujian terhadap
para periwayat hadis.
-
Persambungan sanad yang diteliti
Persambungan sanad yang diteliti meliputi
lambang-lambang metode periwayatan dan hubungan dengan metode periwayatannya.
Lambang-lambang digunakan para periwayat untuk petunjuk tentang metode
periwayatan.
Dari
lambang-lambang itu dapat diteliti tingkat akurasi metode periwayatan yang
digunakan oleh periwayat yang termuat namanya dalam sanad
-
Meneliti syuzuz dan ‘illah
-
Kitab-kitab yang diperlukan
Kitab yang digunakan dalam
penelitian hadis tertuju kepada pribadi para periwayat hadis dan metode
periwayatan hadis yang mereka gunakan
3.
Menyimpulkan hasil penelitian sanad
Isi dari hadis harus berisi natijah (konklusi) kemudian dalam natijah harus disertai argumen yang
jelas. Semua argumen dapat dikemukakan sebelum ataupun sesudah rumusan natijah dikemukakan. Pernyataan bahwa
hadis yang bersangkutan berstatus mutawatir dan bila tidak demikian, maka hadis
tersebut berstatus ahad. Untuk hasil penelitian hadis ahad, maka natijahnya
mungkin berisi pernyataan bahwa hadis yang bersangkutan berkualitas shahih, hasan, atau dha’if.
2)
Langkah-langkah kritik matan
1.
Meneliti matan dengan melihat kualitas
sanadnya
Sebelum meneliti
matan terlebih dahulu harus meneliti sanad. Ini tidak berarti bahwa sanad lebih
penting daripada matan. Bagi ulama’ hadits keduanya sama-sama penting, hanya
saja penelitian matan mempunyai arti apabila sanad hadits sudah jelas memenuhi
syarat. Di samping itu setiap matan harus memiliki sanad, karena tanpa sanad,
maka suatu matan tidak dapat dinyatakan sebagai sabda Nabi.
Menurut ulama’
hadits, suatu hadits barulah dinyatakan berkualitas sahih apabila sanad dan
matan hadits sama-sama shahih. Dengan demikian, hadits yang sanadnya sahih dan
matannya tidak shahih atau sebaliknya, tidak dinyatakan sebagai hadits shahih.
2.
Meneliti lafadz matan yang semakna
Salah satu sebab
terjadinya perbedaan lafadz pada matan hadits yang semakna ialah karena dalam
periwayat hadits telah terjadi periwayatan secara makna (ar-riwayah bil-ma’na).
Menurut ulama’ hadits, perbedaan lafadz yang tidak mengakibatkan perbedaan
makna, asalkan sanadnya sama-sama shahih, maka hal itu tetap dapat ditoleransi.
Misalnya, hadits tentang niat yang berbeda-beda redaksi matannya.
3. Meneliti
kandungan matan
Kandungan dalam
beberapa matan terkadang sejalan dan juga ada yang bertentangan. Pada matan
yang sejalan, maka matan itu perlu diteliti sanad-nya. Jika memenuhi syarat,
maka kegiatan muqaranah kandungan matan dilakukan. Apabila kandungan matan yang
diperbandingan ternyata sama, maka dapatlah dikatakan bahwa kegiatan penelitian
matan berakhir.
4. Menyimpulkan
hasil penelitian matan
Setelah semua
langkah telah dilakukan, maka langkah terakhir adalah menyimpulkan hasil
penelitian matan.Apabila dalam penelitian matan ternyata shahih dan sanadnya
juga shahih, maka natijah disebutkan bahwa hadits tersebut adalah shahih.
Apabila matan dan sanadnya berkualitas dhaif, maka natijah disebutkan bahwa
hadits tersebut adalah dhaif Sedangkan kalau seandainya matan dan sanadnya
berbeda kualitasnya, maka perbedaan itu harus dijelaskan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengertian
sanad, matan dan perawi adalah :
Sanad : sandaran atau pegangan (al-mu’tamad)
Matan :
Matan secara
bahasa artinya sesuatu yang menjulang dan tinggi di
atas tanah.
Secara istilah, matan adalah suatu kalimat tempat
berakhirnya
sanad.
Perawi : orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadits
2.
Urgensi kritik sanad dan matan yakni : pertama,
terkait dengan posisi hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al-qur’an.
Kedua, terkait dengan historisitas hadits yang mengalami banyak ancaman
3.
Tujuan kritik sanad adalah untuk
mengetahui kualitas hadis yang diteliti
4. Standar
acuan kritik sanad :
a.
Rangkaian sanad (periwayat hadits) yang bersambung
b.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh periwayat yang adil
c.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh para periwayat yang
dhabit
d.
Tidak ada kejanggalan (syaz) dalam matan hadits
e.
Tidak ada kecacatan (illat) dalam matan hadits
5.
Langkah-langkah kritik sanad dan matan :
a.
Langkah-langkah kritik sanad
1.
Melakukan I’tibar
2.
Meneliti pribadi periwayat dan metode
periwayatannya
3.
Menyimpulkan hasil penelitian sanad
b.
Langkah-langkah kritik matan
1.
Meneliti matan dengan melihat kualitas
sanadnya
2.
Meneliti lafadz matan yang semakna
3. Meneliti
kandungan matan
4. Menyimpulkan
hasil penelitian matan
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Syuhudi. 1992. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta : Bulan Bintan
Fudhali, Ahmad. 2005. Kritik atas hadits-hadits sahih. Yogyakarta : Pilar religia
sumbulah, umi. Kajian
kritis ilmu hadits,halm.183
2 komentar:
Izin copas terimakasih
sip
Post a Comment