Thursday, August 31, 2017

Makalah Semut dalam Perspektif Alquran dan IPTEK

SEMUT

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Al-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu: Lutfiyah, M.Ag


   
Disusun oleh Kelas PAI 3A:
1.      Arini Rusyda Muntahaya      (133111033)
2.      M. Ainur Rofiq                     (133111034)
3.      Lisa Dwi Nurul Aini             (133111035)
4.      Mardhiyah                             (133111036)
5.      Firza Maulana Firdausy         (133111037)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
I.                   PENDAHULUAN
Dalam makalah ini kami akan menyajikan tentang kisah semut yang diterangkan dalam al-Qur’an yaitu surat an-Naml. Kisah ini berkaitan dengan zaman nabi Sulaiman yang diberi kemampuan yang sangat menakjubkan yang dapat berbicara dengan binatang-binatang ciptaan Allah SWT salah satunya adalah binatang semut. Semut adalah serangga kecil, berjalan merayap dan hidup bermasyarakat. Walaupun binatang semut sangat kecil tapi ia adalah binatang yang sangat taat kepada Allah SWT. Binatang semut ini juga memiliki kelebihan dan etos kerjanya terhadap teman-temannya sesama semut sangat luar biasa. Semut adalah binatang yang sangat kecil yang mudah diinjak siapapun, karena kebanyakan manusia berjalan tanpa melihat kebawah. Secara lebih rinci yang akan kami jelaskan di bab-bab selanjutnya.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang semut?
B.     Bagaimana pandangan IPTEK tentang semut?
C.     Apa keunggulan dan keunikan dari semut?
D.    Apa hikmah yang dapat kita ambil dari kehidupan semut?

III.             PEMBAHASAN
A.    Pandangan Al-Qur’an tentang Semut
Al-Qur’an menyebutkan semut yang terdapat dalam surah ke-27 dari Al-Qur’an sebagai surah an-Naml yakni surah semut. Uraian Al-Qur’an tentang semut berkaitan dengan kehadiran Nabi Sulaiman as. bersama tentara beliau menelusuri jalan dimana terdapat koloni semut. Ratu semut berkata kepada masyarakatnya, sebagaimana diinformasikan dalam Al-Qur’an:


#Ó¨Lym !#sŒÎ) (#öqs?r& 4n?tã ÏŠ#ur È@ôJ¨Y9$# ôMs9$s% ×'s#ôJtR $ygƒr'¯»tƒ ã@ôJ¨Y9$# (#qè=äz÷Š$# öNà6uZÅ3»|¡tB
 Ÿw öNä3¨ZyJÏÜøts ß`»yJøŠn=ß ¼çnߊqãZã_ur óOèdur Ÿw tbrããèô±o ÇÊÑÈ  
Hingga apabila mereka (Sulaiman as. bersama bala tentaranya) sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kamu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentara-tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. (QS. An-Naml (27) : 18)

Ayat tersebut di atas menggugah akal untuk memperhatikan kerapian dan pengaturan serta kepemimpinan yang baik yang dianugerahkan Allah kepada semut. Semut yang menyeru dan mengumpulkan kawan-kawannya itu menunjukkan bagaimana ia memimpin dan mengatur urusannya. Ia telah melakukan seperti apa yang dilakukan oleh para raja mengatur dan memimpin seperti para pemerintah memimpin rakyatnya.[1]
Ucapan semut: “Sedangkan mereka tidak menyadari” mengesankan betapa semut itu tidak mempersalahkan Nabi Sulaiman dan tentara beliau seandainya mereka terinjak-injak. [2]

B.     Pandangan IPTEK tentang Semut
Semut adalah serangga kecil yang berjalan merayap dan hidup bermasyarakat. Ada lebih dari delapan ribu jenis semut. Ada kelompok semut yang anggotanya mencapai setengah juta semut. Kebanyakan mereka hidup di bawah tanah atau batu-batuan, dan ada juga yang bertempat tinggal di atas tanah. Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk kedalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dengan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut perkoloni. Satu koloni dapat menguasai dan memiliki daerah yang sangat luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Jenis semut terbagi menjadi semut pekerja, semut  pejantan dan semut ratu. Masing-masing jenis itu saat dilahirkan sudah mengetahui tugasnya masing-masing. Semut pekerja misalnya, tinggal di bawah tanah menjaga telur dan anak-anak semut, menjaga sang ratu agar berkonsentrasi penuh dalam menetaskan berjuta-juta telur sampai akhir hidupnya. Semut tidak mempunyai sayap kecuali saat merasakan cinta. Hanya di musim kawin saja sayap-sayap mereka akan tumbuh. Ketika musim cinta berakhir, jantan pun akan jatuh ke tanah dan mati, karena tugasnya sudah berakhir, tidak ada lagi gunanya ia hidup. Dengan matinya sang jantan mulailah tugas sang betina. Ia akan campakkan sayapnya karena ia tidak lagi membutuhkannya, kemudian ia akan membuat sarang di tanah dan bertelur.
Semut merupakan binatang yang terkuat yang ada di dunia, walaupun tubuhnya kecil, mereka mampu menopang benda dengan beban 50 kali dari beban tubuhnya. Jika dibandingkan dengan hewan-hewan yang besar seperti gajah ataupun gorila, yang hanya mampu menopang benda maksimal sampai 3 kali dari beban tubuhnya.[3]

C.    Keunggulan dan Keunikan dari Semut
1.      Keunggulan semut
Semut memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan manusia. Mereka mempunyai sistem kehidupan sosial yang sangat canggih. Mereka tidak mengenal konsep antara kaya dan miskin, mereka dapat mengatur diri dalam kehidupan bermasyarakatnya dan menunjukan pengorbanan yang besar. Ada koloni yang dihuni oleh empat puluh lima ribu sarang, yang saling berhubungan di wilayah seluas 2.7 km persegi. Disana hidup sekitar satu juta delapan puluh ribu ratus dan tiga ratus enam juta semut pekerja. Ditemukan para peneliti, bahwa semua alat produksi dan makanan dipertukarkan koloni secara tertib. Mereka mempertahankan keteraturan itu secara alami, tanpa ada pengaturan kecuali Allah SWT. Yang mengilhami semut bahkan setiap makhluk apa yang sesuai untuk mempertahankan eksistensinya.
Ada semut ratu yang tugasnya adalah reproduksi. Setelah pembuahan selesai semut jantan akan mati dengan sendirinya. Sedangkan semut ratu dapat hidup sampai lima belas tahun.
Kemudian ada semut yang bertugas membangun koloni serta yang menemukan lokasi untuk tempat tinggal dan berburu. Yang ketiga adalah semut pekerja. Ia adalah semut betina yang steril. Tugas mereka merawat bayi-bayi semut, membersihkan dan memberi mereka makan. Bila koloni mengalami paceklik, semut pekerja segera berubah menjadi semut “pemberi makan” dan mulai memberi makan sesamanya dalam partikel makanan yang ada pada dirinya. Selanjutnya bila koloni memiliki kelebihan makanan, maka semut itu kembali keidentitasnya semula yakni menjadi semut pekerja lagi. Sungguh satu pengorbanan yang sangat menakjubkan yang tidak mungkin kita temukan dalam masyarakat manusia, apalagi dewasa ini. Itu karena Allah SWT.

2.      Keunikan semut
Semut memiliki keunikan antara lain ketajaman indra dan sikapnya yang sangat berhati-hati serta etos kerjanya yang sangat tinggi. Mereka tidak jarang melakukan kegiatan bersama misalnya membangun “jalan-jalan panjang” yang mereka kerjakan dengan penuh kesabaran dan ketabahan, sepanjang hari dan malam kecuali malam-malam gelap, disaat bulan tidak memancarkan sinarnya. Barisan semut dapat mencapai panjang seratus meter dan lebar satu meter.
Semut mampu memikul beban yang jauh lebih besar dari badannya. Jika dia merasa berat membawa beban tersebut dengan mulutnya maka dia akan menggerakkan barang itu dengan dorongan kaki belakang dan mengangkatnya dengan lengannya. Biji-bijian yang mereka akan simpan, dilubanginya terlebih dahulu serta dipecahkan bila terlalu besar. Makanan yang basah mereka keluarkan agar dapat diterpa sinar matahari sehingga kering kembali. Kelompok semut menentukan waktu-waktu tertentu untuk bertemu dan saling menukar makanan. Semut sangat bekerja keras. Demikian juga ketika bertemu dengan pasangannya dihiasi dengan “ciuman” untuk memperkenalkan diri atau memberi informasi.
Semut juga memiliki sistem pertahanan yang sangat unik. Apabila ada burung yang mendekati sarangnya, sebagian semut yakni yang bertugas membangun koloni, mengarahkan perut mereka ke atas di lubang sarang dan menyemprotkan asam ke arah burung. Di dalam sarang semut, ada tempat-tempat khusus dengan “pintu-pintunya” yang dapat ditutup bila ada bahaya yang mengancam. Penutupnya adalah kepala semut-semut itu sendiri. Kepala itulah yang mendeteksi siapa yang akan masuk. Ada irama khusus yang mereka ketahui diantara sesama mereka yang bila irama itu mereka tidak dengar, maka semut tersebut menyerang si pendatang. Ada juga ruang penyimpanan mayat semut. Semut adalah salah satu binatang yang “mengubur” rekan-rekannya. Dan masih ruang-ruang yang lain kesemuanya menunjukkan bahwa makhluk ini benar-benar diciptakan Allah.[4]

D.    Hikmah yang Dapat Kita Ambil dari Kehidupan Semut
Beberapa hal yang bisa ita ambil hikmah dari kebiasaan semut, diantaranya:
1.      Rasa kebersamaan. Semut memiliki sifat kebersamaan yang sangat erat. Tatkala sekelompok semut menemukan sumber makanan, mereka secara bersamaan akan mengangkutnya ke sarang mereka terlebih dahulu. Ketika semua sumber makanan sudah di dalam sarang, maka mereka akan memakannya bersama-sama. Tidak ada satu semutpun yang memakan makanannya sendirian. Mereka selalu makan bersama-sama.
2.      Tidak pantang menyerah. Seekor semut akan mencari jalan lain terhadap halangan apapun yang menghambat tujuannya.
3.      Menghormati terhadap sesama. Kebiasaan semut berhenti sejenak dalam berpapasan dan saling mendekatkan kepalanya sebagai bentuk penghormatan kepada semut lainnya.
4.      Mempunyai sistem perencanaan yang baik. Semut menyadari ada kalanya harus bekerja keras untuk mengumpulkan makanan dan ada waktunya untuk beristirahat. Ketika masa untuk bekerja datang, mereka akan menggunakannya untuk mengumpulkan bekal makanan. Karena mereka sadar ketika musim dingin tiba, mereka akan dapat beristirahat di dalam sarangnya yang hangat, dan penuh berkecukupan makanan
Namun, kita tidak boleh meniru sifat tercelanya semut, yaitu menimbun. Semut hanya menimbun dan menimbun tanpa mengolahnya. Tidak seperti lebah yang mengolah dan hasil olahannya bermanfaat untuk dirinya bahkan manusia.
Di dunia ini ada orang yang menyerupai semut. Ada manusia yang menimbun dan menimbun, baik dia perlukan maupun tidak, seakan-akan dia akan menyiapkan segala sesuatu untuk ketujuh turunannya.
QS. Al-Ghasyiah (88): 2-5 berbicara tentang sekelompok manusia yang akan tersiksa di hari kemudian. Mereka dilukiskan sebagai pekerja-pekerja keras tanpa mempertimbangkan akibat buruk pekerjaannya.

×nqã_ãr >Í´tBöqtƒ îpyèϱ»yz ÇËÈ   ×'s#ÏB%tæ ×pt6Ϲ$¯R ÇÌÈ   4n?óÁs? #·$tR ZpuÏB%tn ÇÍÈ 
 4s+ó¡è@ ô`ÏB Aû÷ütã 7puÏR#uä ÇÎÈ  

Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.” (QS. Al-Ghasyiah (88): 2-5).

Menurut riwayat, ayat di atas menunjuk kepada sekelompok manusia yang dalam kehidupan dunia melakukan kegiatan yang menjadikan badan mereka letih dan capek, tetapi kegiatan mereka itu tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, maka mereka masuk ke dalam neraka, dalam keadaan payah. Kegiatan mereka itu bisa dalam bentuk kegiatan ekonomi, tetapi yang bersangkutan lengah dari kewajiban keagamaannya. Mereka itu menjadi maniak-maniak kerja, tergila-gila dengannya seningga melupakan segala sesuatunya, bahkan boleh jadi melupakan kewajibannya terhadap keluarga. Mereka tanpa sadar telah mengikuti semut dalam sifatnya yang buruk.[5]

IV.             KESIMPULAN
Semut adalah serangga kecil yang berjalan merayap dan hidup bermasyarakat. Ada lebih dari delapan ribu jenis semut. Ada kelompok semut yang anggotanya mencapai setengah juta semut. Kebanyakan mereka hidup di bawah tanah atau batu-batuan, dan ada juga yang bertempat tinggal di atas tanah. Al-Qur’an menyebutkan semut yang terdapat dalam surah ke-27 dari Al-Qur’an sebagai surah an-Naml yakni surah semut.
Semut memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan manusia. Mereka mempunyai sistem kehidupan sosial yang sangat canggih. Ada semut ratu yang tugasnya adalah reproduksi. Setelah pembuahan selesai semut jantan akan mati dengan sendirinya. Sedangkan semut ratu dapat hidup sampai lima belas tahun. Kemudian ada semut yang bertugas membangun koloni serta yang menemukan lokasi untuk tempat tinggal dan berburu. Yang ketiga adalah semut pekerja. Ia adalah semut betina yang steril. Tugas mereka merawat bayi-bayi semut, membersihkan dan memberi mereka makan.
Beberapa hal yang bisa ita ambil hikmah dari kebiasaan semut, diantaranya: rasa kebersamaan, tidak pantang menyerah, menghormati terhadap sesame, mempunyai sistem perencanaan yang baik. Namun, kita tidak boleh meniru sifat tercelanya semut, yaitu menimbun. Semut hanya menimbun dan menimbun tanpa mengolahnya. Tidak seperti lebah yang mengolah dan hasil olahannya bermanfaat untuk dirinya bahkan manusia.

V.                PENUTUP
Demikianlah makalah kami, kami menyadari makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian beserta dosen mata kuliah. Sehingga kami bisa memperbaiki makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bahjat, Ahmad. 2007. Kisah-Kisah Hewan dalam Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insan.
Mawla, Ahmad Jadul, dkk. 2009. Kisah-Kisah Al-Qur’an. Jakarta: Zaman.
Mustafa Almaragi, Ahmad, 1993. Tafsir Al-Maragi, Semarang: Thoha Putra.
Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani.
Shihab, M. Quraish. 2004. Dia Di Mana-Mana. Jakarta: Lentera Hati.



[1] Ahmad Mustafa Almaragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Thoha Putra, 1993), hlm.240
[2] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 393.
[3] http://www.id.wikipedia.org/, diakses pada tanggal 10 september 2014 pukul 20.45 WIB


[4] M. Quraish Shihab, Dia Di Mana-Mana, ( Jakarta: Lentera Hati, 2004), hlm. 304-306


[5] Ahmad Bahjat, Kisah-Kisah Hewan dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insan, 2007), hlm. 24

1 komentar:

This comment has been removed by the author.

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More