HUBUNGAN AL-QUR’AN DAN
HADITS DENGAN SAINS
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah: Al-Qur’an
dan IPTEK
Dosen Pengampu: Lutfiyah,
S.Ag. M.S.I.
Disusun oleh:
Muhammad Yasin Yusuf (123111022)
Durriyah Musofiyah (123111034)
Wilda Ari Khumairoh (123111036)
Syamsul Fathan (123111038)
Ali Shodiqin (123111049)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
Pendahuluan
Al-Qur’an
dan Hadits merupakan dua pedoman umat muslim yang saling berhubungan satu sama
lain. Al-Qur’an tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya Hadits sebagai penjelas
al-Qur’an yang masih bersifat global. Al-Qur'an dan Hadits sebagi petunjuk bagi manusia yang
membawa berita gembira berupa pemecahan masalah yang dihadapi manusia untuk
masa lalu, keadaan saat ini maupun keadaan pada masa yang akan datang, juga
sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan oleh umat manusia. Sehingga al-Qur'an dan Hadits sering
disebut sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang terdapat dalam
al-Qur'an ada yang mudah dipahami ada
juga yang memerlukan pemikiran dan pengembangan serta perenungan lebih lanjut
untuk dapat dipahami. Pemahaman tentang al-Qur'an seseorang tergantung pada kecerdasan, tingkat
pendidikan ilmu yang digelutinya, kemajuan ilmu pengetahuan serta kondisi sosial
lingkungan sekitarnya, sehingga dari ayat yang sama mungkin saja akan
memberikan tafsiran yang berbeda.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami
membahas hubungan al-Qur’an dan Hadits dengan sains, hubungan al-Qur’an dengan
sains dan hubungan Hadits dengan sains.
II. Hubungan Al-Qur’an dan Hadits dengan
Sains
Al-Qur’an adalah mu’jizat Islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu
diperkuat dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT.
kepada Rasulullah Muhammad SAW. untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan
menuju jalan yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.[1]
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lain adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan Hadits mengajak kaum
muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan
orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Dalam al-Qur’an kata al-‘ilm
dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama
yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW., menyebutkan pentingnya membaca, pena,
dan ajaran untuk manusia.[2] Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5:
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/
y7În/u
Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$#
y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Tidak
hanya dalam al-Qur’an saja yang membahas pentingnya ilmu pengetahuan, bahkan
banyak di dalam Hadits Rasulullah SAW. juga ada pernyataan-pernyataan yang
memuji ilmu dan orang yang terdidik. Sejumlah Hadits mengenai hal ini dinisbatkan
kepada Nabi SAW. yang beberapa di antaranya: “Mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim”, “Carilah ilmu sampai ke negeri Cina”, “Para Ulama itu adalah
pewaris Nabi”.[3]
Hal di atas menunjukkan
bahwa betapa ajaran Islam sudah memperhatikan tentang pentingnya IPTEK dan
menyuruh kepada kaum muslimin untuk berusaha mengembangkannya. Tentunya
perkembangan IPTEK juga harus diimbangi dengan Iman dan Taqwa. Karena IPTEK
yang tidak diiringi dengan Iman dan taqwa, hanya akan menyebabkan kerusakan.
III. Hubungan Al-Qur’an dengan Sains
Sebelum
al-Qur’an turun, yang menguasai ilmu itu hanyalah tokoh-tokoh agama, pemuka
masyarakat, ahli hikmah dan filosof. Ilmu itu pun diwarnai khurafat yang
digunakan untuk maksud-maksud tertentu, seperti untuk mengeksploitasi sesama
manusia atau menipu yang bodoh.[4]
Ketika
al-Qur’an datang, ilmu mempunyai tujuan mulia yaitu untuk kebaikan dan
kemaslahatan manusia. Karena itu, setiap muslim diwajibkan menuntutnya. Sebagai
disebutkan dalam hadits:
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan
muslim perempuan.”
Dari al-Qur’an lahir berbagai
cabang imu pengetahuan seperti tajwid, nahwu, sejarah, tafsir, dan sebagainya.
Karena itu, dapat disebutkan bahwa al-Qur’an merupakan induk segala ilmu.
Kemudian melalui orang-orang Islam, ilmu pun berkembang dan menyebar.[5]
Sifat ilmu pengetahuan adalah dapat
diterima oleh rasio atau akal. Al-Qur’an memberikan penghargaan yang amat
tinggi terhadap akal. Tidak sedikit ayat al-Qur’an yang menganjurkan dan
mendorong manusia agar mempergunakan pikiran dan akalnya. Dengan penggunaan
akal dan pikiran tersebut ilmu pengetahuan dapat diperoleh dan dikembangkan.
Allah SWT. berfirman dalam surat ar-Rum: 8
öNs9urr& (#rã©3xÿtGt þÎû NÍkŦàÿRr& 3 $¨B t,n=y{ ª!$# ÏNºuq»uK¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJåks]øt/ wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 3 ¨bÎ)ur #ZÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# Ç!$s)Î=Î/ öNÎgÎn/u tbrãÏÿ»s3s9 ÇÑÈ
“Dan mengapa
mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan)
yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara
manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya”.
Al-Qur’an sesungguhnya tidak
membedakan antara ilmu agama Islam dengan ilmu umum. Yang ada dalam al-Qur’an
adalah ilmu. Pembagian adanya ilmu agama Islam dan ilmu umum merupakan hasil
kesimpulan manusia yang mengidentifikasi ilmu berdasarkan sumber objek
kajiannya. Ilmu-ilmu tersebut seluruhnya pada hakikatnya berasal dari Allah,
karena sumber-sumber ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya, manusia dengan perilakunya, akal pikiran dan
intuisi batin seluruhnya ciptaan dan anugerah Allah yang diberikan kepada
manusia.[6]
Terdapat perselisihan pendapat
antara para ulama yang telah lama berlangsung mengenai hubungan al-Qur’an dan
sains. Dalam kitab Jawahir al-Qur’an, Imam al-Ghazali pada bab
“Munculnya Ilmu-ilmu Klasik dan Modern dari al-Qur’an” menerangkan bahwa
seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, yang telah
diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari al-Qur’an. Imam al-Suyuthi
juga memiliki pandangan yang sama dengan Imam al-Ghazali.[7]
Dalam bukunya al-Ithqan fi ‘Ulum al-Qur’an, beliau berpendapat bahwa
al-Qur’an mencakup seluruh ilmu klasik dan modern.[8]
Dalam hal ini, perlu untuk
menyebutkan bahwa motif para ulama terdahulu dalam memandang al-Qur’an sebagai
sumber seluruh ilmu itu lahir dari keyakinan terhadap komprehensifnya
al-Qur’an. Akan tetapi, para ulama sekarang, di samping meyakini hal ini,
mereka lebih menekankan pembuktian akan keajaiban al-Qur’an dalam bidang
keilmuaan. Oleh karena itu, mereka mencoba mencocokkan al-Qur’an dengan
penemuan-penemuan sains kontemporer.[9]
Al-Qur’an semakin laris dikaji oleh
para ilmuwan terutama masyarakat nonmuslim. Terbukti, al-Qur’an banyak
memberikan informasi tentang IPTEK yang semakin hari semakin nyata lewat kajian
dan percobaan yang mengagumkan. Sebagai contoh, hasil percobaan pemotretan atas
pegunungan di Nejed (Arab Saudi) oleh Telster (Satelit Amerika Serikat)
ternyata diketahui bahwa gunung-gunung yang tampak di mata kita seolah tetap,
sesungguhnya gunung-gunung itu berarak sebagaimana mega. Firman Allah SWT dalam
surat an-Naml: 88.
ts?ur tA$t7Ågø:$# $pkâ:|¡øtrB ZoyÏB%y` }Édur ßJs? §tB É>$ys¡¡9$# 4 yì÷Yß¹ «!$# üÏ%©!$# z`s)ø?r& ¨@ä. >äóÓx« 4 ¼çm¯RÎ) 7Î7yz $yJÎ/ cqè=yèøÿs? ÇÑÑÈ
“Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di
tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan
Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Jangkau pengamatan empirik dan
rasio kita terlalu lemah, dan akal kita tidak mampu mencerna bahwa
gunung-gunung sedahsyat itu yang tertancap di bumi, dikatakan dalam al-Qur’an
berjalan sebagaimana awan. Tetapi ternyata hal itu kini telah dibuktikan oleh IPTEK
sebagai perpanjangan pengamatan manusia.
Memang begitulah kehendak
Allah terhadap gunung-gunung, karena
semua isi alam ini milik Allah, dan tunduk di bawah perintah-Nya. Manusia wajib
menerima dengan penuh keimanan semua isi al-Qur’an yang menyangkut IPTEK, baik
itu sudah terbukti atau belum. Manusia
dan IPTEK masih harus bekerja keras untuk membuktikan formula-formula
al-Qur’an. Kitab ini memang sungguh tidak akan ada habisnya menyajikan ilmu
Allah itu. IPTEK menjelaskan fenomena alam semesta, dan alam semesta
membuktikan kebenaran al-Qur’an.[10]
Sebagian dari ulama berpendapat
bahwa tidak ada penemuan baru sains yang tidak diramalkan oleh al-Qur’an.
Misalnya, al-Thanthawi, dalam tafsir al-Qur’annya, mencoba menyarikan
hasil-hasil ilmu kealaman dari al-Qur’an dan ia takut tidak bisa hidup cukup
lama untuk menempatkan seluruh penemuan sains dan teknologi di dalam al-Qur’an.
Namun, beliau berbahagia karena penemuan-penemuan sains sampai sekarang massih
menunjukkan kekuatan profetis al-Qur’an.[11]
IV. Hubungan Hadits dengan Sains
Hadits merupakan sumber kedua setelah al-Qur’an
bagi fiqih dan hukum Islam. Hadits juga merupakan sumber bagi da’wah dan
bimbingan bagi seorang muslim, ia juga merupakan sumber ilmu pengetahuan
religius (keagamaan), dan sosial yang dibutuhkna umat manusia untuk meluruskan
jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan
eksperimental mereka.
Seperti al-Qur’an, Hadits juga
mengandung informasi tentang beberapa hakikat yang berkaitan dengan
masalah-masalah ghaib, suatu alam yang tidak dapat kita lihat dan tidak juga
dapat ditangkap oleh panca indra kita yang lain. Masalah-masalah ini tidak
dapat kita ketahui melainkan dengan bantuan wahyu ilahi.
Seluruh umat Islam setuju bahwa Hadits
merupakan sumber pengetahuan. Mereka telah mendapatkan bukti-bukti akurat bahwa
Nabi Muhammad SAW. adalah utusan Allah yang menerima wahyu dari-Nya. Beliau
tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya, tidak berucap dari Allah kecuali
benar. Beliau tidak pernah mengatakan dari Allah mengenai apapun yang tidak
diketahuinya. Beliau juga tidak mengetahui perkara ghaib melainkan perkara yang
telah diajarkan Allah kepada beliau.
Letak perbedaan pendapat dalam masalah
ini adalah mengenai persoalan penetapan sahihnya suatu hadis yang diriwayatkan
dari Nabi SAW., yaitu mengenai Hadits yang secara pasti (qath’i) memang
sahih adanya dan konsekuensinya mesti diyakini secara ideologis sebagai akidah.
Pengetahuan mendasar dari Hadits
bukanlah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan yang
dinamis, yang diperoleh berdasarkan observasi dan eksperimen. Ilmu pengetahuan
yang demikian ini dapat dipelajari manusia dengan melalui proses uji coba
secara terus-menerus.[12]
Ilmu pengetahuan yang diserukan Islam
dan dianjurkan oleh Hadits adalah ilmu yang didasarkan pada pembuktian, karena
itu taqlid tidak dianggap ilmu dalam Islam, sebab ia hanya mengikuti pendapat
orang lain tanpa argumen. Dengan begitu, ilmu dalam Islam itu meliputi suau
bidang yang sangat luas, tidak dapat ditampung oleh istilah “ilmu” yang kini di
dunia Barat modern.
Ilmu dalam Islam meliputi perkara
metafisika yang disampaikan oleh wahyu yang mengungkapkan berbagai hakikat
wujud yang agung dan menjawab berbagai persoalan rumit yang tetap tak terjawab
sejak manusia mulai berpikir dan berfilsafat. Inilah arti kata “ilmu” yang
utama, bahkan Imam Ibnu Abdul Barr menyebutnya sebagai “ilmu tertinggi”.
Ilmu itu mencakup bidang kemanusiaan
yaitu kajian-kajian tentang manusia yang membahas aspek-aspek kehidupannya,
hubungannya dengan dimensi ruang, waktu, diri, masyarakat, ekonomi, politik,
dan lain-lain yang menjadi perhatian ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora) dan
ilmu-ilmu sosial. Aspek material juga menjadi salah satu cakupan ilmu yang
sangat penting, meliputi benda-benda di angkasa raya dan dalam perut bumi.
Inilah bidang yang ditekuni oleh orang Barat dewasa ini dan mereka hanya
berhenti pada aspek ini,. Dan inilah arti “ilmu” bagi mereka, karena bidang
inilah merupakan satu-satunya yang tunduk pada pengujian, ukuran, pengamatan,
dan percobaan serta dapat di tes dalam laboratorium.
Ilmu dalam Islam tidak hanya berhenti
pada batas ini yang sekadar mengkaji obyek-obyek bendawi. Islam juga tidak
menganggap ilmu ini bertentangan dengan iman sebagaimana agama-agama lain
menganggapnya dalam periode tertentu perjalanan sejarah mereka.[13]
Contoh bukti Hadits Nabi SAW sebagai sumber ilmu pengetahuan salah
satunya yaitu khasiat zaitun. Nabi bersabda:
كُلُوْا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوْا بِهِ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ
مُبَارَكَةٍ
“Makanlah zaitun (sebagai lauk bersama
roti) dan berminyaklah dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang
diberkahi.”
Hadits Nabi ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunan-nya
(Kitab Al-Ath’imah). Dalam hadits ini menjelaskan bahwa buah zaitun dan
minyaknya memiliki khasiat dan juga berasal dari pohon yang diberkahi.
Zaitun (sebagai buah) dan minyak zaitun telah disebutkan dalam al-Qura’n
sebanyak tujuh kali. Pohon zaitun sudah dikenal sejak peradaban-peradaban kuno
sebagai salah satu tumbuhan minyak terpenting. Riset terbaru membuktikan bahwa
kandungan asam lemak minyak zaitun sangat sedikit sekali, bahkan lemak yang
dikandungnya bukanlah lemak yang mengenyangkan. Oleh karena itu, minyak ini
mengandung nilai kesehatan yang tinggi sekali.
Melalui serangkaian penelitian dan percobaan yang rumit terbukti
bahwa mengkonsumsi minyak zaitun dengan teratur memberi andil yang efektif
untuk mencegah berbagai macam penyakit. Diantaranya, penyumbatan pembuluh darah
coroner (jantung koroner), peningkatan kadar lemak berbahaya dalam darah,
tekanan darah tinggi, kencing batu, dan beberapa kanker (seperti kanker perut,
kolon, payudara, rahim, dan kulit). Minyak zaitun juga dapat digunakan untuk
mencegah pemborokan system pencernaan (ulcer of the stomach).[14]
V.
Penutup
A.
Kesimpulan
Banyak dalil-dalil dalam
Al-Qur’an dan Hadits yang mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan
ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat yang tinggi. Ajaran Islam memperhatikan tentang pentingnya IPTEK dan
menyuruh kepada kaum muslimin untuk berusaha mengembangkannya. Tentunya
perkembangan IPTEK juga harus diimbangi dengan Iman dan Taqwa.
Al-Qur’an semakin laris dikaji oleh para
ilmuwan terutama masyarakat nonmuslim. Terbukti, al-Qur’an banyak memberikan
informasi tentang IPTEK yang semakin hari semakin nyata lewat kajian dan
percobaan yang mengagumkan. Sebagai contoh, hasil percobaan pemotretan atas
pegunungan di Nejed (Arab Saudi) oleh Telster (Satelit Amerika Serikat).
Hadits merupakan sumber kedua setelah al-Qur’an
bagi fiqih dan hukum Islam. Hadits juga merupakan sumber bagi da’wah dan
bimbingan bagi seorang muslim, ia juga merupakan sumber ilmu pengetahuan
religius (keagamaan), dan sosial yang dibutuhkna umat manusia untuk meluruskan
jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan
eksperimental mereka. Sebagai contoh hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan
yaitu buah zaitun dan minyaknya.
B.
Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga bermanfaat bagi
pembaca dan pemakalah sendiri. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun, maupun dalam menyampaikan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak tentu kami butuhkan demi memperbaiki makalah
kami berikutnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin
Nata, Abuddin. 1994. Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Al-Math,
Muhammad Faiz. 1994. Keistimewaan-keistimewaan Islam. Terj. oleh:
Masykur Halim, Ubaidillah. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-Qardhawy,
Yusuf. 1998. As-Sunnah Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban. terj. oleh:
Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Zindani,
Abdul Majid bin Aziz, dkk. 1997. Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang
Iptek. Jakarta: Gema Insani Press.
An-Najar, Zaghlul. 2011. Sains dalam Hadis
Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis Nabi. Jakarta: Amzah.
AS,
Mudakir. 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor : Pustaka Litera antarNusa.
cet. 10.
Golshani,
Mehdi. 2003. Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an. Terj. oleh: Agus Effendi.
Bandung: Mizan.
Nata,
Abuddin, dkk. 2005. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Jakarta: Raja
Grafindo.
Shihab,
M. Quraish, 1992. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka.
[1]Mudakir AS, Studi
Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera antarNusa, cet. 10, 2007), hlm.
1.
[2]Mehdi Golshani, Filsafat
Sains menurut Al-Qur’an, terj. oleh: Agus Effendi, (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 1.
[3]Abuddin Nata, Al-Qur’an
dan Hadits, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 176.
[4]Muhammad Faiz Al-Math, Keistimewaan-keistimewaan
Islam, terj. oleh: Masykur Halim, Ubaidillah, (Jakarta: Gema Insani Press,
1994), hlm. 52.
[5]Muhammad Faiz Al-Math, Keistimewaan-keistimewaan
Islam, terj. oleh: Masykur Halim, Ubaidillah,.........., hlm. 54.
[6]Abuddin Nata, dkk., Integrasi
Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hlm. 52.
[7]M. Quraish Shihab, Membumikan
Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Pustaka, 1992), hlm. 58.
[8]Mehdi Golshani, Filsafat
Sains menurut Al-Qur’an, terj. oleh: Agus Effendi,......., hlm. 55.
[9]Mehdi Golshani, Filsafat
Sains menurut Al-Qur’an, terj. oleh: Agus Effendi,......., hlm. 57.
[10]Abdul Majid bin Aziz
al-Zindani, dkk., Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Iptek, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm. 41.
[11]Mehdi Golshani, Filsafat
Sains Menurut Al-Qur’an, terj. oleh: Agus Effendi,......., hlm. 57.
[12]Yusuf Al-Qardhawy, As-Sunnah
Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban, terj. oleh: Setiawan Budi Utomo,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), hlm. 101-103.
[13]Yusuf Al-Qardhawy, As-Sunnah
Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban, terj. oleh: Setiawan Budi
Utomo,......., hlm. 220-221.
[14]Zaghlul An-Najar, Sains
dalam Hadis Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis Nabi, (Jakarta:
Amzah, 2011), hlm. 232.
2 komentar:
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
Post a Comment