HARI KIAMAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN DAN IPTEK
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: AL-Qur’an dan IPTEK
Yang
Diampu Oleh: Lutfiyah, S.Ag, M.Si.
Disusun
Oleh,
Syaifudin
Hamzah (133111011)
Iza
FirdiyanaH Rizki (133111012)
Baihaqi (133111013)
Rizqi Ainunhayati (133111014)
Edi Sudihartono (133111015)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
HARI
KIAMAT DALAM PANDANGAN IPTEK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Seiring dengan
perkembangan zaman, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mampu membuat sebuah
peradaban tersendiri. Terlebih ketika memasuki abad ke-21, para ilmuan saling
berkompetisi untuk menguak seluruh fenomena yang terjadi di alam semesta.
Adapun cara yang dilakukan beraneka macam, bisa melalui eksperimen maupun langsung
berobservasi.
Para ilmuan
semula disibukkan pada awal mula kejadian alam, hingga akhirnya muncul berbagai
teori. Tidak ada yang mengetahui kebenaran secara mutlak dari berbagai teori
yang ada. Akan tetapi jumhur ilmuan mempercayai, teori Big Bang-lah yang
mendekati kebenaran ilmiah. Selanjutnya, persoalan mengenai berakhirnya alam
ini pun menyedot perhatian para ilmuan. Kehancuran alam semesta merupakan
peristiwa yang paling besar dari serangkaian fenomena alam yang ada. Terlebih
dunia juga sempat dikejutkan dengan salah satu film yang menceritakan tentang
hari berakhirnya alam ini atau biasa disebut hari kiamat.
Pada pembahasan kali ini, pemakalah akan membahas tentang
kehancuran alam yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan IPTEK. Kebenaran
tentang kehancuran alam semesta yang terdapat dalam berbagai ayat al-Qur’an
adalah absolut. IPTEK berusaha menjelaskan secara ilmiah dari fenomena kiamat
tersebut, serta untuk menguatkan informasi yang ada dalam al-Qur’an. Hal tersebut
karena ilmu pengetahuan dikembangkan untuk mencari kebenaran, maka pada
akhirnya ia akan bersesuaian juga dengan al-Qur’an yang kebenarannya qat’iy..
B.
Perumusan
Masalah
1. Bagaimana
Hari Kiamat menurut al-Qur’an ?
2. Bagaimana
Interelasi Teori Kiamat menurut IPTEK dengan al-Qur’an ?
3. Apa
Hikmah yang Dapat Diambil dari Mempelajari Hari Kiamat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hari
Kiamat dalam Perspektif al-Qur’an
Hari
akhir atau biasa disebut dengan hari kiamat adalah waktu berakhirnya seluruh kegiatan
di alam dunia. Dalam Islam, mempercayai hari kiamat merupakan rukun iman yang
ke lima. Iman kepada hari akhir berarti memepercayai bahwa seluruh alam semesta
dan segala isinya pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran dan mengakui
bahwa setelah kehidupan di dunia ini ada kehidupan lagi yang kekal abadi.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa yang mengetahui akan rahasia hari kiamat hanyalah Allah
SWT.[1]
Hari kiamat akan datang ketika Allah yang maha hidup mengakhiri kehidupan
dan membinasakan makhluk-mahkluk-Nya, sebagai bukti kebenaran firman-Nya dalam
Q.S. ar-Rahman: 26-27.
@ä. ô`tB $pkön=tæ 5b$sù ÇËÏÈ 4s+ö7tur çmô_ur y7În/u rè È@»n=pgø:$# ÏQ#tø.M}$#ur ÇËÐÈ
(26) Semua yang
ada di bumi itu akan binasa. (27) dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.
Adapun tanda-tanda hari kiamat yang Allah
berikan melalui kitab al-Qur’an sangatlah banyak, diantaranya seperti dalam
surat al-Ambiya’ ayat 104:
tPöqt ÈqôÜtR uä!$yJ¡¡9$# ÇcsÜ2 Èe@ÉfÅb¡9$# É=çGà6ù=Ï9 4 $yJx. !$tRù&yt/ tA¨rr& 9,ù=yz ¼çnßÏèR 4 #´ôãur !$oYøn=tã 4 $¯RÎ) $¨Zä. úüÎ=Ïè»sù ÇÊÉÍÈ
(104)
(yaitu) pada hari Kami gulung langit bagaikan menggulung lembaran-lembaran
kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah
yang akan melaksanakannya.
Ayat diatas secara gamblang menjelaskan bahwa
ketakutan yang terbesar itu mulai terjadi pada hari Allah melipat langit dengan
sangat mudah bagaikan menggulung lembaran-lembaran kertas. Ketika itulah
yang dinamakan hari berakhirnya alam dunia. Hal itu sangat mudah Allah lakukan,
sebagaimana Allah telah memulai penciptaan pertama dari ketiadaan
menjadi ada, begitulah Allah akan mengulanginya. (6)
( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygãKù=Ïæ yZÏã În1u ( w $pkÏk=pgä !$pkÉJø%uqÏ9 wÎ) uqèd 4 ôMn=à)rO Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 w ö/ä3Ï?ù's? wÎ) ZptGøót/ 3 y7tRqè=t«ó¡o y7¯Rr(x. ;Å"ym $pk÷]tã ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygßJù=Ïæ yZÏã «!$# £`Å3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÊÑÐÈ
(187).
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi
Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain
Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di
bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba".
mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya.
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di
sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".
Pengetahuan tentang hari kiamat yang Allah berikan kepada manusia
sangatlah sedikit. Al-Qur’an hanya memberikan beberapa isyarat tentang hari
kehancuran alam semesta ini.[2] Tetapi mengkaji
kemungkinan secara ilmiah, diharapkan memperkuat keyakinan kita akan kepastian
hari kehancuran.
B.
Hari
Kiamat menurut IPTEK
Setiap orang yang beriman meyakini akan datangnya
Hari Kiamat. Datangnya hari tersebut, tidak seorang manusiapun mengetahuinya,
karena hal itu adalah rahasia Allah SWT. Namun demikian manusia dengan akal
pikirannya dapat mengingat tanda-tanda hari kiamat yang telah dijelaskan oleh
Allah SWT dan dapat membaca fenomena alam serta membuktikannya melalui
teori-teori ilmu pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:
1. Menurut
Tokoh
Menurut
Achmad Baiquni, dalam bukunya Alquran Ilmu Pengatahuan dan Teknologi, mengemukakan
bahwa ada beberapa sekenario tentang terjadinya kiamat menurut sains,
diantaranya yaitu:
a. Skenario
pertama menggambarkan habisnya bahan bakar temonuklir yaitu hidrogen dalam matahari.
Kalau reaksi nuklir makin berkurang, matahari akan menjadi dingin dan bumi
akan membeku. Tak ada tanaman yang akan tumbuh dan kehidupan di bumi akan
berakhir. Waktu yang dibutuhkan matahari untuk menghabiskan bahan bakarnya
berkisar sekitar lima milyar tahun.
b. Skenario
kedua menggambarkan habisnya hidrogen dibumi. Jika hidrigen tersebut habis,
maka semua makhluk hidup akan mati membeku seperti pada skenario pertama.
Barangkali selama milyaran tahun juga.
c. Skenario
ketiga menggambarkan mengembangnya matahari. Sebagaimana di diketahui, matahari
merupakan salah satu bintang dalam galaksi kita yang letaknya paling dekat
dengan bumi. Evolusi matahari akan mengikuti bintang-bntang lainnya yaitu
bila ia telah “Padam” ia akan menyusut menjadi kecil sampai pada suatu saat
ketika energy gravitasinya berubah menjadi panas dan mengubahnya menjadi
bintang raksasa merah. Pada kondisi demikian sistem tata surya sebagian
(termasuk bumi kita) akan tertelan oleh matahari. semua makhluk hidup akan mati
terbakar.
2. Teori
Big Crunch
Peristiwa
Big Bang yang telah dikemukakan oleh Georges Lemaitre, George Gamow pada tahun
1930-an dan Stephen Hawking pada tahun 1980-an tersebut telah menjelaskan
kejadian awal alam semesta. Teori tersebut menjelaskan bahwa alam semesta
awalnya tersusun dari sebuah titik yang sangat rapat, padat dan panas yang
disebut titik singularitas, yaitu sebuah titik yang tidak terdefinisikan. Dari
titik inilah suatu ledakan kosmis mahadahsyat yang disebut sebagai Big Bang.[3]
Semuanya terkendali dalam jaring-jaring gravitasi yang sudah terbentuk sejak
awal, sebelum ledakan kosmis tersebut. Selanjutnya, alam semesta mengembang dan
berangsur dingin.
Ternyata
Allah swt telah menjelaskan kejadian tersebut di dalam QS. al-Anbiya ayat 30,
dan Apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?
Al-Qur’an
menyajikan informasi yang sangat akurat bahwa pada awalnya langit dan bumi
memang berpadu dalam satu titik singularis sebagai asal segala yang ada di
jagat raya. Berdasarkan pengamatan para ahli, alam semesta mengembang dengan
laju yang sangat mengherankan dan menakjubkan setelah proses pembentukannya.
Beberapa ahli astronomi percaya bahwa perluasan atau pengembangan alam semesta
akan terus berlanjut, sedangkan beberapa ahli lainnya meyakini pada suatu saat
alam semesta akan mulai mengerut. Sebagaimana terdapat didalam QS. al-Dzariyat
ayat 47: “dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”.[4]
Stephen hawking dalam bukunya
mengatakan bahwa penemuan bukti mengembangnya alam semesta merupakan salah satu
revolusi terbesar dalam ilmu pengetahuan abad ke-20. Suatu saat nanti akan
terjadi Big Crunch yaitu tabrakan seluruh isi alam semesta yang terdiri
atas kumpulan galaksi, bintang dan planet. Hal ini adalah kebalikan dari awal
pembentukannya. Alam semesta perlahan menuju titik keseimbangan barunya, dan
akhirnya kehilangan tenaga sehingga tersedot kembali oleh gaya gravitasi awal
pembentukannya.[5]
C.
Hikmah
yang Dapat Diambil dari Mempelajari Hari Kiamat
Semangat al-Qur’an,
menurut Fazlur Rahman, adalah semangat moral. Bahkan tujuan Nabi diutus ke bumi
untuk menyempurnakan moral. Oleh karena itu, setiap upaya penafsiran al-Qur’an
tidak dapat melepaskan diri dari pesan dan moral. Demikian halnya dengan ayat al-Qur’an
yang mebahas tentang kehancuran alam. Ada beberapa pesan moral kehancuran alam
semesta :
1.
Mengubah Pandangan Hidup Dunia Materialistik Menjadi
Seimbang Antara Dunia Akhirat.
Pengetahuan sains telah menyebutkan bahwa kehancuran
alam pasti akan terjadi. Dalam Al-Qur’an, berbagai ayat mengajarkan akan
keyakinan akan adanya hari pembalasan mengantarkan manusia untuk melakukan
berbagai amal sholeh dalam kehidupannya.
2.
Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab.
Menurut Amir Nuruddin bahwa semangat pokok dalam al-Qur’an
adalah untuk menanamkan ke dalam jiwa kesadaran tentang tanggung jawab.
3.
Pembenahan Diri Seawal Mungkin
Umat islam harus menekankan kepada umat muslim
terutama peserta didik bahwa sains didasarkan pada eksperimental dan observasi
terhadap alam yang tampak ini dan tidak mempunyai sekelumit pun pengetahuan
tentang alam gaib. Kita harus menegaskan bahwa ekstrapolasi sains sampai pada
periode penciptaan alam semesta tidak dijamin kebenarannya karena para pakar
sendiri tidak tahu apa yang terjadi sebelum apa yang mereka namakan waktu
Planck; yaitu seper-sepuluh-juta-triliun-triliun sekon sesudah penciptaan. Dan
umat islam harus menjelaskan bahwa sains berkembang melalui berbagai tahapan.
Pada tahapan-tahapan tertentu mungkin saja dalam sains tidak sesuai, atau
bahkan saling bertentangan dengan isli al-Qur’an. Akan tetapi karena sains
dikembangkan untuk mencari kebenaran, maka pada akhirnya akan bersesuaian
dengan al-Qur’an.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembahasan
mengenai kehancuran alam semesta dalam sudut pandang Islam dan sains
menunjukkan adanya kesamaan. Ilmu Islam (Al-Qur’an) memberikan informasi kepada
ilmu sains dan teknologi, contohnya saja tentang alam semesta yang akan
mengerut dan mengalami kehancuran. Dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 104 “ Pada hari Kami melipat langit bagaikan
melipat lembaran buku-buku.” Secara tersurat menjelaskan bagaimana proses
terjadinya hari akhir atau kehancuran dari alam semesta.
Demikian
juga dalam sains yang menjelaskan proses kehancuran alam semesta yang serupa.
Menurut Teori Big Crunch, alam semesta akan berhenti berekspansi dan menyusut
menjadi sebuah titik. Dengan demikian, displin ilmu Islam memberikan informasi
kepada disiplin ilmu sains.[6]
Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus berkembang hingga titik maksimal,
kemudian setelah mencapai titik maksimal maka alam semesta akan mengalami
kompresi atau mengecil dan akhirnya kembali menjadi titik.
DAFTAR PUSTAKA
Baichuni, Achmad,
Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman Yogyakarta : PT. Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997.
Lajnah
Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Penciptaan
Jagat Raya dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010.
Schneider,
Stephen Ewing, Pathways To Astronomy, New York: The McGraw-Hill Companies,
Inc., 2007.
Sudarmojo,
Agus Haryo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam al-Qur’an, Bandung: Mizan Media
Utama, 2009.
Tauffiqhy, Abdel,
Teori Big Bang Dan Teori Big Crunch, Padang : SMAN 1, 2010.
[1] Achmad Baichuni, Al-Quran dan Ilmu
Pengetahuan Kealaman (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997),
hal. 260.
[2] Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat
Raya dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2010), hal. 134.
[4] Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam al-Qur’an,
(Bandung: Mizan Media Utama, 2009), hal. 9-11.
[5] Stephen Ewing Schneider. Pathways
To Astronomy. ( New York: The McGraw-Hill Companies, Inc., 2007), hal. 676.
0 komentar:
Post a Comment