PENCIPTAAN MANUSIA DALAM PERSPKTIF
AL-QURAN DAN SAINS
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Al-Quran dan IPTEK
Disusun oleh:
Muhamad Basori (133111016)
Nur Rizkoh H. H (133111017)
Siti Nurul Khoiriah (133111020)
Durrotul Yatima (133111021)
Lia lutfiana (133111018)
Direvisi Oleh:
Baihaqi An Nizar (133111013)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Dewasa
ini banayak para ilmuan yang membicarakan mengenai ilmu pengetahuan (sains) dan
teknologi, sama halnya dengan Al-Qur’an juga membicarakan perkembangan
kehidupan manusia secara ilmiah. Allah SWT dengan kekuasaa-Nya bisa menciptakan
makhluk cukup dengan cara “kun fayakun”. Namun sebagai pembelajaraan
kepada manusia, Allah SWT menciptakan sesuatu juga dijelaskan proses-prosesnya.
Di sini pula, manusia harus sadar bahwa segala sesuatu ada proses-proses
perkembangannya, tidak asal jadi.[1]
Banyak
ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia
berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana
kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini.
Di lain pihak, banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia
tersebut. Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi
Adam a.s. disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi
banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi
yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam
adalah manusia pertama.[2] Untuk
itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia menurut
Al-Qur’an, hadist, maupun IPTEK.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana
perspektif penciptaan manusia menurut
Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)?
B.
Bagaimana
pandangan Islam tentang teori evolusi manusia?
C.
Apa tujuan
diciptakannya manusia?
III.
PEMBAHASAN
A. Penciptaan
manusia menurut Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT
yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebagaimana dalam firman-Nya
QS.At-Tin ayat 4:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”. Manusia juga
adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan makhluk-makhluknya yang lain, “ Kepada
masing-masing baik golongan ini maupun
golongan itu kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan
Ttuhanmu tidak dapat dihalangi.”
(Al-Isra: 20).[3]
(Al-Isra: 20).[3]
a. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al
Qur’an, dijelaskan
bahwa Adam diciptakan oleh
Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya
maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya : "Yang
membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah". (QS. As Sajdah : 7)
"Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr :
26)
b.
Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti
Hawa)
Pada dasarnya
segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawan
jenisnya untuk
dijadikan kawan hidup (istri).
Adapun proses
kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’: 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’: 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Ayat-ayat diatas mengandung makna bahwa untuk manusia Allah menjadikan pasangannya dari jenis yang sama sehingga dapat terjadi rasa ketertarikan antara yang satu dengan yang lainnya untuk berkembang biak.[4] Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tidak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
c. Proses Kejadian
Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian
manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa
a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits
dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara
biologis dijelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya diatas, yaitu surat Al-Mu’minun ayat 12-14.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS.Al-Mu’minun 12-14)
Kemudian dalam
salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda: "Telah bersabda Rasulullah
SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu
dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama
empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal
darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging.
Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya),
amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim).
Al-Ghazali mengungkapkan proses
penciptaan manusia dalam teori pembentukan (taswiyah) sebagai
suatu proses yang timbul di dalam materi yang membuatnya cocok untuk menerima
ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam a.s. yang merupakan
cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel benih (nuthfah)
ini yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses akhirnya
menjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia dalam bentuk yang
sempurna. Tanah liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan),
makanan menjadi darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur. Kedua
unsur ini bersatu dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang
akhirnya menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk
menerima ruh. Sampai di sini prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan
dari leluhurnya. Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah
disaat embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan antara ruh
dan badan, terbentuklah makhluk baru manusia.
Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan
Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi
untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang
dimaksud di dalam Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah"
sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan
yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui
proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon
(sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah
pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim.
Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti
dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan
masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan
pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu
hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog
terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan "Saya
takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad
ke-7 M itu". Selain itu beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al
Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk
mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote)
yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel
kelamin jantan).[5]
Manusia
terbentuk dari dua unsur diantaranya dari tanah dan dari tiupan luhur dari
Allah SWT. Islam berpendapat bahwa bahan dasar kakek moyang manusia itu dari
tanah, sementara bahan dasar kita ini adalah sperma yang hina. Hanya saja Allah
SWT telah meniupkan roh-Nya. Di dalam diri kita, ada kehinaan dan ada pula
kemuliaan. Tidak mungkin bisa dikatakan bahwa manusia itu hewan yang kotor.
Bahkan, dia dimuliakan dengan tiupan Allah SWT.
Allah
SWT telah menciptakan kakek moyang kita dengan tangan-Nya. Allah SWT juga
memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada-Nya. Hal yang lain adalah bahwa
manusia lemah karena tercipta dari tanah yang dibasahi yang kemudian menjadi
tanah liat, berbentuk, dan menjadi tanah liat yang kering. Tanah liat kering
itu dibiarkan hingga mengering dan menjadi seperti tembikar. Seandainya tidak
ada tiupan Allah SWT, tentu tembikar itu menjadi patung yang tak bernilai.[6]
B.
Pandangan Islam
tentang teori Evolusi Manusia
Teori ini di cetuskan oleh Charles Robert Darwin (1809-1882) Dua inti pokok dari teori darwin :
1. Spesies yang
hidup di masa sekarang berasal dari makhluk hidup yang berasal dari masa lampau.
2. Evolusi terjadi
karena adanya proses seleksi alam (natural selections) Pengertian dan
arti definisi seleksi alam adalah seleksi yang terjadi pada individu-individu
yang hidup di alam, sehingga individu yang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan tersebut akan terus hidup dan beranak pinak, sedangkan yang tidak
dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan sekitarnya akan musnah dan
hilang dimakan waktu.[7]
Berdasarkan
penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan berpendapat bahwa asal usul manusia
sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar
(manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk
yang paling sempurna.Teori evolusi
ini dipelopori oleh seorang ahli zoologi bernama Charles Robert Darwin
(1809-1882). Dalam teorinya ia mengatakan: “Suatu benda (bahan) mengalami
perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan”.Kemudian ia
memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Teori ini mempunyai kelemahan karena
ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam
keadaan seperti semula. Seperti ganggang biru yang diperkirakan telah ada lebih dari satu milyar tahun namun hingga sekarang tetap sama. Yang lebih jelas lagi adalah hewan sejenis
biawak atau komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga
kini tetap ada. Jadi secara jujur dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap
ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak
dapat dibuktikan.
Lain halnya dengan apa yang tertulis
dalam kitab, khususnya Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an jika dipandukan dengan hasil penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini. Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa. hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam
diatas Arsy (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha
Mengetahui.” (QS. Al Furqan (25) : 59)
Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum,
Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukan peubahan dan perkembangan yang bertahab menurut susunan organisme yang sesuai
dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak bervolusi).[8]
C.
Tujuan
diciptakan Manusia
Penciptaan manusia di muka bumi ini
mempunyai misi yang jelas dan pasti. Ada tiga misi yang bersifat given yang
diemban manusia, yaitu misi yang pertama untuk beribadah (QS. Adz-Dzariyat:
56), misi fungsional sebagai khalifah ( QS. Al-Baqarah: 30), dan misi
operasional untuk memakmurkan bumi ( QS. Hud: 61).[9]
Secara harfiah, kata khalifah berarti
wakil atau pengganti, dengan demikian misi utama manusia di muka bumi ini
adalah sebagai wakil Allah SWT. Jika Allah adalah sang pencipta seluruh jagat
raya ini maka manusia sebagai khalifah-Nya berkewajiban untuk memakmurkan jagat
raya itu, utamanya bumi dan seluruh isinya, serta menjaganya dari kerusakan.
Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” ( QS. Adz-Zariyat: 56)
Langit, bumi, dan seluruh isinya adalah suatu sistem yang bersatu
di bawah naungan perintah Allah. Semua yang ada di dalam sistem ini diciptakan untuk
kepentingan manusia, suatu anugerah yang selalu dibarengi dengan peringatan
spiritual agar manusia tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain (QS. Al-Baqarah:
22). Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah menawarkan tugas kekhalifahan di
bumi, dan gunung. Tugas utama menjadi khalifah tentunya terkait dengan
penggalan akhir ayat di atas. Ketika itu, baik langit, bumi, maupun gunung
menolak tawaran itu karena khawatir tidak mampu memikulnya. Namun, manusia
menyatakan sanggup untuk memikul tugas dan amanah itu.[10]
Karena kesanggupan ini, Tuhan menetapkan manusia sebagai khalifah
yang bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupan di dunia. Naun alih-alih
bersyukur, manusia malah menjadi makhluk yang paling banyak merusak
keseimbangan alam. Manusia sengaja ataupun tidak merusak ekosistem bumi dengan
merubah keseimbangan keteraturan alam ciptaan Allah ini, hingga murka alam
seperti kebakaran hutan dan banjir pun tak terhindarkan.
Peruntukan bumi bagi manusia mengandung arti bahwa bumi ini tidak
hanya disediakan untuk satu generasi belaka, melainkan untuk semua generasi
yang ada di bumi. Meskipun manusia sering berlaku tidak adil terhadap alam,
tetapi Allah selalu membimbing manusia bertanggungjawab terhadap alam. Kecuali
itu, Allah juga memberi wewenang manusia untuk mengatur bumi ini. Tuhan telah meninggikan
derajat manusia diatas ciptaan-Nya yang lain. Manusia dianugerahi akal oleh
Allah yang mana fungsinya yaitu untuk berfikir. Manusia sangat mempunyai
istimewa dihadapan Allah. Dari pernyataan tersebut, maka manusialah mempunyai
peranan penting dan bertanggung jawab tentang alam semesta ini. Sebagaimana
firman Allah SWT:
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."[11] (Al-Baqaroh: 30)
Jelaslah
bahwa tujuan penciptaan manusia yang
kedua adalah beribadah kepada Tuhan suatu bentuk perilaku yang tulus untuk
menghormati ketuhanan. Dalam memuja Tuhan, manusia harus berusaha untuk hidup
dalam harmoni dan keselarasan dalam semua ciptaan Tuhan yang secara alami juga
melakukan penyembahan kepada-Nya. Fenomena pemujaan tentang Tuhan salah satu
contohnya yaitu yang mana terdapat dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 20:
يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
“ Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Al-Anbiya’: 20)
Semua bentuk pemujaan kepada Allah diadakan untuk membantu manusia dalam mengingat Tuhan. Tetapi banyak manusia yang diberi rizki dari Allah, tetapi mereka tidak bersyukur, justru malah melupakan-Nya. Dalam Islam, setiap gerak manusia dapat dinilai sebagai bentuk penyembahan kepada Allah SWT.[12]
Dalam
rangka ikhtiar memakmurkan bumi manusia telah diberi modal dasar yang telah
melekat pada diri manusia di awal penciptaan nya.Yakni berupa akal
dan pikiran.Maka dengan ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat melakukan
penelitian dan mencari pengetahuan bagaimana mengelola semua amanah yang di
berikan Allah SWT.
Memelihara di sini tidak hanya
secara fisik saja. Tetapi segala yang ada di alam harus di pelihara karena
manusia sejatinya bergantung pada alam atau mahluk lain.Termasuk juga dalam
memelihara akidah dan akhlak manusia itu sendiri sebagai sumber daya manusia
yang akan memanfaatkan alam, dan merupakan tugas manusia menciptakan
keseimbangan alam ini. Karena dunia ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia.[13]
IV.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dalam
bentuk yang sebaik-baiknya. Ada banyak proses kejadian manusia mulai dari
diciptakannya Nabi Adam, Siti Hawa, hingga keturunan Adam dan Hawa yaitu
manusia sekarang. Dalam Al-Qur’an, banyak menyebutkan proses kejadian manusia
salah satunya QS. Al-Mu’minun ayat 14. Bahwa manusia diciptakan dari nuthfah
(setetes air mani), kemudian air mani itu menjadi segumpal
darah, lalu segumpal darah itu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu
menjadi tulang belulang, lalu tulang belulang itu dibungkus dengan daging.
Kemudian Allah menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain yaitu manusia yang
sempurna.
Sedangkan penciptaan manusia menurut
IPTEK banyak argumen yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang ilmu
pengetahuan. Seperti pandangan Islam tentang teori Evolusi Manusia di cetuskan oleh Charles Robert Darwin (1809-1882) Dua inti pokok dari teori darwin yaitu spesies yang hidup di masa
sekarang berasal dari makhluk hidup yang berasal dari masa lampau kemudian evolusi
terjadi karena adanya proses seleksi alam (natural selections). Tujuan
diciptakannya manusia itu adalah sebagai khalifah di bumi, beribadah, dan
melestarikan bumi.
B. PENUTUP
Demikian makalah yang telah kami
susun. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Andriianty, “Konsep Islam tentang Proses Penciptaan
Manusia”, http//Andriianty konsep
islam tentang proses penciptaan manusia/2013/06/05.htm. diakses pada hari
Rabu 10 September 2014.
Djuned, Daniel,
Antropologi Al-Qur’an, Jakarta: Erlangga, 2002.
Fathurrohman,
Muhammad, “Proses Kejadian Manusia Dan Nilai-Nilai Pendidikan Di Dalamnya”,
http//Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai Pendidikan di
Dalamnya/2012/09/19.htm. diakses pada hari rabu 10 september 2014.
Hisham
Thalbah, Ensiklopedia Mukjizal Al-Qur’an Dan
Hadits, Bekasi: Sapta Sentosa, 2008.
Kementerian
Agama RI, Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Jakarta:
PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012
Lanajah
Pentasihan Mushaf al-Quran Kementrian Agama, Pelestarian Lingkungan Hidup, Jakarta:
Aku Bisa, 2012.
Tim Baitul
Kilmah, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an & Hadits jilid 4,
Jakarta: Kamil Pustaka, 2013.
Shihab, M
Quraish, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran Vol 10, Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
Thalbah,
Hisham, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadits, Bekasi: Sapta
Sentosa, 2008.
[3] Tim Baitul
Kilmah, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an dan Hadis Jilid 4, (Jakarta:Kamil
Pustaka, 2013), hlm. 192.
[6] Hisham Thalbah, Ensiklopedia Mukjizal
Al-Qur’an Dan Hadits, (Bekasi: Sapta
Sentosa, 2008), hlm. 35.
[8]
Muhammad Fathurrohman, “Proses Kejadian Manusia Dan Nilai-Nilai Pendidikan Di
Dalamnya”, http//Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai Pendidikan di
Dalamnya/2012/09/19.htm. diakses pada hari rabu 10 september 2014.
Rabu 10 September 2014.
[9] Kementerian
Agama RI, Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta:
PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hlm. 2
[10]Kementerian
Agama RI, Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta:
PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hlm. 120-121
[11]Kementerian
Agama RI, Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta:
PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hlm. 122
[12] Kementerian
Agama RI, Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta:
PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hlm. 3-4
3 komentar:
barakallah, terimakasih atas infonya.
tapi masih belum lengkap. akhi
point-pointnya aja kampret, banyak pula penjelasannya
copy paste aja bangga lu
terimakasih infonya sangat bermanfaat,jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2PkBrjd
Post a Comment