Sunday, April 12, 2015

Penciptaan Alam Semesta



PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : AL-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu : Lutfiyah, M.Si



Disusun oleh :
Sofwatun Rohmah                (133111005)
Luluk Munawaroh                (133111006)
Ummi Rizqiyah                     (133111008)
Hana Sughra Muzakki          (133111009)
Khoirun Nisa’                      (133111010)
Direvisi oleh:
Baihaqi An Nizar                  (133111013)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

I.            PENDAHULUAN
Alam yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang, merupakan bangunan yang solid, memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata rapi dalam setiap urusannya. Ia dibangun dengan satu cara mulai dari bagian-bagiannya yang terkecil hingga unit-unitnya yang paling besar. Demikian yang diungkapkan oleh Dr. Zaglul Annajjar.[1]
Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya untuk manusia agar mempercayai bukti kebesaran-Nya bahwa alam semesta ini memang ada yang menciptakan dan manusia wajib memanfaatkannya sebaik mungkin tanpa merusaknya. Keingintahuan manusia tentang penciptaan alam semesta tidak hanya membaca ayat-ayat Al-Qur’an saja, akan tetapi juga melakukan perintah Allah sehingga dapat menemukan kebenaran yang dapat dipergunakan dalam pemahaman serta penafsiran Al-Qur’an. Dari makalah ini, pemakalah akan membahas mengenai bagaimana alam semesta yang padu ini diciptakan.[2]

II.         RUMUSAN MASALAH
A.    Apa saja teori-teori penciptaan alam ?
B.     Bagaimana tahapan-tahapan penciptaan alam semesta menurut para saintis?
C.     Bagaimana konsep penciptaan alam semesta dalam prespektif Al-Qur’an?
D.    Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap teori penciptaan alam menurut sains?

III.      TUJUAN PENULISAN
A.    Mengetahui teori-teori penciptaan alam
B.     Mengetahui tahapan-tahapan penciptaan alam semesta menurut para saintis
C.     Mengetahui konsep penciptaan alam semesta dalam prespektif Al-Qur’an
D.    Mengetahui pandangan Al-Qur’an terhadap teori penciptaan alam menurut sains

IV.      PEMBAHASAN
A.    Teori-Teori Penciptaan Alam
Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrososmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amoeba, dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet, galaksi. Para ahli astronomi menggunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa dan benda-benda langit yang ada didalamnya. Keadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang berakal, yang memiliki rasa keingintahuan yang besar sehingga mereka menciptakan beberapa teori ynag mengungkapkan tentang terbentuknya alam semesta. Teori tersebut dikelompokan menjadi:
1.      Teori keadaan tetap (Steady state theory)
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta dimanapun dan bilamanapun selalu sama, walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Jadi teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya.
2.      Teori dentuman besar (Big Bang theory)
Teori ini berlandaskan dari asumsi adanya massa yang sangat besar dan mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat. Massa tersebut kemudian mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan. Menurut teori ini ada beberapa massa selama terjadinya alam semesta, yaitu:
a.       Masa batas dinding planck yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-43 detik.
b.      Masa jiffy yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-23 detik.
c.       Masa quark yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4 detik.
d.      Masa pembentukan lipton yaitu masa pada saat alam semesta berumur setelah 10-4 detik.
e.       Masa radiasi yaitu masa pada saat alam semesta berumur 1detik sampai usia 1juta tahun.
f.       Masa pembentukan galaksi yaitu pada usia alam semesta 108-109.
g.      Masa pembentukan tata surya yaitu pada usia 4,6x109 tahun.[3]

B.     Tahapan-Tahapan Penciptaan Alam Semesta Menurut Para Saintis
Sebagaimana Al-Qur’an, para saintis juga mengidentifikasikan evolusi alam semesta dalam bentuk tahapan atau periode. Evolusi alam ini diawali setelah terjadinya ledakan yang maha dahsyat. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1.      Dalam tahap ini seluruh kosmos yang terdiri dari ruang, materi dan radiasi telah ditentukan interaksinya, sifat serta kelakuannya. Sedangkan kandungan energi dan materi dalam alam semesta ditentukan jumlahnya, dan suhu kosmos, karena ekspansi, turun menjadi 100 juta derajat,
2.      Tahap ini dimulai ketika suhu kosmos turun hingga mencapai 100 ribu derajat. Kerapatan materi dalam alam semesta itu adalah 4 juta tiap ion liter. Sedangkan bahan penyusun nuklir, yaitu penyusun inti-inti atom telah tertentu jumlahnya.
3.      Tahap ini dimulai ketika suhu kosmos tinggal 100 juta derajat dan kerapatan materinya tinggal 20 kg tiap liter, sedangkan muatan kalistrikannya telah ditetapkan.
4.      Tahap ini diawali ketika suhu kosmos berada di bawah 100 derajat . kerapatan materinya tinggal sepersepuluh kg tiap liter. Dalam tahap ini telah dimulai penyusunan inti-inti atom dan ada kemungkinan terjadinya pengelompokkan-pengelompokkan materi, sebagai akibat dari adanya ketidakseragaman lokal, yang nantinya akan berevolusi menjadi galaksi-galaksi.
5.      Tahap ini dimulai ketika atom-atom mulai terbentuk sehingga elektron bebas sangat berkurang jumlahnya dalam kosmos. Dalam tahap ini cahaya mengisi ruang alam.
6.      Tahap ini ketika kabut materi yang terdiri dari atom-atom mulai mengumpul dan membentuk bintang-bintang dan galaksi-galaksi, diantaranya terdapat matahari yang dikitari oleh bumi dan planet-planet.[4]

C.     Konsep Penciptaan Alam Semesta dalam Prespektif Al-Qur’an
Dalam penjelasan Al-Qur’an Proses penciptaan alam semesta terdiri dari tiga bentuk kata yang erat kaitannya dengan hal ini, yaitu kholq, bad’, dan fathr, memang tidak ditemukan pada redaksinya penjelasan yang tegas apakah alam semesta diciptakan dari materi yang sudah ada atau dari suatu ketiadaan? Jadi ketiga bentuk kata tersebut hanya menjelaskan bahwa Allah pencipta alam semesta tanpa menyebutkan dari ada tiadanya.
Kemudian proses berikutnya seperti yang didiskripsikan Q.S. Al-Anbiya ayat 30,  yang artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya ruang alam dan materi (al-ardh) itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air (al-ma’) kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardh) yang sebelumnya dipisahkan Allah adalah sesuatu yang padu. Jadi alam semesta ketika itu merupakan satu kumpulan. Kata ratq menunjukkan alam semesta pada awal penciptaannya, dan fatq sebagai proses ciptaannya yang lebih lanjut.
Rangkaian proses berikutnya setelah pemisahan oleh Allah alam semesta mengalami proses transisi fase membentuk dukhan. Hal ini ditangkap dari pernyataan Q.S. Al-Fushilat ayat 11 yang artinya : “Kemudian Allah menuju penciptaan ruang alam (al-sama’) yang ketika itu penuh embunan.” Bucaille memahami kata ini sebagai asap yang terdiri dari lapisan gas dengan bagian-bagian yang kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair dalam suhu rendah atau tinggi. Ibnu Katsir menafsirkan dengan sejenis uap air. Al-Raghib melukiskan kehalusan dan keringanan sifat dukhan. Menurut Hanafi Ahmad karena sifat demikian ia dapat mengalir dan beterbangan di udara seperti mengalir dan berterbangan al-sahab. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kata (al-ma) dalam al-qur’an semacam zat alir atau sop kosmos. Zat ini mempunyai wujud yang berbeda ketika alam semesta dalam proses penciptaan, dan ia juga merupakan syarat mutlak untuk terjadinya kehidupan.
Proses penciptaan alam semesta selanjutnya sebagaimana yang dideskripsikan surat Az-zariyat ayat 47 yang artinya: “ruang alam (al-asama) itu kami bangun dengan kekusaan kami dan sesungguhnya kami yang memuaikannya”. Dari ayat tersebut dapat ditangkap bahwa ruang alam atau al-sama bersifat melua, melebar, dan memuai. Hal ini juga timbul setelah terjadinya pemisahan oleh Allah antara ruang alam (al-sama) dan matahari atau (al-ardh). Jika dilihat dari sisi lafal yang terpakai surat Az-zariayat ayat47, yakni musi’un adalah isim al fail (kata yang mengandung arti pelaku). Isim al-fail dalam kaidah tafsir menunjukan kepada sesuatu yang bersifat mutlak dan permanen. Dengan demikian sifat meluas, melebar dan memuai ruang alam (al-sama) bersifat tetap ayatau terus berlaku sampai sekarang dan waktu lama dimasa yang akan datang.
Adapun proses penciptaan alam semesta selanjutnya, yaitu Allah melengkapinya dengan menciptakan hukum-hukum tertentu yang disebut dengan sunnatullah. Hal ini dipahami dari percakapan simbolis antara Allah di satu pihak dan ruang alam (al-sama) dan materi (al-ardh) di pihak lain. Demikianlah proses penciptaan alam semesta yang dirangkai dari isyarat-isyarat yang disinyalkan Al-Qur’an.[5]

D.    Pandangan Al-Qur’an Terhadap Teori Penciptaan Alam menurut Sains
Dari bahasan di atas terbukti bahwa konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan sains tidak bertentangan dengan apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Dari penjelasan itu dapat diketahui apa yang dimaksud dengan al-ma’ dan al-dukhan oleh Al-Qur’an yang dikaitkan dengan proses penciptaan alam semesta.
Keberhasilan sains tersebut tidak terlepas dari adanya hukum alam ciptaan Allah tanpa mengalami perubahan dan penyimpangan seperti yang disebutkan Al-Qur’an. Keniscayaan hukum alam, yang disebut Al-Qur’an denagn sunnatullah, dapat diketahui sains dengan menelitinya secara berulang-ulang.
Ketepatan informasi yang dilukiskan Al-Qur’an tentang alam semesta dan evolusinya seperti yang dibuktikan sains modern, akan mengantarkan manusia kedalam suatu kepastian keyakinan bahwa Allah menciptakan dan mengatur sekalian alam. Hal ini sesuai dengan  misi Al-Qur’an sebagai kitab dakwah dan petunjuk yang dapat membawa jiwa manusia dekat kepada Khaliknya sebagai Pencipta Tunggal alam semesta. Ini juga sebagai indikasi tentang keajaiban Al-Qur’an bahwa semua kandungan isinya tidak mungkin bertentangan dengan haisl temuan sains, bahkan sains dapat dijadikan sebagai saksi atas kebenaran-kebenaran yang diinformasikannya.[6]

V.         KESIMPULAN
Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrososmos dan makrokosmos. Beberapa teori yang mengungkapkan tentang terbentuknya alam semesta, yaitu: Teori keadaan tetap (Steady state theory), yakni teori yang menyatakan bahwa alam semesta dimanapun dan bilamanapun selalu sama. Kedua teori dentuman besar (Big Bang theory), yakni teori yang berlandaskan dari asumsi adanya massa yang sangat besar dan mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat.
Sebagaimana Al-Qur’an, para saintis juga mengidentifikasikan evolusi alam semesta dalam bentuk tahapan atau periode. Evolusi alam ini diawali setelah terjadinya ledakan yang maha dahsyat. Dalam penjelasan Al-Qur’an Proses penciptaan alam semesta terdiri dari tiga bentuk kata yang erat kaitannya dengan hal ini, yaitu kholq, bad’, dan fathr sampai dengan tahapan terakhir yakni menciptakan hukum-hukum tertentu yang disebut dengan sunnatullah.
Dari bahasan di atas terbukti bahwa konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan sains tidak bertentangan dengan apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Ketepatan informasi yang dilukiskan Al-Qur’an tentang alam semesta dan evolusinya seperti yang dibuktikan sains modern, akan mengantarkan manusia kedalam suatu kepastian keyakinan bahwa Allah menciptakan dan mengatur sekalian alam.




DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rahma Eny, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Alam, Ahmad Khallid, Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam Dan Kehidupan, Jakarta: Gema Insani, 2005
Zar, Sirajuddin, Konsep Penciptaan dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997



[1] Ahmad Khallid Alam, Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam Dan Kehidupan, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 243
[2] http://isic-suka.blogspot.com/2013/01/penciptaan-alam-dalam-perspektif-islam.html diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul 10.30 WIB
[3] Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.34-36
[4] Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 153
[5] Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an,hal. 135-143
[6] Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an,hal. 154

1 komentar:

Assalamualaikum wr.wb,
Dik
Q.S. Al-Anbiya ayat 30, yang artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya ruang alam dan materi (al-ardh) itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air (al-ma’) kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?.

Ayat ini tidak memberi penjelasan atas terciptanya langit dan bumi melainkan memberi penerangan bahwa galaksi kita dan galaksi bima sakti dahulunya adalah padu (bersatu) lantas Allah pisahkan keduanya.

oke dik.

wassalamualaikum wr.wb,
sayyid

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More