Sunday, February 5, 2017

Membumikan Perdamaian

Sudah cukup lama blog ini tak diisi, usang tak terurus. Kalau saja situs ini adalah sebuah besi, mungkin sudah karatan. Atau barangkali sebuah rumah, sudah "klamadan"--dipenuhi sarang laba-laba. Untung saja ada tulisan ini, meskipun ala kadarnya; ditulis lewat hape, setidaknya bisa sedikit menghilangkan karat dan klamad yang bergelantungan.

Tentu tulisan--atau sebut saja coretan, sebab asal-asalan--ini tak muncul begitu saja. Ada beberapa hal yang melatarbelakanginya. Meskipun alasan kenapa selama ini jarang nulis, simpel: Malas. Tapi sungguh, gagasan untuk kembali menghidupkan Writting Challange (sebuah kontestasi abal-abal untuk belajar menulis) yang dulu sempat "moncer" ini, patut diapresiasi.

***

Berawal dari temen-temen di FST (Saintek), ada Lian, Budi, Udin dan Arbach, yang pada 1 Februari kemarin memposting Writing Challenge (WC) pertamanya. Katanya si, mereka berkomitmen untuk menulis satu hari satu tulisan. Kalau benar begitu dan jika bisa konsisten, tentu bukan tidak mungkin nantinya bisa menyaingi kemasyhuran Sumanto Al Qurtuby yang giat menulis catatan ringan di akun Pesbuknya. Semoga.

Bertolak dari Saintek, temen-temen di FITK, ada Aziz, Riska waakhowatuha, juga berencana menghidupkan kembali WC-nya. Meskipun sampai sekarang masih dalam tataran wacana. Karena berdasarkan pemberitahuan di berandanya Abdul Aziz Afifi malam tadi (5/2), deadlinenya masih seminggu lagi, terhitung sejak "status" tersebut diposting.

Untuk teknis dan mekanisme penulisan di WC tersebut, baik di Saintek maupun di FITK, tak jauh berbeda. Semua orang boleh bergabung; siapapun dan kapanpun. Saya mengandaikan, jika ada ratusan orang yang tergabung dalam permainan WC ini, berarti akan ada ratusan tulisan yang diposting dalam blog masing-masing anggota WC. Jika benar demikian, maka kekhawatiran-kekhawatiran tentang berita hoax ataupun debat kusir yang kerap terjadi di media sosial, akan terminimalisir.

Terlalu muluk-muluk memang. Tapi bukannya dalam filsafat kehidupan dikatakan, "Kepastian dalam hidup hanyalah sebuah ketidakpastian (seperti kematian)." Jika saya balik, "Ketidakpastian dalam hidup adalah sebuah kepastian (seperti impian)."

Terlepas dari itu, intinya, pembelajaran menulis lewat permainan WC ini adalah hal yang positif, efektif dan perlu dimasifkan. Hanya saja butuh satu hal: Konsisten. "Konsisten itu sulit, lebih sulit dari sekadar nyari pacar. Mungkin setara dengan sulitnya mencintai satu wanita, perlu komitmen dab ketekunan. Dan, mari kita usahakan !

***

Ow ya, lupa. Tadinya tulisan ini saya diniatkan untuk mengikuti WC dengan tema: Perdamaian, tapi karena sampai kalimat ini saja sudah lumayan panjang (dan atau sudah capek, males ngetik, males mikir), mending tak cukupkan saja.

Dan tentang judul, maaf, sengaja tak saya ganti. Mungkin ulasan tentang "perdamaian" saya bahas lain kesempatan, atau barangkali berminat, silakan baca tulisan sebelum ini tentang "Polemik AS dan Peran Islam Modera", kayaknya sedikit nyerempet dengan tema.

Sekian. Terimakasih sudah membaca...hh

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More