PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : AL-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu
: Lutfiyah, M.Si
Disusun oleh :
Sofwatun
Rohmah (133111005)
Luluk
Munawaroh (133111006)
Ummi Rizqiyah (133111008)
Hana Sughra
Muzakki (133111009)
Khoirun Nisa’ (133111010)
Direvisi oleh:
Baihaqi An
Nizar (133111013)
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Alam
yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang, merupakan bangunan yang
solid, memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata rapi dalam setiap
urusannya. Ia dibangun dengan satu cara mulai dari bagian-bagiannya yang
terkecil hingga unit-unitnya yang paling besar. Demikian yang diungkapkan oleh
Dr. Zaglul Annajjar.[1]
Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya untuk manusia agar
mempercayai bukti kebesaran-Nya bahwa alam semesta ini memang ada yang
menciptakan dan manusia wajib memanfaatkannya sebaik mungkin tanpa merusaknya.
Keingintahuan manusia tentang penciptaan alam semesta tidak hanya membaca
ayat-ayat Al-Qur’an saja, akan tetapi juga melakukan perintah Allah sehingga
dapat menemukan kebenaran yang dapat dipergunakan dalam pemahaman serta
penafsiran Al-Qur’an. Dari makalah ini, pemakalah akan membahas mengenai bagaimana
alam semesta yang padu ini diciptakan.[2]
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa saja
teori-teori penciptaan alam ?
B.
Bagaimana
tahapan-tahapan penciptaan alam semesta menurut para saintis?
C.
Bagaimana konsep
penciptaan alam semesta dalam prespektif Al-Qur’an?
D.
Bagaimana
pandangan Al-Qur’an terhadap teori penciptaan alam menurut sains?
III.
TUJUAN
PENULISAN
A.
Mengetahui
teori-teori penciptaan alam
B.
Mengetahui
tahapan-tahapan penciptaan alam semesta menurut para saintis
C.
Mengetahui konsep
penciptaan alam semesta dalam prespektif Al-Qur’an
D.
Mengetahui
pandangan Al-Qur’an terhadap teori penciptaan alam menurut sains
IV.
PEMBAHASAN
A.
Teori-Teori
Penciptaan Alam
Pengertian
alam semesta mencakup tentang mikrososmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah
benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron,
sel, amoeba, dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda-benda yang
mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet, galaksi. Para
ahli astronomi menggunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang
angkasa dan benda-benda langit yang ada didalamnya. Keadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan yang berakal, yang memiliki rasa keingintahuan yang besar
sehingga mereka menciptakan beberapa teori ynag mengungkapkan tentang
terbentuknya alam semesta. Teori tersebut dikelompokan menjadi:
1.
Teori keadaan
tetap (Steady state theory)
Teori ini menyatakan bahwa alam
semesta dimanapun dan bilamanapun selalu sama, walaupun galaksi-galaksi saling
bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan bahwa
galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Jadi teori
ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga
tuanya.
2.
Teori dentuman
besar (Big Bang theory)
Teori ini berlandaskan dari asumsi adanya
massa yang sangat besar dan mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena
adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat. Massa tersebut kemudian
mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan. Menurut teori ini ada
beberapa massa selama terjadinya alam semesta, yaitu:
a.
Masa batas
dinding planck yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-43 detik.
b.
Masa jiffy
yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-23 detik.
c.
Masa quark
yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4 detik.
d.
Masa pembentukan
lipton yaitu masa pada saat alam semesta berumur setelah 10-4 detik.
e.
Masa radiasi
yaitu masa pada saat alam semesta berumur 1detik sampai usia 1juta tahun.
f.
Masa
pembentukan galaksi yaitu pada usia alam semesta 108-109.
g.
Masa
pembentukan tata surya yaitu pada usia 4,6x109 tahun.[3]
B.
Tahapan-Tahapan
Penciptaan Alam Semesta Menurut Para Saintis
Sebagaimana
Al-Qur’an, para saintis juga mengidentifikasikan evolusi alam semesta dalam
bentuk tahapan atau periode. Evolusi alam ini diawali setelah terjadinya ledakan
yang maha dahsyat. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1.
Dalam tahap ini
seluruh kosmos yang terdiri dari ruang, materi dan radiasi telah ditentukan
interaksinya, sifat serta kelakuannya. Sedangkan kandungan energi dan materi
dalam alam semesta ditentukan jumlahnya, dan suhu kosmos, karena ekspansi,
turun menjadi 100 juta derajat,
2.
Tahap ini
dimulai ketika suhu kosmos turun hingga mencapai 100 ribu derajat. Kerapatan
materi dalam alam semesta itu adalah 4 juta tiap ion liter. Sedangkan bahan
penyusun nuklir, yaitu penyusun inti-inti atom telah tertentu jumlahnya.
3.
Tahap ini
dimulai ketika suhu kosmos tinggal 100 juta derajat dan kerapatan materinya
tinggal 20 kg tiap liter, sedangkan muatan kalistrikannya telah ditetapkan.
4.
Tahap ini
diawali ketika suhu kosmos berada di bawah 100 derajat . kerapatan materinya
tinggal sepersepuluh kg tiap liter. Dalam tahap ini telah dimulai penyusunan
inti-inti atom dan ada kemungkinan terjadinya pengelompokkan-pengelompokkan
materi, sebagai akibat dari adanya ketidakseragaman lokal, yang nantinya akan
berevolusi menjadi galaksi-galaksi.
5.
Tahap ini
dimulai ketika atom-atom mulai terbentuk sehingga elektron bebas sangat
berkurang jumlahnya dalam kosmos. Dalam tahap ini cahaya mengisi ruang alam.
6.
Tahap ini
ketika kabut materi yang terdiri dari atom-atom mulai mengumpul dan membentuk
bintang-bintang dan galaksi-galaksi, diantaranya terdapat matahari yang
dikitari oleh bumi dan planet-planet.[4]
C.
Konsep
Penciptaan Alam Semesta dalam Prespektif Al-Qur’an
Dalam penjelasan Al-Qur’an Proses
penciptaan alam semesta terdiri dari tiga bentuk kata yang erat kaitannya
dengan hal ini, yaitu kholq, bad’, dan fathr, memang tidak ditemukan
pada redaksinya penjelasan yang tegas apakah alam semesta diciptakan dari
materi yang sudah ada atau dari suatu ketiadaan? Jadi ketiga bentuk kata
tersebut hanya menjelaskan bahwa Allah pencipta alam semesta tanpa menyebutkan
dari ada tiadanya.
Kemudian proses berikutnya seperti
yang didiskripsikan Q.S. Al-Anbiya ayat 30, yang artinya : “Dan apakah orang-orang yang
kafir tidak mengetahui bahwasannya ruang alam dan materi (al-ardh) itu keduanya
dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air (al-ma’) kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman ?.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa
ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardh) yang sebelumnya
dipisahkan Allah adalah sesuatu yang padu. Jadi alam semesta ketika itu
merupakan satu kumpulan. Kata ratq menunjukkan alam semesta pada awal
penciptaannya, dan fatq sebagai proses ciptaannya yang lebih lanjut.
Rangkaian proses berikutnya setelah
pemisahan oleh Allah alam semesta mengalami proses transisi fase membentuk dukhan.
Hal ini ditangkap dari pernyataan Q.S. Al-Fushilat ayat 11 yang artinya : “Kemudian
Allah menuju penciptaan ruang alam (al-sama’) yang ketika itu penuh embunan.” Bucaille
memahami kata ini sebagai asap yang terdiri dari lapisan gas dengan
bagian-bagian yang kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair
dalam suhu rendah atau tinggi. Ibnu Katsir menafsirkan dengan sejenis uap air.
Al-Raghib melukiskan kehalusan dan keringanan sifat dukhan. Menurut
Hanafi Ahmad karena sifat demikian ia dapat mengalir dan beterbangan di udara
seperti mengalir dan berterbangan al-sahab. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kata (al-ma) dalam al-qur’an semacam zat alir atau sop kosmos. Zat
ini mempunyai wujud yang berbeda ketika alam semesta dalam proses penciptaan,
dan ia juga merupakan syarat mutlak untuk terjadinya kehidupan.
Proses penciptaan alam semesta
selanjutnya sebagaimana yang dideskripsikan surat Az-zariyat ayat 47 yang
artinya: “ruang alam (al-asama) itu kami bangun dengan kekusaan kami dan
sesungguhnya kami yang memuaikannya”. Dari ayat tersebut dapat ditangkap bahwa
ruang alam atau al-sama bersifat melua, melebar, dan memuai. Hal ini juga timbul
setelah terjadinya pemisahan oleh Allah antara ruang alam (al-sama) dan
matahari atau (al-ardh). Jika dilihat dari sisi lafal yang terpakai
surat Az-zariayat ayat47, yakni musi’un adalah isim al fail (kata yang
mengandung arti pelaku). Isim al-fail dalam kaidah tafsir menunjukan kepada
sesuatu yang bersifat mutlak dan permanen. Dengan demikian sifat meluas,
melebar dan memuai ruang alam (al-sama) bersifat tetap ayatau terus
berlaku sampai sekarang dan waktu lama dimasa yang akan datang.
Adapun proses penciptaan alam
semesta selanjutnya, yaitu Allah melengkapinya dengan menciptakan hukum-hukum
tertentu yang disebut dengan sunnatullah. Hal ini dipahami dari percakapan
simbolis antara Allah di satu pihak dan ruang alam (al-sama) dan materi (al-ardh)
di pihak lain. Demikianlah proses penciptaan alam semesta yang dirangkai
dari isyarat-isyarat yang disinyalkan Al-Qur’an.[5]
D.
Pandangan
Al-Qur’an Terhadap Teori Penciptaan Alam menurut Sains
Dari
bahasan di atas terbukti bahwa konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan
sains tidak bertentangan dengan apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Dari
penjelasan itu dapat diketahui apa yang dimaksud dengan al-ma’ dan al-dukhan
oleh Al-Qur’an yang dikaitkan dengan proses penciptaan alam semesta.
Keberhasilan
sains tersebut tidak terlepas dari adanya hukum alam ciptaan Allah tanpa
mengalami perubahan dan penyimpangan seperti yang disebutkan Al-Qur’an.
Keniscayaan hukum alam, yang disebut Al-Qur’an denagn sunnatullah, dapat
diketahui sains dengan menelitinya secara berulang-ulang.
Ketepatan
informasi yang dilukiskan Al-Qur’an tentang alam semesta dan evolusinya seperti
yang dibuktikan sains modern, akan mengantarkan manusia kedalam suatu kepastian
keyakinan bahwa Allah menciptakan dan mengatur sekalian alam. Hal ini sesuai
dengan misi Al-Qur’an sebagai kitab
dakwah dan petunjuk yang dapat membawa jiwa manusia dekat kepada Khaliknya
sebagai Pencipta Tunggal alam semesta. Ini juga sebagai indikasi tentang
keajaiban Al-Qur’an bahwa semua kandungan isinya tidak mungkin bertentangan
dengan haisl temuan sains, bahkan sains dapat dijadikan sebagai saksi atas
kebenaran-kebenaran yang diinformasikannya.[6]
V.
KESIMPULAN
Pengertian alam semesta mencakup
tentang mikrososmos dan makrokosmos. Beberapa teori yang mengungkapkan tentang
terbentuknya alam semesta, yaitu: Teori
keadaan tetap (Steady state theory), yakni teori
yang menyatakan bahwa alam semesta dimanapun dan bilamanapun selalu sama. Kedua
teori dentuman besar (Big Bang theory), yakni teori yang berlandaskan dari asumsi adanya massa yang sangat besar
dan mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena adanya reaksi inti kemudian
meledak dengan hebat.
Sebagaimana Al-Qur’an, para saintis
juga mengidentifikasikan evolusi alam semesta dalam bentuk tahapan atau
periode. Evolusi alam ini diawali setelah terjadinya ledakan yang maha dahsyat.
Dalam penjelasan Al-Qur’an Proses penciptaan alam semesta terdiri dari tiga
bentuk kata yang erat kaitannya dengan hal ini, yaitu kholq, bad’, dan fathr
sampai dengan tahapan terakhir yakni menciptakan hukum-hukum tertentu yang
disebut dengan sunnatullah.
Dari bahasan di atas terbukti bahwa
konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan sains tidak bertentangan dengan
apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Ketepatan informasi yang dilukiskan
Al-Qur’an tentang alam semesta dan evolusinya seperti yang dibuktikan sains
modern, akan mengantarkan manusia kedalam suatu kepastian keyakinan bahwa Allah
menciptakan dan mengatur sekalian alam.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Rahma Eny, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi
Aksara, 2004
Alam, Ahmad
Khallid, Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam Dan Kehidupan, Jakarta: Gema
Insani, 2005
Zar, Sirajuddin,
Konsep Penciptaan dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1997
[1] Ahmad Khallid
Alam, Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam Dan Kehidupan, (Jakarta: Gema
Insani, 2005), hal. 243
[2]
http://isic-suka.blogspot.com/2013/01/penciptaan-alam-dalam-perspektif-islam.html
diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul 10.30 WIB
[3] Abdullah, Eny
Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.34-36
[4] Sirajuddin
Zar, Konsep Penciptaan dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 153
[5] Sirajuddin
Zar, Konsep Penciptaan dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an,hal.
135-143
[6] Sirajuddin
Zar, Konsep Penciptaan dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an,hal.
154
1 komentar:
Assalamualaikum wr.wb,
Dik
Q.S. Al-Anbiya ayat 30, yang artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya ruang alam dan materi (al-ardh) itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air (al-ma’) kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?.
Ayat ini tidak memberi penjelasan atas terciptanya langit dan bumi melainkan memberi penerangan bahwa galaksi kita dan galaksi bima sakti dahulunya adalah padu (bersatu) lantas Allah pisahkan keduanya.
oke dik.
wassalamualaikum wr.wb,
sayyid
Post a Comment