SEMUT
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Al-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu: Lutfiyah, M.Ag
Disusun oleh Kelas PAI 3A:
1. Arini Rusyda Muntahaya (133111033)
2. M. Ainur Rofiq (133111034)
3. Lisa Dwi Nurul Aini (133111035)
4. Mardhiyah
(133111036)
5. Firza Maulana Firdausy (133111037)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini kami akan
menyajikan tentang kisah semut yang diterangkan dalam al-Qur’an yaitu surat
an-Naml. Kisah ini berkaitan dengan zaman nabi Sulaiman yang diberi kemampuan
yang sangat menakjubkan yang dapat berbicara dengan binatang-binatang ciptaan
Allah SWT salah satunya adalah binatang semut. Semut adalah serangga kecil,
berjalan merayap dan hidup bermasyarakat. Walaupun binatang semut sangat kecil
tapi ia adalah binatang yang sangat taat kepada Allah SWT. Binatang semut ini
juga memiliki kelebihan dan etos kerjanya terhadap teman-temannya sesama semut
sangat luar biasa. Semut adalah binatang yang sangat kecil yang mudah diinjak
siapapun, karena kebanyakan manusia berjalan tanpa melihat kebawah. Secara
lebih rinci yang akan kami jelaskan di bab-bab selanjutnya.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Bagaimana
pandangan Al-Qur’an tentang semut?
B. Bagaimana
pandangan IPTEK tentang semut?
C. Apa
keunggulan dan keunikan dari semut?
D. Apa
hikmah yang dapat kita ambil dari kehidupan semut?
III.
PEMBAHASAN
A. Pandangan Al-Qur’an tentang Semut
Al-Qur’an menyebutkan semut yang
terdapat dalam surah ke-27 dari Al-Qur’an sebagai surah an-Naml yakni surah
semut. Uraian
Al-Qur’an tentang semut berkaitan dengan kehadiran Nabi Sulaiman as. bersama
tentara beliau menelusuri jalan dimana terdapat koloni semut. Ratu semut berkata
kepada masyarakatnya, sebagaimana diinformasikan dalam Al-Qur’an:
#Ó¨Lym !#sÎ) (#öqs?r& 4n?tã Ï#ur È@ôJ¨Y9$# ôMs9$s% ×'s#ôJtR $ygr'¯»t ã@ôJ¨Y9$# (#qè=äz÷$# öNà6uZÅ3»|¡tB
w öNä3¨ZyJÏÜøts ß`»yJøn=ß ¼çnßqãZã_ur óOèdur w tbrããèô±o ÇÊÑÈ
Hingga apabila mereka (Sulaiman as. bersama
bala tentaranya) sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kamu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentara-tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. (QS.
An-Naml (27) : 18)
Ayat tersebut di atas menggugah akal untuk memperhatikan kerapian dan
pengaturan serta kepemimpinan yang baik yang dianugerahkan Allah kepada semut.
Semut yang menyeru dan mengumpulkan kawan-kawannya itu menunjukkan bagaimana ia
memimpin dan mengatur urusannya. Ia telah melakukan seperti apa yang dilakukan
oleh para raja mengatur dan memimpin seperti para pemerintah memimpin
rakyatnya.[1]
Ucapan semut: “Sedangkan mereka
tidak menyadari” mengesankan betapa semut itu tidak mempersalahkan Nabi
Sulaiman dan tentara beliau seandainya mereka terinjak-injak. [2]
B. Pandangan IPTEK tentang Semut
Semut adalah serangga kecil yang
berjalan merayap dan hidup bermasyarakat. Ada lebih dari delapan ribu jenis
semut. Ada kelompok semut yang anggotanya mencapai setengah juta semut.
Kebanyakan mereka hidup di bawah tanah atau batu-batuan, dan ada juga yang
bertempat tinggal di atas tanah. Semut adalah serangga eusosial yang berasal
dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk kedalam ordo Himenoptera bersama
dengan lebah tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok dengan
perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni
dengan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut
perkoloni. Satu koloni dapat menguasai dan memiliki daerah yang sangat luas
untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme
dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Jenis semut terbagi menjadi semut
pekerja, semut pejantan dan semut ratu.
Masing-masing jenis itu saat dilahirkan sudah mengetahui tugasnya
masing-masing. Semut pekerja misalnya, tinggal di bawah tanah menjaga telur dan
anak-anak semut, menjaga sang ratu agar berkonsentrasi penuh dalam menetaskan
berjuta-juta telur sampai akhir hidupnya. Semut tidak mempunyai sayap kecuali
saat merasakan cinta. Hanya di musim kawin saja sayap-sayap mereka akan tumbuh.
Ketika musim cinta berakhir, jantan pun akan jatuh ke tanah dan mati, karena
tugasnya sudah berakhir, tidak ada lagi gunanya ia hidup. Dengan matinya sang
jantan mulailah tugas sang betina. Ia akan campakkan sayapnya karena ia tidak
lagi membutuhkannya, kemudian ia akan membuat sarang di tanah dan bertelur.
Semut merupakan binatang yang
terkuat yang ada di dunia, walaupun tubuhnya kecil, mereka mampu menopang benda
dengan beban 50 kali dari beban tubuhnya. Jika dibandingkan dengan hewan-hewan
yang besar seperti gajah ataupun gorila, yang hanya mampu menopang benda
maksimal sampai 3 kali dari beban tubuhnya.[3]
C. Keunggulan dan Keunikan dari Semut
1.
Keunggulan semut
Semut memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan manusia. Mereka mempunyai sistem kehidupan sosial yang
sangat canggih. Mereka tidak mengenal konsep antara kaya dan miskin, mereka
dapat mengatur diri dalam kehidupan bermasyarakatnya dan menunjukan pengorbanan
yang besar. Ada koloni yang dihuni oleh empat puluh lima ribu sarang, yang
saling berhubungan di wilayah seluas 2.7 km persegi. Disana hidup sekitar satu
juta delapan puluh ribu ratus dan tiga ratus enam juta semut pekerja. Ditemukan
para peneliti, bahwa semua alat produksi dan makanan dipertukarkan koloni
secara tertib. Mereka mempertahankan keteraturan itu secara alami, tanpa ada
pengaturan kecuali Allah SWT. Yang mengilhami semut bahkan setiap makhluk apa
yang sesuai untuk mempertahankan eksistensinya.
Ada semut ratu yang tugasnya adalah
reproduksi. Setelah pembuahan selesai semut jantan akan mati dengan sendirinya.
Sedangkan semut ratu dapat hidup sampai lima belas tahun.
Kemudian ada semut yang bertugas
membangun koloni serta yang menemukan lokasi untuk tempat tinggal dan berburu.
Yang ketiga adalah semut pekerja. Ia adalah semut betina yang steril. Tugas
mereka merawat bayi-bayi semut, membersihkan dan memberi mereka makan. Bila
koloni mengalami paceklik, semut pekerja segera berubah menjadi semut “pemberi
makan” dan mulai memberi makan sesamanya dalam partikel makanan yang ada pada
dirinya. Selanjutnya bila koloni memiliki kelebihan makanan, maka semut itu
kembali keidentitasnya semula yakni menjadi semut pekerja lagi. Sungguh satu
pengorbanan yang sangat menakjubkan yang tidak mungkin kita temukan dalam
masyarakat manusia, apalagi dewasa ini. Itu karena Allah SWT.
2.
Keunikan semut
Semut memiliki keunikan antara lain
ketajaman indra dan sikapnya yang sangat berhati-hati serta etos kerjanya yang
sangat tinggi. Mereka tidak jarang melakukan kegiatan bersama misalnya
membangun “jalan-jalan panjang” yang mereka kerjakan dengan penuh kesabaran dan
ketabahan, sepanjang hari dan malam kecuali malam-malam gelap, disaat bulan
tidak memancarkan sinarnya. Barisan semut dapat mencapai panjang seratus meter
dan lebar satu meter.
Semut mampu memikul beban yang jauh
lebih besar dari badannya. Jika dia merasa berat membawa beban tersebut dengan
mulutnya maka dia akan menggerakkan barang itu dengan dorongan kaki belakang
dan mengangkatnya dengan lengannya. Biji-bijian yang mereka akan simpan,
dilubanginya terlebih dahulu serta dipecahkan bila terlalu besar. Makanan yang
basah mereka keluarkan agar dapat diterpa sinar matahari sehingga kering
kembali. Kelompok semut menentukan waktu-waktu tertentu untuk bertemu dan
saling menukar makanan. Semut sangat bekerja keras. Demikian juga ketika
bertemu dengan pasangannya dihiasi dengan “ciuman” untuk memperkenalkan diri
atau memberi informasi.
Semut juga memiliki sistem
pertahanan yang sangat unik. Apabila ada burung yang mendekati sarangnya,
sebagian semut yakni yang bertugas membangun koloni, mengarahkan perut mereka
ke atas di lubang sarang dan menyemprotkan asam ke arah burung. Di dalam sarang
semut, ada tempat-tempat khusus dengan “pintu-pintunya” yang dapat ditutup bila
ada bahaya yang mengancam. Penutupnya adalah kepala semut-semut itu sendiri.
Kepala itulah yang mendeteksi siapa yang akan masuk. Ada irama khusus yang
mereka ketahui diantara sesama mereka yang bila irama itu mereka tidak dengar,
maka semut tersebut menyerang si pendatang. Ada juga ruang penyimpanan mayat
semut. Semut adalah salah satu binatang yang “mengubur” rekan-rekannya. Dan
masih ruang-ruang yang lain kesemuanya menunjukkan bahwa makhluk ini
benar-benar diciptakan Allah.[4]
D. Hikmah yang Dapat Kita Ambil dari Kehidupan Semut
Beberapa hal yang bisa ita ambil
hikmah dari kebiasaan semut, diantaranya:
1.
Rasa
kebersamaan. Semut memiliki sifat kebersamaan yang sangat erat. Tatkala
sekelompok semut menemukan sumber makanan, mereka secara bersamaan akan
mengangkutnya ke sarang mereka terlebih dahulu. Ketika semua sumber makanan
sudah di dalam sarang, maka mereka akan memakannya bersama-sama. Tidak ada satu
semutpun yang memakan makanannya sendirian. Mereka selalu makan bersama-sama.
2.
Tidak
pantang menyerah. Seekor semut akan mencari jalan lain terhadap halangan apapun
yang menghambat tujuannya.
3.
Menghormati
terhadap sesama. Kebiasaan semut berhenti sejenak dalam berpapasan dan saling
mendekatkan kepalanya sebagai bentuk penghormatan kepada semut lainnya.
4.
Mempunyai
sistem perencanaan yang baik. Semut menyadari ada kalanya harus bekerja keras
untuk mengumpulkan makanan dan ada waktunya untuk beristirahat. Ketika masa
untuk bekerja datang, mereka akan menggunakannya untuk mengumpulkan bekal
makanan. Karena mereka sadar ketika musim dingin tiba, mereka akan dapat
beristirahat di dalam sarangnya yang hangat, dan penuh berkecukupan makanan
Namun, kita tidak boleh meniru sifat
tercelanya semut, yaitu menimbun. Semut hanya menimbun dan menimbun tanpa
mengolahnya. Tidak seperti lebah yang mengolah dan hasil olahannya bermanfaat
untuk dirinya bahkan manusia.
Di dunia ini ada orang yang
menyerupai semut. Ada manusia yang menimbun dan menimbun, baik dia perlukan
maupun tidak, seakan-akan dia akan menyiapkan segala sesuatu untuk ketujuh
turunannya.
QS. Al-Ghasyiah (88): 2-5 berbicara
tentang sekelompok manusia yang akan tersiksa di hari kemudian. Mereka
dilukiskan sebagai pekerja-pekerja keras tanpa mempertimbangkan akibat buruk
pekerjaannya.
×nqã_ãr >Í´tBöqt îpyèϱ»yz ÇËÈ ×'s#ÏB%tæ ×pt6Ϲ$¯R ÇÌÈ 4n?óÁs? #·$tR ZpuÏB%tn ÇÍÈ
4s+ó¡è@ ô`ÏB Aû÷ütã 7puÏR#uä ÇÎÈ
“Banyak
muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api
yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat
panas.” (QS. Al-Ghasyiah (88): 2-5).
Menurut riwayat, ayat di atas
menunjuk kepada sekelompok manusia yang dalam kehidupan dunia melakukan
kegiatan yang menjadikan badan mereka letih dan capek, tetapi kegiatan mereka
itu tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, maka mereka masuk ke dalam
neraka, dalam keadaan payah. Kegiatan mereka itu bisa dalam bentuk kegiatan
ekonomi, tetapi yang bersangkutan lengah dari kewajiban keagamaannya. Mereka
itu menjadi maniak-maniak kerja, tergila-gila dengannya seningga melupakan
segala sesuatunya, bahkan boleh jadi melupakan kewajibannya terhadap keluarga.
Mereka tanpa sadar telah mengikuti semut dalam sifatnya yang buruk.[5]
IV.
KESIMPULAN
Semut adalah serangga kecil yang
berjalan merayap dan hidup bermasyarakat. Ada lebih dari delapan ribu jenis
semut. Ada kelompok semut yang anggotanya mencapai setengah juta semut. Kebanyakan
mereka hidup di bawah tanah atau batu-batuan, dan ada juga yang bertempat
tinggal di atas tanah. Al-Qur’an menyebutkan semut yang terdapat dalam surah ke-27 dari
Al-Qur’an sebagai surah an-Naml yakni surah semut.
Semut memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan manusia. Mereka mempunyai sistem kehidupan sosial yang
sangat canggih. Ada semut ratu yang tugasnya adalah reproduksi. Setelah
pembuahan selesai semut jantan akan mati dengan sendirinya. Sedangkan semut
ratu dapat hidup sampai lima belas tahun. Kemudian ada semut yang bertugas
membangun koloni serta yang menemukan lokasi untuk tempat tinggal dan berburu.
Yang ketiga adalah semut pekerja. Ia adalah semut betina yang steril. Tugas
mereka merawat bayi-bayi semut, membersihkan dan memberi mereka makan.
Beberapa hal yang bisa ita ambil
hikmah dari kebiasaan semut, diantaranya: rasa kebersamaan, tidak pantang
menyerah, menghormati terhadap sesame, mempunyai sistem perencanaan yang baik.
Namun, kita tidak boleh meniru sifat tercelanya semut, yaitu menimbun. Semut
hanya menimbun dan menimbun tanpa mengolahnya. Tidak seperti lebah yang
mengolah dan hasil olahannya bermanfaat untuk dirinya bahkan manusia.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah kami, kami
menyadari makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
harapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian beserta
dosen mata kuliah. Sehingga kami bisa memperbaiki makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahjat, Ahmad.
2007. Kisah-Kisah Hewan dalam Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insan.
Mawla, Ahmad Jadul, dkk. 2009. Kisah-Kisah Al-Qur’an.
Jakarta: Zaman.
Mustafa
Almaragi, Ahmad, 1993. Tafsir
Al-Maragi, Semarang: Thoha Putra.
Quthb, Sayyid.
2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani.
Shihab, M. Quraish. 2004. Dia Di Mana-Mana.
Jakarta: Lentera Hati.
1 komentar:
Post a Comment