UNITY OF SCIENCES
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Al-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu : Lutfiyah
Disusun
oleh:
Amalia Nurul Aidha (1231110)
Arisatul Muwafiqoh (123111057)
Eva Lusiana (123111081)
Fina A. Lutfia (123111073)
Inarotul
(1231110)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Secara konseptual-normatif, dalam
islam tidak dijumpai dikotomi ilmu. Baik dalam al-Quran maupun Hadis tidak
memilah antara ilmu yang wajib dipelajari dan yang tidak.[1]
Namun makna pendidikan Islam saat ini telah mengalami penyempitan, sehingga
harus diluruskan kembali, karena pendidikan Islam tidak hanya sekedar
pendidikan agama. Pendidikan Islam adalah segala usaha memelihara dan mengembangkan
fitrah manusia serta SDM yang ada
padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma-norma Islam,
sehingga menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya dan mampu berperan sebagai
khalifah Allah.[2]
Dikotomi ilmu dalam studi Islam
sangat berkaitan dengan pembagian kelompok ilmu Islam (ilmu agama) yang
dilawankan dengan kelompok ilmu non-Islam (ilmu umum), di mana ini
mengakibatkan kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan Islam. Sebagai
konsekuensinya, muncul pula istilah sekolah-sekolah agama dan sekolah-sekolah
umum. Sekolah agama berbasis ilmu-ilmu agama dan sekolah umum berbasis
ilmu-ilmu umum.
Pendikotomian ilmu telah melahirkan
banyak paradigma tentang perlunya menyatukan kembali semua ilmu pengetahuan. Oleh
beberapa ahli, hal itu disebut sebagai Unity of Sciences. Apa yang
dimaksud dengan Unity of Sciences dan hal-hal yang berkaitan dengan Unity
of Sciences akan coba kami bahas dalam makalah ini.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
yang dimaksud Unity of Sciences?
B.
Bagaimana
Upaya Integrasi Terhadap Dikotomi Ilmu?
C.
Bagaimana
Hubungannya Unity of Sciences dengan Konversi IAIN menjadi UIN?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Unity of Scinces
Secara Bahasa Unity artinya kesatuan, sedangkan sciences adalah ilmu pengetahuan. Jadi yang dimaksud Unity
of Sciences adalah kesatuan ilmu pengetahuan, tidak adanya dikotomi ilmu
(semua ilmu hakikatnya sama). Dalam Wikipedia, menyebutkan bahwa “The unity of science is a thesis in philosophy
of science that says that
all the sciences form a unified whole”( Kesatuan ilmu
pengetahuan adalah sebuah tesis dalam filsafat ilmu yang mengatakan bahwa semua
ilmu membentuk suatu kesatuan yang utuh).[3]
Azyumardi Azra
dalam bukunya meguti pendapat Seyyed Hosen Nasr yang berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan adalah dalam Islam berdasarkan pada ide kesatuan (unity)
transenden yang merupakan jantung kewahyuan dalam Islam. Sesungguhnya tujuan
ilmu Islam adalah untuk menujukkan kesatuan dan keterkaitan semua yang ada.
Namun perspektif penyatuan dalam Islam tidak pernah mengizinkan berbagai bentuk
pengetahuan dikembagkan secara bebas satu dengan yang lainnya.[4]
Menurut Dr. Muhaya yang dimaksud dengan Unity of Sciences yaitu bahwasanya semua ilmu itu hakikatnya
dari Allah, sehingga tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum.
Bahkan ilmu sihirpun hakikatnya berasal dari Allah.
Perbedaan dan keberagaman ilmu pengetahuan itu bagaikan matahari
yang memancarkan sinarnya, lalu dibiaskan dan membentuk berbagai warna menjadi
pelangi. Berbagai warna yang kita lihat pada pelangi bukanlah warna asli,
melainkan warna hasil biasan. Allah memberikan ilmu pengetahuan adakalanya
melalui wahyu (revelation), dan adakalanya melalui alam. Wahyu dan alam,
keduanya merupakan ayat Allah. Antara ilmu wahyu dan ilmu alam pada hakikatnya
menuju pada dzat yang satu, yaitu Allah. alam harus bisa dibaca melalui wahyu,
dan wahyu harus bisa dibaca melalui alam, karena kedudukannya sama-sama sebagai
ayat Allah, sehingga harus saling menguatkan.
Saat ini, banyak orang yang mengkotak-kotakkan ilmu, padahal
perbedaan-perbedaan yang ada dalam ilmu pengetahuan itu bersifat majazi (perumpamaan
/ pengkiasan). Semua ilmu tujuannya adalah untuk memuliakan Allah dan mencari
kebahagiaan. Seseorang akan memperoleh kebahagiaan jika berjalan sesuai dengan
desain Allah (muhasabah). [5]
Seperti halnya ilmu fisika dan ilmu politik. Meskipun keduanya
merupakan disiplin ilmu yang berbeda, akan tetapi kesatuan ilmu pengetahuan (Unity
of Sciences) mengatakan bahwa pada prinsipnya mereka harus menjadi bagian
dari upaya intelektual terpadu, ilmu pengetahuan.[6]
Contoh lain adalah tasawuf dan psikologi. Keduanya merupakan disiplin ilmu
yang berbeda, namun dapat dipertemukan,
karena keduanya sama-sama membahas tentang jiwa namun dengan pendekatan yang
berbeda. Tasawuf digali melalui dalil-dalil keagamaan, sedangkan psikologi
melalui behaviourisme empiris.
Ketika kita membicarakan tentang suatu ilmu, kita tidak dapat
terlepas dari ilmu lain. Saat membahas tentang bagaimana cara berbicara yang
baik agar tidak menyakiti lawan bicara, ada banyak ilmu yang terkait. Yaitu
melalui ilmu agama tentang akhlakul karimah, ilmu sosial tentang cara
bersosialisasi yang baik, ilmu komunikasi, ilmu psikologi, dan lain-lain. [7]
Sains sebagai penjelajahan akal pikiran umat manusia untuk menyibak
segala misteri yang ada di alam semesta baik pada tataran kosmos maupun kosmis,
sebenarnya merupakan bagian dari perintah agama. Sehingga dalam perspektif
teologis, sains merupakan bagian dari keberagamaan seseorang. Ketika seorang
ilmuan menyingkap sebuah rahasia tentang
cara kerja alam semesta, hakikatnya ia hanya menemukan hukum-hukum alam (sunnatullah)
yang sudah diletakkan oleh Tuhan pada
wajah alam semesta.[8]
Pada hakikatnya, semua peristiwa yang tertoreh pada alam semesta
ini tidak dapat dipisah-pisahkan secara strick dan ketat. Sebab setiap
aktivitas yang kita lakukan pasti selalu menghembuskan nafas keagamaan.
Seseorang yang benar-benar beriman, tidak memiliki pengalaman memilah-milah
hidupnya mejadi sakral dan sekuler. Seluruh dimensi kehidupan menjelma
pengalaman sakral, seperti pada tindakan-tindakan yang sederhana pun juga
disakralkan dengan menyebut nama Tuhan. Dengan demikian, setiap kegiatan yang
kita kerjakan mempunyai keterkaitan dengan seluruh fakta kehidupan, baik
sesuatu yang profan (duniawi) maupun sesuatu yang sakral (spiritual/ukhrawi).[9]
Menurut Capra, melalui penglihatan sakral kita akan mengetahui
bahwa pada tataran alam semesta ini terdapat semacam the hidden connections,
keterkaitan-keterkaitan tersembunyi yang tidak hanya disingkap
rahasia-rahasianya melalui perspektif saintik semata. Oleh karena itu,
dibutuhkan perspektif lain yaitu perspektif spiritual. Artinya, pada wajah alam
semesta memang terdapat jejak-jejak ketuhanan yang dapat terlihat transparan
dengan bantuan paradigma spiritual dalam jantung agama.
Dengan demikian, ketika seorang ilmuan tidak merasakan atau enggan
mengakui kehadiran Sang Pencipta dalam setiap sketsa di alam semesta ini, pada
hakikatnya hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan wawasannya, atau ia enggan
meneruskan pencariannya karena terjebak oleh ego nalarnya yang terbatas.[10]
B.
Integrasi
Terhadap Dikotomi Ilmu
Awal mula perdebatan dikotomi ilmu dalam islam dimulai dengan
kemunculan penafsiran dalam ajaran Islam bahwa Tuhan pemilik tunggal ilmu
pengetahuan dan melahirkan keyakinan itu melahirkan perdebatan dikotomi ilmu
dalam pemikiran Islam, yaitu antara ilmu antroposentris dengan ilmu teosentris.
Berdasarkan argumen epistemologi tersebut, ilmu pengetahuan antroposentris dinyatakan
bersumber dari manusia dengan ciri khas akal atau rasio, sedangkan ilmu
pengetahuan teosentris dinyatakan bersumber dari Tuhan dengan ciri khas
kewahyuan. Maka terbentuklah pertentangan antara akal dan wahyu. Lebih jauh
lagi, pertentangan ini berkembang menjadi pertentangan antara dua jenis ilmu,
yaitu agama dan filsafat.
Filsafat yang tidak lain adalah akar ilmu pengetahuan dikategorikan
sebagai ilmu umum, sedangkan agama (dalam hal ini adalah agama Islam)
dikelompokkan ke dalam ilmu Islam. Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat
dengan pembagian kelompok ilmu Islam sebagai ilmu agama yang dilawankan dengan
ilmu non Islam atau ilmu umum. Yang termasuk ilmu umum atau ilmu non Islam adalah
filsafat,logika,dan kedokteran. Sedangkan yang termasuk ilmu Islam adalah
fikih, teologi, sufisme dan tafsir.
Adapun penyebab kemunculan dikotomi ilmu dalam Islam yaitu:
a.
Menurut
Azyumardi Azra, hal itu bermula dari historical accidental (kecelakaan sejarah)
yaitu ketika ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak pada penelitian empiris, rasio
dan logika mendapat serangan yang hebat dari kaum fuqaha. Faktor historis
perkembangan umat Islam ketika mengalami masa kemunduran sejak abad
pertengahan, yaitu dominasi fuqaha dalam pendidikan Islam sangat kuat sehingga
terjadi kristalisasi anggapan bahwa ilmu agama termasuk fardhu ain sedangkan
ilmu umum termasuk fardhu kifayah.
b.
Dunia
Islam mengembangkan ideologi ilmiah dengan menempatkan seluruh khasanah pemikiran Barat dan Yunani sebagai
kebatilan.
c.
Fanatisme
dalam beragama yang melahirkan sikap eksklusivisme, akibatnya pemikiran Islam
tidak berkembang dan terisolasi dari perubahan maupun perkembangan kemajuan
zaman.
d.
Faktor
internal kelembagaan yang kurang mampu melakukan upaya pembenahan dan
pembaharuan akibat kompleksnya problematika ekonomi, politik, hukum, sosial dan
budaya yang dihadapi umat dan negara Islam.
Persoalan
pertentangan antara wahyu dan akal sebagai akar dikotomi ilmu agama dan
filsafat tidaklah benar. Filsafat dan agama adalah satu kesatuan (unity)
kesempurnaan hirarkis, yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain,
seperti ungkapan Albert Einstein “Ilmu tanpa agama pincang, agama tanpa ilmu
lumpuh”. [11]
Sementara itu,
C.
Hubungan
Unity of Sciences dengan konversi IAIN menjadi UIN
IAIN secara konseptual adalah lembaga pendidikan yang khusus
mendalami ilmu agama Islam. Oleh sebab
itu, pemikiran pengembangan kelembagaannya pun dibangun berdasarkan prinsip
pemikiran ilmu agama yang ontologis. Dalam kasus IAIN, istilah agama Islam
harus dipahami sebagai satu kesatuan. Penambahan istilah agama menjadi agama
Islam menunjuk pada satu objek yang khusus dan spesifik, yakni ajaran agama
Islam, Al-Qur’an, Hadits, umat Islam, dan seterusnya.
Akibat penambahan istilah agama, secara konseptual keluasan konsep
Islam sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan dibatasi wilayah telaahnya. Di sini
pengaruh kebahasaan atau rasa bahasa[12]
menjadi sangat dominan untuk merumuskan konsep substansial maupun instrumental
penyelenggaran pendidikannya.
IAIN sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi adalah sejenis sekolah
khusus atau kejuruan tingkat tinggi yang berorientasi pada pengajaran,
pengembangan, penyelidikan, dan pengabdian ilmu agama Islam. Dalam perspektif
ilmiah, konsep ontologis agama seharusnya menjadi akar seluruh pengembangan dan
perumusan pembagian dalam keilmuan maupun kelembagaan di IAIN.
Di dalam ilmu agama terdapat unsur-unsur tertentu seperti iman,
ideologi, dan norma-norma.
a.
Iman
Iman
secara metodologis bukan merupakan bagian ilmu pengetahuan, karena iman
berhubungan dengan keyakinan yang hanya bisa dirasakan dan disadari oleh
pemiliknya. Reduksi objek iman dikaji dalam bentuk ideologi agama.
b.
Ideologi
Berangkat
dari dasar pemikiran tersebut, pembagian ilmu dan kelembagaan/kefakultasan di
IAIN unsur iman dan ideologi dapat diwakilkan oleh fakultas Ushuluddin. Karena
Ushuluddin secara semantik mengandung arti asal-usul atau dasar-dasar agama.
Asal-usul atau dasar-dasar agama dalam pandangan ilmiah berkembang dari
konkretisasi iman dan keyakinan dalam bentuk ideologi yang terwujud dalam
perilaku kehidupan manusia.[13]
c.
Norma
Norma
berhubungan dengan peraturan, kaidah, tata cara, hukum, dan seterusnya. Dalam
struktur pembagian ilmu dan kelembagaan IAIN dapat diwakili oleh fakultas
Syari’ah. Karena Syari’ah secara semantik berarti hukum. Norma-norma etika
sering kali berkembang secara bersamaan dengan estetika. Namun pada prinripnya,
seluruh sistem norma baik itu etika maupun estetika yang diciptakan berawal dari
subjektivitas manusia dalam menilai benar-salah, baik-buruk, atau tepat-tidak
tepat. Begitu pula dengan sistem hukum, hukum berakar dan berkembang dari
prinsip-prinsip benar-salah, baik-buruk, atau tepat-tidak tepat.[14]
Dengan
pendirian Universitas Islam Negeri (UIN) di satu sisi merupakan wujud keagamaan
para elit Muslim pengambil kebijakan atas ketidaksesuaiannya lagi atas
IAIN/STAIN dalam memasuki era globalisasi ini. Akan tetapi di sisi lain
merupakan realisasi kesadaran makna pendidikan Islam yang luas mencakup
berbagai bidang keilmuan dan tidak dikotomis antara ilmu pengetahuan agama dan
umum.
IV.
KESIMPULAN
Sains sebagai penjelajahan akal pikiran umat manusia
untuk menyibak segala misteri yang ada di alam semesta baik pada tataran kosmos
maupun kosmis, sebenarnya merupakan bagian dari perintah agama. Sehingga dalam
perspektif teologis, sains merupakan bagian dari keberagamaan seseorang. Ketika
seorang ilmuan menyingkap sebuah rahasia
tentang cara kerja alam semesta, hakikatnya ia hanya menemukan hukum-hukum alam
(sunnatullah) yang sudah diletakkan oleh
Tuhan pada wajah alam semesta. Sedangkan The Unity
of Sciences yaitu Kesatuan ilmu pengetahuan adalah sebuah tesis dalam
filsafat ilmu yang mengatakan bahwa semua ilmu membentuk suatu kesatuan yang
utuh dalam artian tidak ada dikotomi ilmu
didalamnya.
Akan tetapi dengan
kemunculan penafsiran dalam ajaran Islam bahwa Tuhan pemilik tunggal ilmu
pengetahuan dan melahirkan keyakinan itu melahirkan perdebatan dikotomi ilmu
dalam pemikiran Islam, yaitu antara ilmu antroposentris dengan ilmu teosentris. Selain hal tersebut ada beberapa penyebab yang
menjadikan dikotomi ilmu dalam islam yaitu historical
accidental (kecelakaan sejarah), Dunia Islam mengembangkan ideologi
ilmiah dengan menempatkan seluruh
khasanah pemikiran Barat dan Yunani sebagai kebatilan, Fanatisme dalam beragama dan kelembagaan yang kurang mampu
melakukan upaya pembenahan dan pembaharuan akibat kompleksnya problematika
ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya yang dihadapi umat dan negara Islam.
Demikian makalah The
Unity
of Sciences yang bisa kami sampaikan,
semoga dengan pengetahuan baru yang kita dapatkan ini bisa menambah wawasan
kita sebagai mahluk Allah yang mempunyai akal. Kritik dan saran kami perlukan
untuk pengembangan makalah yang lebih baik. Terimakasih.
Daftar Pustaka
Achmadi. Ideologi
Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010).
Azra,Azyumardi, dkk. Strategi Pendidikan : Upaya Memahami Wahyu
dan Ilmu.
(Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2010).
http://en.wikipedia.org/wiki/Unity_of_science,
diunduh pada hari Minggu tanggal 28 September 2014,
pukul 11.46.
Muliawan,
Jasa Ungguh. Pendidikan
Islam Integratif : Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi
Ilmu dan Pendidikan Islam.
(Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2005).
Wawancara
dengan Dr. Muhaya (Dosen Fakultas Ushuludin) tentang Unity of Sciences, pada
hari
Selasa tanggal 23 September 2014 pukul
09.00, di Kantor Dekanat Fakultas Ushuludin.
Zaprulkhan. Filsafat Umum
Sebuah Pendekatan Tematik.
(Jakarta: Rajawali Press, 2012).
[1]Jasa Ungguh
Muliawan, Pendidikan Islam Integratif : Upaya Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),
hal. Vii.
[2] Achmadi, Ideologi
Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 183.
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Unity_of_science, diunduh pada
hari Minggu tanggal 28 September 2014, pukul 11.46.
[4] Azyumardi Azra,
Strategu Pendidikan : Upaya Memahami Wahyu dan Ilmu, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 9.
[5]Wawancara
dengan Dr. Muhaya (Dosen Fakultas Ushuludin) tentang Unity of Sciences, pada
hari Selasa tanggal 23 September 2014
pukul 09.00, di Kantor Dekanat Fakultas Ushuludin.
[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Unity_of_science, diunduh pada
hari Minggu tanggal 28 September 2014, pukul 11.46.
[7] Wawancara
dengan Dr. Muhaya (Dosen Fakultas Ushuludin) tentang Unity of Sciences, pada
hari Selasa tanggal 23 September 2014
pukul 09.00, di Kantor Dekanat Fakultas Ushuludin.
[8] Zaprulkhan, Filsafat
Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 353.
[9] Zaprulkhan, Filsafat
Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 354.
[10] Zaprulkhan, Filsafat
Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 355.
[11] Jasa Ungguh
Muliawan, Pendidikan Islam Integratif : Upaya Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),
hal 203.
[12] Jasa Ungguh
Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
hlm. 224.
[13] Jasa Ungguh
Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
hlm. 225.
[14]Jasa Ungguh
Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
hlm. 226.
2 komentar:
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
Post a Comment