IBNU
BAJAH
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Filsafat
Islam
Dosen pengampu:
Dr. Mahfud Junaedi, M.Ag.
Direvisi oleh:
Baihaqi An Nizar (133111013)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 3A
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Ibnu
Bajjah adalah salah seorang tokoh filosaf yang namanya sudah tak asing lagi di
telinga kita. Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Muhamad ibn Yahya ibn al-Sha’igh
al-Tujibi al-Andalusi al-Samqusti ibn Bajah. Selain sebagai filsuf, Ibn Bajah
dikenal sebagai penyair dan komponis.
Ibn
Bajah sebagai seorang filosof mengemukakan teorinya yakni al-Ittishal, yaitu
bahwa manusia mampu berhubungan dan meleburkan diri dengan Akal Fa’al atas
bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuatan insaniyah. Berkaitan dengan teori ittishal
tersebut, Ibn Bajah juga mengajukan satu bentuk
epistemologi yang
berbeda dengan corak yang dikemukakan oleh al-Ghazali di Dunia Islam Timur.
Kalau al-Ghazali berpendapat bahwa ilham adalah sumber
pengetahuan yang lebih penting dan lebih
dipercya, maka Ibn Bajah mengkritik pendapat tersebut, dan menetapkan bahwa
sesungguhnya perseorangan mampu sampai kepada puncak pengetahuan dan melebur ke
dalam Akal Fa’al, bila ia telah bersih dari kerendahan dan keburukan
masyarakat. Kemampuan menyendiri dan mempergunakan kekuatan akalnya akan dapat
memperoleh pengetahuan dan kecerdasan yang lebih besar. Pemikiran insani dapat
mengalahkan pemikiran hewani, sekaligus pikiran inilah yang membedakan manusia
dengan hewan. Lebih jauh, Ibn Bajah menjelaskan bahwa masyarakat umum bisa
mengalahkan perseorangan.[1]
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
biografi dari Ibnu Bajjah ?
B.
Bagaimana
pemikiran dari Ibnu Bajjah ?
C.
Apa
karya-karya dari Ibnu Bajjah ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Ibnu Bajjah.
Nama asli Ibnu Bajjah adalah Abu Bakar
Muhammad Ibn Yahya al-Sha’igh. Di dunia Barat ia dikenal dengan sebutan Avempace.
Dia berasal dari keluarga Al-Tujib.[2]
Karena itu ia dikenal sebagai al-Tujibi
yang bekerja sebagai pedagang emas (Bajah = emas).[3] Ibnu
Bajjah lahir pada abad 11 M atau abad V H, di kota Sarahossa dan sampai besar.
Dia dapat menyelesaikan jenjang akademisnya, juga di kota Saragossa. Maka
ketika pergi ke Granada, dia telah menjadi seorang sarjana bahasa dan sastra
Arab dan dapat menguasai dua belas macam ilmu pengetahuan.
Selain
sebagai filsuf, Ibn Bajah dikenal sebagai penyair, komponis, bahkan sewaktu
Saragosa berada di bawah kekuasaan Abu Bakar ibn Ibrahim al-Shahrawi (ibn Tifalwit)
dari Daulah al-Murabithun, ibn Bajah dipercayakan sebagai wazir. Tetapi, pada
tahun 512 H Saragosa jatuh ke tangan Raja Alfonso I dari Arogan dan ibn Bajah
terpaksa pindah ke Sevilla. Di kota ini ia bekerja sebagai dokter, kemudian ia
pindah ke Granada dan dari sana ia pindah ke Afrika Utara, pusat Dinasti
Murabithun. Malang bagi Ibnu Bajah, setibanya di kota Syatibah ia ditangkap
oleh Amir Abu Ishak Ibrahim ibn Yusuf ibn Tasifin yang menuduhnya sebagai
murtad dan pembawa bid’ah, karena pikiran-pikiran filsafatnya yang asing bagi
masyarakat Islam di Maghribi yang sangat kental dengan paham sunni ortodoks.
Atas jasa Ibnu Rusyd, yang pernah menjadi muridnya, Ibnu Bajah dilepaskan.
Kondisi masyarakat Baeber yang belum bisa berpikir filosofis tersebut,
menyebabkan ia melanjutkan pengembaraannya ke Fez di Maroko.di sini ia masih
dapat melanjutkan karirnya sebagai ilmuan di bawah perlindungan penguasa
Murabithun yang ada di sana. Bahkan, hubungannya dengan pihak penguasa istana
berjalan baik, sehingga ia diangkat sebagai menteri leh Abu Bakar Yahya ibn
Yusuf ibn Tasifin untuk waktu yang lama. Akhirnya, ia meninggal pada 533 H
(1138 M) di Fez, dan dimakamkan di samping makam Ibn ‘Arabi. Menurut satu
riwayat, ia meninggal karena diracun oleh seorang dokter bernama Abu Al-‘Ala
ibn Zuhri yang iri hati terhadap kecerdasan, ilmu dan ketenarannya.[4]
B. Pemikiran Ibnu Bajjah
Ibnu bajjah
adalah seorang filosof yang ahli menyandarkan ilmunya pada teori dan praktek
ilmu-ilmu matematika, astronomi, musik, mahir ilmu pengobatan dan studi-studi
spekulatif seperti logika, filsafat alam dan metafisika, ibnu bajjah
menyandarkan filsafat dan logikanya pada karya-karya al-farabi, yakni
mendasarkan pada realitas adalah wajar.[5]
1) Metafisika (Ketuhanan)
Menurut Ibnu
bajjah, segala yang ada (al-maujudat) terbagi dua: yang bergerak dan yang tidak
bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas).
Gerak terjadi dari perbuatan yang menggerakkan terhadap yang di gerakkan.
Gerakan ini di gerakkan pula oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan
gerakan ini di gerakkan oleh penggerak yang tidak bergerak; dalam arti
penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan jisim (materi). Penggerak ini
bersifat azali. Gerak jisim mustahil timbul dari subtansinya sendiri sebab ia
terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti berasal dari gerakan yang infinite
(tidak terbatas) yang oleh ibnu bajjah disebut dengan ‘aql.
Kesimpulanya,
gerakan alam ini –jism yang terbatas- digerakkan oleh ‘aql (bukan berasal dari
subtansi alam sendiri). Sedangkan yang tidak bergerak adalah ‘aql, ia
menggerakkan alam dan ia sendiri tidak bergerak. ‘aql inilah disebut dengan Allah
(‘aql, aqil, dan ma’qul) sebagaimana yang dikemukakan oleh al-farabi dan ibnu
sina sebelumnya.
2) Jiwa
Menurut pendapat
ibnu bajjah, setiap manusia mempunyai jiwa. Jiwa ini tidak mengalami perubahan
sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia. Jiwa di gerakkan
dengan dua jenis alat: alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat
jasmaniah antaranya ada berupa buatan dan ada pula berupa alamiah, seperti kaki
dan tangan. Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan’ yang di sebut
juga oleh ibnu bajjah dengan pendorong naluri (al-harr al-garizi) atau roh
insting. Ia terdapat pada setiap makhluk yang berdarah.
Jiwa menurut
ibnu bajjah, adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati. Di akhirat jiwalah
yang akan menerima pembalasan, baik balasan kesenangan (surga) maupun balasan
siksaan (neraka). Akal, daya berpikir bagi jiwa, adalah satu bagi setiap orang
yang berakal. Ia dapat bersatu dengan akal fa’al yang di atasnya dengan jalan
ma’rifah filsafat.
3) Akal dan Ma’rifah
Ibnu bajjah
menempatkan akal dalam posisi yang sangat penting. Dengan perantaraan akal,
manusia dapat mengetahui sesuatu, termasuk dalam mencapai kebahagiaan dan masalah
ilahiyat. Akal menurut ibnu bajjah terdiri dari dua jenis. Akal teoritis dan akal
praktis. Akal teoritis di peroleh hanya berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu
yang kongkret atau abstrak. Sedangkan akal praktis di peroleh melalui
penyelidikan (eksperimen) sehingga menemukan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu,
pengetahuan yang di peroleh akal ada dua jenis pula. Yang dapat di pahami ,
tetapi tidak dapat di hayati; yang dapat dipahami dan dapat pula dihayati.
4) Akhlak
Ibnu bajjah
membagi perbuatan manusia kepada dua bagian. Bagian pertama, ialah perbuatan
yang timbul dari motif naluri dan hal-hal lain yang berhubungan denganya, baik
dekat atau jauh. Bagian kedua ialah perbuatan yang timbul dari pemikiran yang
lurus dan kemauan yang bersih dan tinggi dan bagian ini disebutnya,
perbuatan-perbuatan manusia.
Pangkal
perbedaan antara kedua bagian tersebut bagi ibnu bajjah bukan perbuatan itu
sendiri melainkan motifnya. Untuk menjelaskan kedua macam perbuatan tersebut,
ia mengemukakan seorang yang terantuk dengan batu, kemudian ia luka-luka, lalu
ia melemparkan batu itu. Kalau ia melemparnya karena telah melukainya maka ia
adalah perbuatan hewani yang didorong oleh naluri kehewananya yang telah
mendiktekan kepadanya untuk memusnahkan setiap perkara yang menganggunya.
Kalau
melemparkanya agar batu itu tidak mengganggu orang lain,bukan karena kepentingan
dirinya, atau marahnya tidak bersangkut paut dengan pelemparan tersebut, maka
perbuatan itu adalah pekerjaan kemanusiaan. Pekerjaan yang terakhir ini saja
yang bisa dinilai dalam lapangan akhlak, karena menurut ibnu bajjah hanya orang
yang bekerja dibawah pengaruh pikiran dan keadilan semata-mata, dan tidak ada
hubunganya dengan segi hewani padanya, itu saja yang bisa dihargai perbuatanya
dan bisa di sebut orang langit.
Setiap orang
yang hendak menundukkan segi hewani pada dirinya, maka ia tidak lain hanya
harus memulai dengan melaksanakan segi kemanusiaanya. Dalam keadaan
demikianlah, maka segi hewani pada dirinya tunduk kepada ketinggian segi
kemanusiaan, dan seseorang menjadi manusia dengan tidak ada kekuranganya,
karena kekurangan ini timbul disebabkan ketundukanya kepada naluri.
5) Manusia Penyendiri
Filsafat ibnu
bajjah yang paling populer ialah manusia penyendiri (al-insan al-munfarid) dalam
menjelaskan manusia penyendiri ini, ibnu bajjah terlebih dahulu memaparkan
pengertian tadbir al-mutawahhid. Lafal tadbir, adalah bahasa arab, mengandung
pengertian yang banyak, namun pengertian yang diinginkan oleh beliau ialah
mengatur perbuatan untuk mencapai tujuan yang di inginkan, dengan kata lain
aturan yang sempurna. Dengan demikian, jika tadbir dimaksudkan pengaturan yang
baik untuk mencapai tujuan tertentu,maka tadbir tentu hanya khusus bagi
manusia. Sebab pengertian itu ,hanya dapat dilakukan dengan perantaraan akal,yang
akal hanya terdapat pada manusia. Dan juga perbuatan manusia
berdasarkan ikhtiar. Hal inilah yang membedakan manusia dari makhluk hewan.[6]
C. Karya-Karya Ibnu Bajjah
Sebagaimana
buku yang diedit oleh M.M.Syarif, beberapa karya Ibnu Bajjah, baik dalam bentuk
bahasa Arab atau bahasa Inggris menjadi bukti sebuah pengakuan dari dunia luar
atas karyanya diantaranya:
1. Tardiyyah sebuah puisi yang ada di The Berlin Library.
2. Karya-karya yang disunting oleh Asin Palacios dengan
terjemahan bahasa Spanyol dan catatan-catatan yang diperlukan: (i) Kitab
An-Nabat, Al-Andalus, jilid V, 1940; (ii) Risalah Ittishal Al-‘Aql bi Al-Insan,
Al-Andalus, jilid VII,1942; (iii) Risalah Al-Wada Al-Andalus, jilid
VIII, 1943;(iv) Tadbir Al-Mutawahhis berjudul El Regimen Del Solitario,
1946.
3. Karya-karya yang disunting oleh Dr.M.Shaghir Hasan Al-Ma’sumi:
(i) Kitab An-Nafs dengan catatan dan pendahuluan dalam bahasa Arab, Majallah
Al-Majma’ Al-‘Ilm Al-‘Arabi, Damaskus, 1958; (iii) Risalah Al-Ghayah Al-Insaniyyah
berjudul Ibnu Bajjah on Human End, dengab terjemahan bahasa Inggris, Journal
of Asiatic Society of Pakistan, jilid II, 1957.[7]
IV.
KESIMPULAN
Nama asli Ibnu Bajjah adalah Abu Bakar
Muhammad Ibn Yahya al-Sha’igh. Di dunia Barat
ia dikenal dengan sebutan Avempace. Dia berasal dari keluarga Al-Tujib. Sedangkan pemikiran Ibnu Bajjah diantaranya:
a. Metafisika (Ketuhanan)
b. Jiwa
c. Akal dan Ma’rifah
d. Akhlak
e. Manusia Penyendiri.
Karya-karya dari Ibnu Bajjah :
a. Tardiyyah
b. Kitab an-Nabat
c. Al-Andalus
d.
Risalah Ittishal al-‘Aql bi al-Insan
V.
PENUTUP
Dengan
berakhirnya makalah yang dibuat ini, penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan,
untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangum demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
0 komentar:
Post a Comment