Makalah Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu: Wahyudi, M.Pd
Disusun oleh PAI 2A:
Fanny Nurussalam (113811009)
Nur Hajjah Jamil (113811015)
Baihaqi (133111013)
Muhamad Basori (133111016)
Nur Rizkoh H. H. (133111017)
Lia Lutfiana (133111018)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN
WALISONGO SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Organisasi merupakan suatu bentuk dari sistem sosial.
Sebagai salah satu bentuk organisasi pendidikan, maka dengan sendirinya sekolah
merupakan salah satu bentuk dari sistem sosial, yang tentunya mempunyai sub
sistem sosial yang lain. Sebagai sebuah sistem organisasi, sekolah juga memiliki
kegiatan administrasi dan manajemen. Inti dari organisasi ini adalah kegiatan
belajar mengajar, baik dikelas maupun diluar kelas.[1]
Organisasi secara umum
dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/penempatan
orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab
masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu
dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju kearah tercapainya
tujuan bersama. Dengan kata lain organisasi adalah aktivitas dalam membagi-bagi
kerja, menggolong-golongkan jenis pekerjaan, memberi wewenang, menetapkan
saluran perintah dan tanggung jawab kepada para pelaksana.[2]
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa
Pengertian dan Konsep dari Pengorganisasian?
B. Apa Proses Pengorganisasian?
C. Bagaimana
Struktur dari Pengorganisasian?
D. Bagaimana
Kultur dalam Pengorganisasian?
E. Bagaimana
Prinsip dalam Pengorganisasian?
III.
TUJUAN PENULISAN
A.
Untuk mengetahui apa
pengertian dan konsep dari pengorganisasian.
B.
Untuk mengetahui
proses Pengorganisasian.
C.
Untuk mengetahui bagaimana
struktur dari pengorganisasian.
D.
Untuk mengetahui bagaimana
kultur dalam pengorganisasian.
E.
Untuk mengetahui bagaimana
prinsip dalam pengorganisasian.
IV.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Konsep dari Pengorganisasian
Istilah
“organisasi” secara etimologi berasal dari bahasa latin “organum” yang berarti “alat”. Sedangkan “organize” (bahasa inggris) berarti “mengorganisasikan” yang
menunjukkan tindakan atau usaha untuk mencapai sesuatu. “Organizing” (pengorganisasian) menunjukkan sebuah proses untuk
mencapai sesuatu. Organisasi sebagai salah satu fungsi manajemen sesungguhnya
telah banyak didefinisikan oleh para ahli.[3]
Menurut
Prof. DR. S.P. Siagian, organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bekerja sama untuk tujuan bersama dan terikat secara
formal dalam persekutuan. Dalam hal ini selalu terdapat hubungan antara seorang atau kelompok yang disebut
pimpinan dan seorang atau kelompok
orang yang disebut bawahan.[4]
Istilah
organisasi mempunyai dua pengertian umum.
Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok
fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan,
badan-badan pemerintahan. Kedua,
merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan
dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat
tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai
kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.[5]
Organisasi
dapat disamakan dengan kesebelasan sepak bola yang dinamis dengan kegiatan yang
berubah-ubah dalam pola yang fleksibel dengan anggota-anggota tim yang tetap.
Tim dilapangan hijau tersebut dalam perubahan dan pergantian yang cepat dalam
formasi untuk setiap permainan, akan tetapi setiap anggota membantu untuk
mempertahankan organisasi tim dengan kerja sama.
Seorang
yang bekerja untuk kemenangan pribadi bukanlah teman sepermainan yang baik. Ia
dapat menyebabkan kesebelasannya kalah dan dapat merusak organisasi tim karena
ia gagal untuk bekerja sama dengan timnya.
Organisasi
dan kerja sama (team work) tidak akan
timbul kecuali kalau setiap anggota memahami apa yang harus dilakukan oleh
kelompok dan dimana tempat serta apa fungsi setiap orang dalam pola itu. Yang
menjadikan seorang anggota organisasi aktif, pada hakekatnya perasaan
diikutsertakan, perasaan bahwa organisasi itu merupakan wadah yang menyalurkan
keinginan dan harapannya, dimana ia dapat berpartisipasi dalam karya kelompok,
sehingga dapat melakukan pekerjaan yang terorganisasi dengan membawa hasil yang
besar.[6]
Pengorganisasin sebagi proses membagi kerja
kedalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuanya, dan mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi.[7] Pengorganisasisan adalah proses kegiatan
penyusuan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber dan
lingkunganya.[8]
Menurut Handoko(2003) pengorganisasian ialah
pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia dalam
organisasi.[9]Berikut
ini beberapa Pengertian pengorganisasian menurut para ahli :
1. Gr.Terry
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan – hubungan kelakuan yang efektif antara orang – orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas –tugas tertentu dalam kondisi likungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan – hubungan kelakuan yang efektif antara orang – orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas –tugas tertentu dalam kondisi likungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
2. Koontz & Donnell
Fungsi pengorganisasian manajer meliputi
penentuan golongan kegiatan – kegiatan yang diperlukan untuk tujuan – tujuan
perusahaan, pengelompokan kegiatan tersebut kedalam suatu bagian yang dipimpin
oleh seorang manajer serta melimpahkan wewenang untuk melaksanakannya.
3. Sp Hasibuan
Pengorganisasian adalah suatu
proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam – macam aktifitas yang
diperelukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang – orang pada setiap
aktifitas, menyediakan alat – alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktifitas tersebut.[10]
Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, organisasi pendidikan
adalah tempat untuk melakukan aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan, sedangkan pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses
pembentukan tempat atau sistem dalam rangka melakukan kegiatan kependidikan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.[11]
B.
Proses
Pengorganisasian
Ernest Dale (Stoner, 1986) memberikan
pengorganisasian sebagi sebuah proses yang berlangkah jamak. Proses
pengorasiasin digambarkan sebagi berikut :
a) Pemerincian Pekerjaan
Dalam memperinci pekerjaan adalah menetukan tugas-tugas
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
b) Pembagin Kerja
Membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan
yang dapat dilksanakan oleh perseorangn atau perkelompok.
c) Penyatuan Pekerjaan
Menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang
rasional, efisien.
d) Kordinasi Pekerjaan
Menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan
pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis.
e) Monitoring dan Reorganisasi
Melakukan monitoring dan mengambil
langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahan kan dan meningkatkan efektifitas[12]
C. Struktur
dari Pengorganisasian
Salah
satu fungsi atau tugas manajemen adalah mengorganisasi. Dalam tugas ini
tidaklah dimaksud manajer membuat organisasi atau menggerakkan para anggota
organisasi, melainkan membuat struktur atau merumuskan mekanisme kerja bagi
organisasinya. Semua tugas yang harus dikerjakan dalam organisasi
dikelompok-kelompokkan menjadi unit-unit kerja. Kemudian pekerjaan pada setiap
unit dibagi-bagikan kepada personalia yang ada pada unit itu sesuai dengan
kompetensinya masing-masing. Tetapi bila unit kerja itu besar, maka ia dapat
pula dibagi lagi menjadi sub unit sebelum pembagian tugas untuk masing-masing
individu dilakukan. Begitu pula kalau organisasi itu sangat besar, beberapa
unit kerja yang mempunyai kesamaan dapat pula digabungkan dibawah nama
tertentu, departemen misalnya.[13]
Untuk
menterjemahkan kegiatan antar komponen organisasi agar dapat dipahami, dan
dijadikan pedoman dalam bekerja dituangkan dalam suatu struktur organisasi.
Dengan perkataan lain agar komponen itu bisa berkaitan satu dengan lainnya,
dalam arti bahwa masing-masing komponen itu berinteraksi sesuai dengan harapan
tercapainya tujuan organisasi diperlukan kerangka yang berfungsi sebagai
pedoman pelaksanaan kerja sama. Kerangka kerja sama itu disebut struktur.[14]
Dengan
demikian struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi itu yang
menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugas-tugas individu didalamnya beserta
kerja samanya dengan individu –individu lain dan hubungan antara unit-unit
kerja itu baik secara vertikal maupun horisontal.[15]
Pada
struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang
harus dilakukan, hubungan atasan dengan bawahan, kelompok, komponen atau
bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi. Suatu struktur organisasi
menspesifikasi pembagian kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda itu dihubungkan.[16]
Struktur
mengikuti proses, dan berikut adalah beberapa hal penting yang diperlukan oleh
organisasi :
1. Optimisasi
unit.
Setiap unit,
program dan departemen harus berjalan secara efisien dan efektif. Masing-masing
bidang harus memiliki kejelasan standar mutu, sebaiknya tertulis, dalam
menjalankan programnya.
2. Penjajaran
vertikal.
Setiap anggota
staf harus memahami strategi institusi, demikian pula dengan arah dan misi
institusi tersebut.
3. Penjajaran
horizontal.
Kompetensi antar
unit, program atau departemen harus dihilangkan atau sebaliknya, harus ada
pemahaman terhadap tujuan dan kebutuhan dari bagian-bagian lain organisasi.
Mekanisme harus menjadi bagian penting dalam mengatasi masalah secara efektif.
4. Satu
komando pada setiap proses.
Proses kunci,
baik itu kurikulum, pastoral, maupun administrasi, harus dirancang dan
diorganisir, sehingga setiap proses berada dibawah satu komando.[17]
Berikut adalah contoh struktur organisasi di sekolah:
POMG/BP3 ---------- Pimpinan
(Kep.Sek)
TU Sek.
Dewan Guru
Urusan
Bimbingan Urusan Kurikulum Urusan sosial Urusan Perlengkapan
Guru Kelas
Siswa[18]
D. Kultur
dalam Pengorganisasian
Shephen
P. Robbins mengemukakam definisi kultur organisasi adalah “organization culture is a common perception held by the organization’s
members, a sistem of shared meaning.”
Micheal
Amstrong menyatakan bahwa budaya organisasi adalah pola sikap, keyakinan,
asumsi dan harapan yang dimiliki bersama, yang mungkin tidak dicatat, tetapi
membentuk cara bagaimana orang-orang bertindak dan berinteraksi dalam
organisasi dan mendukung bagaimana hal-hal dilakukan.
Davis
(1948) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan
nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan organisasi
sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan
berperilaku dalam organisasi.
Dari
beberapa pernyataan, budaya organisasi dapat diartikan sebagai pola
nilai-nilai, kepercayaan, asumsi-asumsi, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan
seseorang atau kelompok manusia yang mempengaruhi perilaku kerja dan cara
bekerja dalam organisasi. Dalam pengertian lain juga dapat dikatakan bahwa
budaya organisasi adalah sebuah sistem nilai, kepercayaan dan
kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi sehingga
menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Budaya
diyakini mempunyai pengaruh terhadap kehidupan organisasi. Konsep dari budaya
organisasi ini adalah sebuah persepsi bawah sadar bagi anggota organisasi.
Persepsi ini meliputi kata, tindakan, rasa, keyakinan, dan nilai-nilai yang
dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
Budaya
organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah:
1. Memberikan
identitas organisasi kepada anggotanya
2. Memudahkan
komitmen kolektif
3. Mempromosikan
stabilitas sistem sosial
4. Membentuk
perilaku dengan membuat manajer merasakan keberadaannya
Budaya organisasi hakikatnya adalah fenomena
kelompok, oleh karenanya terbentuknya budaya organisasi tidak dapat lepas dari
dukungan kelompok dan terbentuk dalam waktu yang lama. Pembentukan budaya organisasi juga melibatkan leader / tokoh (top manager) yang secara
ketat menerapkan visi, misi dan nilai-nilai organisasi kepada para bawahannya
sehingga dalam waktu tertentu menjadi kebiasaan dan dijadikan acuan oleh
seluruh anggotanya untuk bertindak dan berperilaku.[19]
E. Prinsip-Prinsip
dalam Pengorganisasian
Ada beberapa hal pokok
yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan pengorganisasian, seringkali
orang menamakan hal pokok tersebut sebagai prinsip. Prinsip-prinsipnya sebagai
berikut:
1. Mempunyai
tujuan yang jelas.
2. Para
anggota menerima dan memahami tujuan tersebut.
3. Adanya
kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan, kesatuan pikiran,
dsb.
4. Adanya
kesatuan perintah (unity of command), para bawahan atau anggota hanya mempunyai
seorang atasan langsung, dan daripadanya ia menerima perintah atau bimbingan,
serta kepadanya ia harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya.
5. Adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang didalam organisasi
itu. Sebab, tidak adanya keseimbangan tersebut akan memudahkan timbulnya
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti:
-
Jika wewenang lebih
besar dari pada tanggung jawab, mudah menimbulkan penyalahgunaan wewenang.
-
Jika tanggung jawab
lebih besar dari pada wewenang, mudah menimbulkan banyak kemacetan, merasa
tidak aman atau ragu-ragu dalam tindakan.
6. Struktur
organisasi hendaknya disusun sesederhana mungkin, sesuai kebutuhan koordinasi,
pengawasan, dan pengendalian.
7. Pola
organisasi hendaknya relative permanen. Artinya, meskipun struktur organisasi
dapat dan memang harus diubah sesuai dengan tuntutan perkembangan,
fleksibilitas fleksibilitas dalam penyesuaian itu jangan bersifat prinsip. Oleh
karena itu, pola dasar struktur organisasi perlu dibuat sedemikiam rupa
sehingga sedapat mungkin permanen.
8. Adanya
jaminan keamanan dalam bekerja (security of tenure), bawahan atau anggota tidak
merasa gelisah karena takut dipecat, ditindak sewenang-wenang,dsb.
9. Garis-garis
kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki tata kerjanya jelas tergambar di
dalam struktur atau bahan organisasi.[20]
10. Penempatan
orang yang bekerja dalam organisasi itu
hendaknya sesuai dengan kemampuannya.[21]
V.
KESIMPULAN
A. Pengertian
dan konsep pengorganisasian
Organisasi adalah
sebuah wadah, tempat atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama untuk
mencapai tujuan yang digunakan, sedangkan pengorganisasian adalah bembentukan
wadah/sistem dan penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian
pendidikan adalah sebuah proses pembentukan tempat atau sistem dalam rangka
melakukan kegiatan kependidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
B.
Proses
pengorganisasian
1. Pemerincian Pekerjaan
2. Pembagin Kerja
3. Penyatuan Pekerjaan
4. Kordinasi Pekerjaan
5. Monitoring dan Reorganisasi
C. Struktur
dalam pengorganisasian
Pada struktur
organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan,
hubungan atasan dengan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat
manajemen dan saluran komunikasi.
Beberapa hal penting
yang diperlukan oleh organisai yaitu: optimisasi unit, penjajaran vertikal,
penjajaran horizontal, dan satu komando pada setiap proses.
D. Kultur
dalam pengorganisasian
Budaya
organisasi adalah sebuah sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan
dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi sehingga menghasilkan
norma-norma perilaku organisasi.
Budaya
organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah:
1. Memberikan
identitas organisasi kepada anggotanya
2. Memudahkan
komitmen kolektif
3. Mempromosikan
stabilitas sistem sosial
4. Membentuk
perilaku dengan membuat manajer merasakan keberadaannya
E. Prinsip-prinsip
pengorganisasian
1. Mempunyai
tujuan yang jelas
2. Anggota
menerima dan memahami tujuan tersebut
3. Adanya
kesatuan arah
4. Adanya
kesatuan perintah
5. Adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
6. Struktur
organisasi hendaknya disusun sesederhana mungkin
7. Pola
organisasi hendaknya relative permanen
8. Adanya
jaminan keamanan dalam bekerja
9. Garis
kekuasaan dan tanggung jawab tergambar di dalam struktur organisasi
10. Penempatan
orang dalam organisasi hendaknya sesuai dengan kemampuannya.
VI.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat penyusun sajikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi penyusun ataupun pembaca. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dari
makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dari
pembaca sangat penyusun butuhkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagai para
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi para pemakalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Atmodiwirio,
Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia,
Jakarta: Ardadizya Jaya, 2005.
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen
Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan
Pendidikan,
Bandung: Pustaka Educa, 2010.
Husaini, Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset
Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, Bandung: Sinar Baru
Argensindo,
2007.
Mulyono, Manajemen
Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Yogjakarta:
Ar-Ruzz Media,
2008.
Pidarta, Made, Manajemen
Pendidikan Indonesi, Jakarta:
Rineka Cipta,
2004.
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi
Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Sallis, Edward, Manajemen Mutu
Terpadu Pendidikan,
Jakarta: IRCiSoD,
2010.
Suryosubroto, B., Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta:
Rineka Cipta,
2004.
[2]
Mulyono, Manajemen Administrasi Dan
Organisasi Pendidikan, (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 64
[4]
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen
Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2005), hal. 100.
[6]
Isjoni, Manajemen
Kepemimpinan dalam Pendidikan, (Bandung, Sinar Baru Argensindo, 2007), hal. 122-123.
[8]Mulyono, Manajemen Adminitrasi
dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2008), hal. 71.
[9] Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta:
PT Bumi Aksara,2008), hal. 141.
[10] http://jurnal-sdm.blogspot.com/2013/01/teori-pengorganisasian-dalam-fungsi.html, diakses pada hari senin 14/04/2014, pukul 13:42
[14]
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen
Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2005), hal. 104.
[18]
Ngalim Purwanto, Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 162
[19] Ara
Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan
Pendidikan, (Bandung,
Pustaka Educa, 2010), hlm. 64-73.
[20]
Ngalim Purwanto, Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 108-109.
0 komentar:
Post a Comment