Thursday, August 31, 2017

MAKALAH UNITY OF SCIENCES UIN WALISONGO

UNITY OF SCIENCES

MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Al-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu : Lutfiyah





Disusun oleh:
Amalia Nurul Aidha   (1231110)
Arisatul Muwafiqoh    (123111057)
Eva Lusiana                (123111081)
Fina A. Lutfia             (123111073)
Inarotul                       (1231110)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
       I.            PENDAHULUAN
Secara konseptual-normatif, dalam islam tidak dijumpai dikotomi ilmu. Baik dalam al-Quran maupun Hadis tidak memilah antara ilmu yang wajib dipelajari dan yang tidak.[1] Namun makna pendidikan Islam saat ini telah mengalami penyempitan, sehingga harus diluruskan kembali, karena pendidikan Islam tidak hanya sekedar pendidikan agama. Pendidikan Islam adalah segala usaha memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta SDM  yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma-norma Islam, sehingga menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya dan mampu berperan sebagai khalifah Allah.[2]
Dikotomi ilmu dalam studi Islam sangat berkaitan dengan pembagian kelompok ilmu Islam (ilmu agama) yang dilawankan dengan kelompok ilmu non-Islam (ilmu umum), di mana ini mengakibatkan kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan Islam. Sebagai konsekuensinya, muncul pula istilah sekolah-sekolah agama dan sekolah-sekolah umum. Sekolah agama berbasis ilmu-ilmu agama dan sekolah umum berbasis ilmu-ilmu umum.
Pendikotomian ilmu telah melahirkan banyak paradigma tentang perlunya menyatukan kembali semua ilmu pengetahuan. Oleh beberapa ahli, hal itu disebut sebagai Unity of Sciences. Apa yang dimaksud dengan Unity of Sciences dan hal-hal yang berkaitan dengan Unity of Sciences akan coba kami bahas dalam makalah ini.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa yang dimaksud Unity of Sciences?
B.     Bagaimana Upaya Integrasi Terhadap Dikotomi Ilmu?
C.     Bagaimana Hubungannya Unity of Sciences dengan Konversi IAIN menjadi UIN?




 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Unity of Scinces
Secara Bahasa Unity artinya kesatuan, sedangkan sciences  adalah ilmu pengetahuan. Jadi yang dimaksud Unity of Sciences adalah kesatuan ilmu pengetahuan, tidak adanya dikotomi ilmu (semua ilmu hakikatnya sama). Dalam Wikipedia, menyebutkan bahwa “The unity of science is a thesis in philosophy of science that says that all the sciences form a unified whole”( Kesatuan ilmu pengetahuan adalah sebuah tesis dalam filsafat ilmu yang mengatakan bahwa semua ilmu membentuk suatu kesatuan yang utuh).[3]
Azyumardi Azra dalam bukunya meguti pendapat Seyyed Hosen Nasr yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah dalam Islam berdasarkan pada ide kesatuan (unity) transenden yang merupakan jantung kewahyuan dalam Islam. Sesungguhnya tujuan ilmu Islam adalah untuk menujukkan kesatuan dan keterkaitan semua yang ada. Namun perspektif penyatuan dalam Islam tidak pernah mengizinkan berbagai bentuk pengetahuan dikembagkan secara bebas satu dengan yang lainnya.[4]
Menurut Dr. Muhaya yang dimaksud dengan Unity of Sciences  yaitu bahwasanya semua ilmu itu hakikatnya dari Allah, sehingga tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum. Bahkan ilmu sihirpun hakikatnya berasal dari Allah.
Perbedaan dan keberagaman ilmu pengetahuan itu bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya, lalu dibiaskan dan membentuk berbagai warna menjadi pelangi. Berbagai warna yang kita lihat pada pelangi bukanlah warna asli, melainkan warna hasil biasan. Allah memberikan ilmu pengetahuan adakalanya melalui wahyu (revelation), dan adakalanya melalui alam. Wahyu dan alam, keduanya merupakan ayat Allah. Antara ilmu wahyu dan ilmu alam pada hakikatnya menuju pada dzat yang satu, yaitu Allah. alam harus bisa dibaca melalui wahyu, dan wahyu harus bisa dibaca melalui alam, karena kedudukannya sama-sama sebagai ayat Allah, sehingga harus saling menguatkan.
Saat ini, banyak orang yang mengkotak-kotakkan ilmu, padahal perbedaan-perbedaan yang ada dalam ilmu pengetahuan itu bersifat majazi (perumpamaan / pengkiasan). Semua ilmu tujuannya adalah untuk memuliakan Allah dan mencari kebahagiaan. Seseorang akan memperoleh kebahagiaan jika berjalan sesuai dengan desain Allah (muhasabah). [5]
Seperti halnya ilmu fisika dan ilmu politik. Meskipun keduanya merupakan disiplin ilmu yang berbeda, akan tetapi kesatuan ilmu pengetahuan (Unity of Sciences) mengatakan bahwa pada prinsipnya mereka harus menjadi bagian dari upaya intelektual terpadu, ilmu pengetahuan.[6] Contoh lain adalah tasawuf dan psikologi. Keduanya merupakan disiplin ilmu yang  berbeda, namun dapat dipertemukan, karena keduanya sama-sama membahas tentang jiwa namun dengan pendekatan yang berbeda. Tasawuf digali melalui dalil-dalil keagamaan, sedangkan psikologi melalui behaviourisme empiris.
Ketika kita membicarakan tentang suatu ilmu, kita tidak dapat terlepas dari ilmu lain. Saat membahas tentang bagaimana cara berbicara yang baik agar tidak menyakiti lawan bicara, ada banyak ilmu yang terkait. Yaitu melalui ilmu agama tentang akhlakul karimah, ilmu sosial tentang cara bersosialisasi yang baik, ilmu komunikasi, ilmu psikologi, dan lain-lain. [7]
Sains sebagai penjelajahan akal pikiran umat manusia untuk menyibak segala misteri yang ada di alam semesta baik pada tataran kosmos maupun kosmis, sebenarnya merupakan bagian dari perintah agama. Sehingga dalam perspektif teologis, sains merupakan bagian dari keberagamaan seseorang. Ketika seorang ilmuan  menyingkap sebuah rahasia tentang cara kerja alam semesta, hakikatnya ia hanya menemukan hukum-hukum alam (sunnatullah) yang sudah diletakkan oleh  Tuhan pada wajah alam semesta.[8]
Pada hakikatnya, semua peristiwa yang tertoreh pada alam semesta ini tidak dapat dipisah-pisahkan secara strick dan ketat. Sebab setiap aktivitas yang kita lakukan pasti selalu menghembuskan nafas keagamaan. Seseorang yang benar-benar beriman, tidak memiliki pengalaman memilah-milah hidupnya mejadi sakral dan sekuler. Seluruh dimensi kehidupan menjelma pengalaman sakral, seperti pada tindakan-tindakan yang sederhana pun juga disakralkan dengan menyebut nama Tuhan. Dengan demikian, setiap kegiatan yang kita kerjakan mempunyai keterkaitan dengan seluruh fakta kehidupan, baik sesuatu yang profan (duniawi) maupun sesuatu yang sakral (spiritual/ukhrawi).[9]
Menurut Capra, melalui penglihatan sakral kita akan mengetahui bahwa pada tataran alam semesta ini terdapat semacam the hidden connections, keterkaitan-keterkaitan tersembunyi yang tidak hanya disingkap rahasia-rahasianya melalui perspektif saintik semata. Oleh karena itu, dibutuhkan perspektif lain yaitu perspektif spiritual. Artinya, pada wajah alam semesta memang terdapat jejak-jejak ketuhanan yang dapat terlihat transparan dengan bantuan paradigma spiritual dalam jantung agama.
Dengan demikian, ketika seorang ilmuan tidak merasakan atau enggan mengakui kehadiran Sang Pencipta dalam setiap sketsa di alam semesta ini, pada hakikatnya hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan wawasannya, atau ia enggan meneruskan pencariannya karena terjebak oleh ego nalarnya yang terbatas.[10]

B.     Integrasi Terhadap Dikotomi Ilmu
Awal mula perdebatan dikotomi ilmu dalam islam dimulai dengan kemunculan penafsiran dalam ajaran Islam bahwa Tuhan pemilik tunggal ilmu pengetahuan dan melahirkan keyakinan itu melahirkan perdebatan dikotomi ilmu dalam pemikiran Islam, yaitu antara ilmu antroposentris dengan ilmu teosentris. Berdasarkan argumen epistemologi tersebut, ilmu pengetahuan antroposentris dinyatakan bersumber dari manusia dengan ciri khas akal atau rasio, sedangkan ilmu pengetahuan teosentris dinyatakan bersumber dari Tuhan dengan ciri khas kewahyuan. Maka terbentuklah pertentangan antara akal dan wahyu. Lebih jauh lagi, pertentangan ini berkembang menjadi pertentangan antara dua jenis ilmu, yaitu agama dan filsafat.
Filsafat yang tidak lain adalah akar ilmu pengetahuan dikategorikan sebagai ilmu umum, sedangkan agama (dalam hal ini adalah agama Islam) dikelompokkan ke dalam ilmu Islam. Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian kelompok ilmu Islam sebagai ilmu agama yang dilawankan dengan ilmu non Islam atau ilmu umum. Yang termasuk ilmu umum atau ilmu non Islam adalah filsafat,logika,dan kedokteran. Sedangkan yang termasuk ilmu Islam adalah fikih, teologi, sufisme dan tafsir.
Adapun penyebab kemunculan dikotomi ilmu dalam Islam yaitu:
a.       Menurut Azyumardi Azra, hal itu bermula dari historical accidental (kecelakaan sejarah) yaitu ketika ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak pada penelitian empiris, rasio dan logika mendapat serangan yang hebat dari kaum fuqaha. Faktor historis perkembangan umat Islam ketika mengalami masa kemunduran sejak abad pertengahan, yaitu dominasi fuqaha dalam pendidikan Islam sangat kuat sehingga terjadi kristalisasi anggapan bahwa ilmu agama termasuk fardhu ain sedangkan ilmu umum termasuk fardhu kifayah.
b.      Dunia Islam mengembangkan ideologi ilmiah dengan menempatkan seluruh  khasanah pemikiran Barat dan Yunani sebagai kebatilan.
c.       Fanatisme dalam beragama yang melahirkan sikap eksklusivisme, akibatnya pemikiran Islam tidak berkembang dan terisolasi dari perubahan maupun perkembangan kemajuan zaman.
d.      Faktor internal kelembagaan yang kurang mampu melakukan upaya pembenahan dan pembaharuan akibat kompleksnya problematika ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya yang dihadapi umat dan negara Islam.
Persoalan pertentangan antara wahyu dan akal sebagai akar dikotomi ilmu agama dan filsafat tidaklah benar. Filsafat dan agama adalah satu kesatuan (unity) kesempurnaan hirarkis, yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, seperti ungkapan Albert Einstein “Ilmu tanpa agama pincang, agama tanpa ilmu lumpuh”. [11]
            Sementara itu,
C.     Hubungan Unity of Sciences dengan konversi IAIN menjadi UIN
IAIN secara konseptual adalah lembaga pendidikan yang khusus mendalami  ilmu agama Islam. Oleh sebab itu, pemikiran pengembangan kelembagaannya pun dibangun berdasarkan prinsip pemikiran ilmu agama yang ontologis. Dalam kasus IAIN, istilah agama Islam harus dipahami sebagai satu kesatuan. Penambahan istilah agama menjadi agama Islam menunjuk pada satu objek yang khusus dan spesifik, yakni ajaran agama Islam, Al-Qur’an, Hadits, umat Islam, dan seterusnya.
Akibat penambahan istilah agama, secara konseptual keluasan konsep Islam sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan dibatasi wilayah telaahnya. Di sini pengaruh kebahasaan atau rasa bahasa[12] menjadi sangat dominan untuk merumuskan konsep substansial maupun instrumental penyelenggaran pendidikannya.
IAIN sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi adalah sejenis sekolah khusus atau kejuruan tingkat tinggi yang berorientasi pada pengajaran, pengembangan, penyelidikan, dan pengabdian ilmu agama Islam. Dalam perspektif ilmiah, konsep ontologis agama seharusnya menjadi akar seluruh pengembangan dan perumusan pembagian dalam keilmuan maupun kelembagaan di IAIN.
Di dalam ilmu agama terdapat unsur-unsur tertentu seperti iman, ideologi, dan norma-norma.
a.       Iman
Iman secara metodologis bukan merupakan bagian ilmu pengetahuan, karena iman berhubungan dengan keyakinan yang hanya bisa dirasakan dan disadari oleh pemiliknya. Reduksi objek iman dikaji dalam bentuk ideologi agama.
b.      Ideologi
Berangkat dari dasar pemikiran tersebut, pembagian ilmu dan kelembagaan/kefakultasan di IAIN unsur iman dan ideologi dapat diwakilkan oleh fakultas Ushuluddin. Karena Ushuluddin secara semantik mengandung arti asal-usul atau dasar-dasar agama. Asal-usul atau dasar-dasar agama dalam pandangan ilmiah berkembang dari konkretisasi iman dan keyakinan dalam bentuk ideologi yang terwujud dalam perilaku kehidupan manusia.[13]
c.       Norma
Norma berhubungan dengan peraturan, kaidah, tata cara, hukum, dan seterusnya. Dalam struktur pembagian ilmu dan kelembagaan IAIN dapat diwakili oleh fakultas Syari’ah. Karena Syari’ah secara semantik berarti hukum. Norma-norma etika sering kali berkembang secara bersamaan dengan estetika. Namun pada prinripnya, seluruh sistem norma baik itu etika maupun estetika yang diciptakan berawal dari subjektivitas manusia dalam menilai benar-salah, baik-buruk, atau tepat-tidak tepat. Begitu pula dengan sistem hukum, hukum berakar dan berkembang dari prinsip-prinsip benar-salah, baik-buruk, atau tepat-tidak tepat.[14]
Dengan pendirian Universitas Islam Negeri (UIN) di satu sisi merupakan wujud keagamaan para elit Muslim pengambil kebijakan atas ketidaksesuaiannya lagi atas IAIN/STAIN dalam memasuki era globalisasi ini. Akan tetapi di sisi lain merupakan realisasi kesadaran makna pendidikan Islam yang luas mencakup berbagai bidang keilmuan dan tidak dikotomis antara ilmu pengetahuan agama dan umum.
 IV.            KESIMPULAN
Sains sebagai penjelajahan akal pikiran umat manusia untuk menyibak segala misteri yang ada di alam semesta baik pada tataran kosmos maupun kosmis, sebenarnya merupakan bagian dari perintah agama. Sehingga dalam perspektif teologis, sains merupakan bagian dari keberagamaan seseorang. Ketika seorang ilmuan  menyingkap sebuah rahasia tentang cara kerja alam semesta, hakikatnya ia hanya menemukan hukum-hukum alam (sunnatullah) yang sudah diletakkan oleh  Tuhan pada wajah alam semesta. Sedangkan The Unity of Sciences  yaitu Kesatuan ilmu pengetahuan adalah sebuah tesis dalam filsafat ilmu yang mengatakan bahwa semua ilmu membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam artian tidak ada dikotomi ilmu didalamnya.
Akan tetapi dengan kemunculan penafsiran dalam ajaran Islam bahwa Tuhan pemilik tunggal ilmu pengetahuan dan melahirkan keyakinan itu melahirkan perdebatan dikotomi ilmu dalam pemikiran Islam, yaitu antara ilmu antroposentris dengan ilmu teosentris. Selain hal tersebut ada beberapa penyebab yang menjadikan dikotomi ilmu dalam islam yaitu historical accidental (kecelakaan sejarah), Dunia Islam mengembangkan ideologi ilmiah dengan menempatkan seluruh  khasanah pemikiran Barat dan Yunani sebagai kebatilan, Fanatisme dalam beragama dan kelembagaan yang kurang mampu melakukan upaya pembenahan dan pembaharuan akibat kompleksnya problematika ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya yang dihadapi umat dan negara Islam.
Demikian makalah The Unity of Sciences yang bisa kami sampaikan, semoga dengan pengetahuan baru yang kita dapatkan ini bisa menambah wawasan kita sebagai mahluk Allah yang mempunyai akal. Kritik dan saran kami perlukan untuk pengembangan makalah yang lebih baik. Terimakasih.










Daftar Pustaka
Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris. (Yogyakarta: Pustaka   Pelajar, 2010).
Azra,Azyumardi, dkk. Strategi Pendidikan : Upaya Memahami Wahyu dan Ilmu. (Yogyakarta :    Pustaka Pelajar, 2010).
http://en.wikipedia.org/wiki/Unity_of_science, diunduh pada hari Minggu tanggal 28 September 2014, pukul 11.46.
Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Integratif : Upaya Mengintegrasikan Kembali   Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005).
Wawancara dengan Dr. Muhaya (Dosen Fakultas Ushuludin) tentang Unity of Sciences, pada       hari Selasa tanggal  23 September 2014 pukul 09.00, di Kantor Dekanat Fakultas           Ushuludin.
Zaprulkhan. Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. (Jakarta: Rajawali Press, 2012).



[1]Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif : Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hal. Vii.
[2] Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 183.
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Unity_of_science, diunduh pada hari Minggu tanggal 28 September 2014, pukul 11.46.
[4] Azyumardi Azra, Strategu Pendidikan : Upaya Memahami Wahyu dan Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 9.
[5]Wawancara dengan Dr. Muhaya (Dosen Fakultas Ushuludin) tentang Unity of Sciences, pada hari Selasa tanggal  23 September 2014 pukul 09.00, di Kantor Dekanat Fakultas Ushuludin.
[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Unity_of_science, diunduh pada hari Minggu tanggal 28 September 2014, pukul 11.46.
[7] Wawancara dengan Dr. Muhaya (Dosen Fakultas Ushuludin) tentang Unity of Sciences, pada hari Selasa tanggal  23 September 2014 pukul 09.00, di Kantor Dekanat Fakultas Ushuludin.
[8] Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 353.
[9] Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 354.
[10] Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 355.
[11] Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif : Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hal 203.
[12] Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 224.
[13] Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 225.
[14]Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 226. 

2 komentar:


Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More