TAKHRIJ HADITS
Makalah Disusun
guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Ulumul
Hadits
Dosen Pengampu:
Drs. Ikhrom M.Ag
Disusun oleh,
Nurikha Agustina (123811059)
Baihaqi (133111013)
Anisa’ul
Khasanah (1331110...)
FAKULTAS LMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2013
Takhrij Hadits
I.
LATAR BELAKANG
Ilmu takhrij merupakan bagian dari
ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan
berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadist itu berasal. Di samping itu, di
dalamnya di temukan banyak kegunaan dan hasil yang di peroleh, khususnya dalam
menentukan kualitas sanad hadist.
Takhrij hadist bertujuan mengetahui
sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak
atau diterimanya hadist-hadist tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui
hadist-hadist yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist yang
berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun
kualitasnya.[1]
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
pengertian dari tahrij hadits,?
B.
Bagaimana arti
dari 3 kategori kitab hadits asli,?
C.
Bagaimana
metode dan penetapan masing-masing metode beserta kitabnya,?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
tahrij hadits.
Tahrij hadits adalah merupakan
bagaian dari kegiatan penelitian hadits.Tahrij berasal dari kata khara-ja yaitu
ikhraj dan istikhraj,yang penggunaanya sedikit berbeda antara yang satu dengan
yang lainya.Takhrij secara bahasa juga mengandung pengertian
yang bermacam-macam,dan yang populer di antaranya adalah:al-istinbath(mengeluarkan),al-tadrib(melatih
atau membiasakan),al-tawjih(memperhadapkan).
Secara terminologi takhrij berarti
mengembalikan hadis-hadis yang
terdapat di dalam berbagai kitab yang tidak memakai sanad kepada kitab-kitab
musnad,baik disertai dengan pembicaran tentang status hadis-hadis tersebut dari
segi sahih atau dhaif,di tolak atau diterima,dan penjelasan tentang kemungkinan
illat yang ada padanya,atau hanya sekedar
mengembalikanya kepada kitab-kitab asal (sumber)-nya.
B.
Arti (3) kategori
kitab (sumber) hadits asli (al madhadir al asliyah).
Kitab-kitab
yang masuk dalam kategori kitab sumber pokok hadis adalah :
1.
Kitab-kitab
karya penulis yang mendapatkan hadis secara langsung dari para guru hadis
dengan transmisi mencapai Nabi saw. Seperti Kutub al-Sittah, al-Muwaththa’ Imam
Malik, al-Musnad Imam Ahmad, Mustadrak al-Hakim, Mushannaf Abd al-Razzaq, dlsb.
2.
Kitab-kitab
hadis yang ditulis dengan merujuk lansung kepada kitab-kitab yang disebut
pertama. Misalnya al-Jam`u bayn al-Shahihayn karya al-Humaydiy. Selain itu
karya tulis hadis yang menghimpun ujung sebahagian kitab, seperti Tuhfat
al-Asyraf bi Ma`rifat al-Athraf karya al-Mizziy, atau merupakan ringkasan suatu
kitab hadis, sebagai misal Tahdzib Sunan Abi Dawud karya al-Mundziriy.
3.
Kitab-kitab
ragam disiplin ilmu di luar hadis, seperti tafsir, fikih, tasawuf, kalam dan
sejarah yang menyandarkan argumentasinya kepada hadis.
C.
Lima metode
tahrij hadits dan cara penetapan masing-masing metode, lengkap dengan
kitab-kitab yang digunakan dalam tiap-tiap metode.
Di dalam melakukan tahrij, ada lima metode yang dapat digunakan
sebagai pedoman, yaitu sebagai berikut:
1.
Tahrij menurut
lafal pertama matan hadits.
Metode ini sangat tergantung kepada lafal pertama matan hadits.
Hadits-hadits dengan metode ini dimodifikasi berdasarkan lafal pertamanya
menurut urutan huruf-huruf hijaiyah, seperti hadits-hadits yang huruf pertama
dari lafal pertamanaya alif, ba’,ta’, dan seterusnya. Seorang mukhorrij (yang
melakukan istikhroj) yang menggunakan metode ini haruslah terlebih dahulu
mengetahui secara pasti lafal pertama dari hadits yang akan ditakhrijnya
setelah itu barulah dia melihat huruf pertamanya pada kitab-kitab takhrij yang
disusun berdasarkan metode ini, dan huruf kedua, ketiga dan seterusnya.
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan
yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadits-hadits yang sedang
dicaridengan cepat. Akan tetapi, sebagian kelemahan dari metode ini adalah
apabila terdapat kelainan atau perbedaan lafal pertamanya sedikit saja, maka
akan sangat sulit untuk menemukan hadits yang dimaksud.
Diantara kitab-kitab yang nmenggunakan metodeini adalah sebagai
berikut:
a.
Al-jami’al-Shaghir
min Hadits al-Basyrin al- Nazir,
karangan Al-Suyuthi (w.991 H)
b.
Al-Fath al-
Kabir fi Dhamm al-Ziyadat ila, al-Jami’al- Shaghir, juga karangan Al-Suyuti.
c.
Jam’al-Jawami’
aw al-Jami’al-Kabir, juga dikarang
oleh Al-Suyuti.
d.
Al-Jami’al-Azhar
min Hadits al-Nabi al-Anwar, oleh
Al-Manawi (w. 1031 H)
e.
Hidayat al-Bari
ila Tartib Ahadits al- Bukhari,
oleh Imam al-Maubarak ibn’Anbar al-Thahawi (w.1365)
f.
Mu’jam
jami’al-Ushul fi Ahadits al-Rasul,
oleh Imam al-Maubarak ibn Muhammad ibn al-Atsir al-Jazali.
2.
Tahrij menurut
lafal-lafal yang terdapat didalam matan hadits.
Metode ini adalah berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam
matan hadits, baik berupa isim (nama benda) atau fi’il (kata kerja).
Hadits-hadits yang dicantumkan adalah berupa potongan atau bagian dari hadits,
dan para ulama yang meriwayatkanya beserta nama kitab-kitab induk hadits yang
dikarang mereka, dicantumkan dibawah potongan hadits-hadits tersebut.
Beberapa
keidstimewaan metode ini adalah sebagai berikut.
a)
Metode ini
mempercepat pencarian hadits.
b)
Para penyusun
kitab-kitab takhrij dengan metod eini membatasi hadits-haditsnya dalam beberapa
kitab induk dengan menyebutkan nama kitab,juz,bab dan halamanya.
c)
Memungkinkan
pencarian khadits melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadits.
Selain
mempunyai keistimewaan, metode ini juga mempunyai kelemahan, yang diantaranya
adalah sebagai berikut.
a)
Adanya
keharusan memiliki kemampuan bahasa arab beserta perangkat ilmunya secara
memadai karena metod eini menuntut untuk mampuy mengembalikan setiap kata
kuncinya kepada kata dasarnya. Seperti kata muta’ammidan mengharuskan
mencarinya melalui kata ‘amida.
b)
Mwtode ini
tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat yang menerima hadits dari Nabi
saw. karenanya, untuk mengetahui nama sahabat, harus kembali kepada kitab-kitab
aslinya setelah men-takhrij-nya dengan kitab ini.
c)
Terkadang suatu
hadits tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus
menggunakan kata-kata lain.
Kitab yang
terkenal menggunakan metode ini adalahkitab Al-Mu’jam al-Mufahraz li Alfazh
al-Hadits al-Nabawi oleh A.J Wensinck dan Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi.
Kitab ini, sebagamana yang telah dijelaskan dimuka, menggumpulkan hadits-hadits
yang terdapat didalam sembilan kitab induk hadits, yaitu: 1) Shahih al-Bukhori,
2) Shahih Muslim, 3)Sunan Tirmidzi, 4)Sunan Abu Dawud, 5)Suann Nasa’i, 6)Sunan
ibn Majah, 7)Suanna Darimi, 8)Muwaththa’ Mlaik, dan 9)Musnad Imam Ahmad.
3.
Tahrij menurut
perowi pertama.
Metode ini berdasarkan pada perwi pertama suatu hadits, baik perowi
tersebut dari kalangan sahabat, bila sanadnya muttashil sampai kepada Nabi saw,
atau dari kalangan tabi’in,apabila hadits tersebut mursal.
Keuntungan metode ini adalah bahea masa proses takhrij dapat
diperpendek karena metod eini, diperkenalkan sekaligus para ulama hadits yang
meriwayatkannya berserta kitab-kitabnya. Akan tetapi kelemahan dari metode ini
adalah ia tidak dapat digunakan dengan baik apabila perawi pertama hadits yang
hendak diteliti itu tidak diketahui dan demikian juga, merupakan kesulitan
tersendiri untuk mencari hadits diantara hadits-hadits yang tertera dibawah
setiap perawi pertama yang jumlahnya kadang-kadang cukup banyak.
Kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini adalah kitab-kitab
Al-Athraf dan kiutab-kitab Musnad. Kitab Al- Athraf adalah kitab yang
menghimpun hadits-hadits yang diriwayatkan oleh setiap sahabat. Sedangkan kitab
musnad adalah kitab yang disusun berdasarkan perawi teratas, yaitu sahabat, dan
memuat hadits-hadits setiap sahabat.
4.
Tahrij menurut
tema hadits.
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadits. Oleh karena
itu, untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu
disiimpulkan tema dari suatu hadits yang akan ditakhrij dan kemudian baru
mencarinya melalui tema itu pada kitab-kitab yang disusun menggunakan metode
ini. Diantara keistimewaan metode ini adalah bahwa metod eini menuntut
pengetahuan akan kandungan hadits, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafal
pertamanya, pengetahuan bahasa arab dengan perubahan katanya atau pengetahuan
lainya. Kitab-kitab yang digunakan dalam metode ini dalah:
a)
Kanz al-Ummal
fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al
karangan Al-Mutaqqi al-Hindi.
b)
Miftah Kunuz
al-Sunnah oleh Wensinck,
c)
Nashb al-Rayah
fi Takhrij Ahadits al-Hidayh oleh al-Zayla’i, Al-Dariyah fi Takhrij al-Hidayah oleh ibn Hajar, dan kitab-kitab lainya yang disusun berdasarkan
tema-tema tertentu dalam bidang fikih, hukum, tarqhib dan tahrib, tafsir, serta
sejarah.
5.
Tahrij menurut
klasifikasi (status) hadits.
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan
para ulama hadits dalam penyusunan hadits-hadits, yaitu penghimpunan hadits
berdasarkan statusnya. Kelebihan dalam ketode ini adalah dapat dilihat dari
segi mudahnya proses takhrij. Hal ini karena sebagian besar hadits-hadits yang
dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadits sangat sedikit sehingga
tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena cakupanya sangat terbatas,
dengan sedikitnya hadits-hadits yang dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini
menjadi kelemahan dari metode ini.
Kitab-kitab
yang digunakan dalam metode ini adalah: Al-Azhar al-Mutanatsirah fi
al-Mutawatirah karangan Alsuyuti, Al-ittihafat al-Saniyyat fi al-Ahadits
al-Qudsiyyah oleh al-Madani, Al-Marasil oleh Abu Daud, dan
kitab-kitab sejenis lainya.
Demikian
metode-metode takhrij yang dapat dipergunakan oleh para peneliti hadits dalam
rangka mengenal hadits-hadits Nabi saw. dari segi sanad dan matan-nya, terutama
dari segi statusnya, yaitu diterima(maqbul) dan ditolak(mardud)nya suatu
hadits.[2]
IV.
KESIMPULAN
Kata takhrij berasal dari kata
kharaja, yang berarti al-zuhur (tampak) dan al-buruz (jelas). Takhrij juga bisa
berarti al-istimbat (mengeluarkan), al-tadrib (meneliti) dan al- taujih
(menerangkan). Adapun secara terminologi, takhrij adalah menunjukkan tempat
hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan
lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan
Metode takhrij terbagi menjadi lima, yaitu :
1.
Tahrij menurut
lafal pertama matan hadits.
2.
Tahrij menurut
lafal-lafal yang terdapat didalam matan hadits.
3.
Tahrij menurut
perowi pertama.
4.
Tahrij menurut
tema hadits.
5.
Tahrij menurut
klasifikasi (status) hadits.
Takhrij hadist bertujuan mengetahui
sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak
atau diterimanya hadist-hadist tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui
hadist-hadist yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist yang
berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun
kualitasnya.[3]
V.
PENUTUP
Demikian pembahasan makalah dari
kami, untuk menyempurnakan tulisan ini maka saran dan kritik sangat kami
harapkan. Semoga materi ini bermanfaat bagi kita semua dalam rangka menambah
ilmu Ulumul Hadits dan dapat kita aplikasikan, kita manfaatkan dengan baik.
Daftar Pustaka
Majid Khon, Abdul. 2009. Ulumul hadits. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Mahmud,Thahhan. 1991. Ushul al-Takhrij Wa Dirasah Al-Asanid,Riyadh: Maktabah al-Maa’rif
Sahrani,Sohari, 2010, Ulumul Hadits, Bogor: Ghalia
Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment