FITRAH MANUSIA
Makalah Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan
Islam
Yang Diampu Oleh: Dr. Darmuin, M.Ag.
Diedit Oleh,
Baihaqi (133111013)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
(UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akal
adalah salah satu potensi rohani yang dimiliki oleh manusia. Di samping akal
manusia mempunyai potensi rohani lain yang disebut dengan fitrah. Secara fitri,
Allah SWT sebagai sang khalik telah menciptakan manusia sebagai suatu makhluk yang
istimewa, yaitu makhluk yang memiliki
berbagai macam kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya, baik
itu kelebihan dari segi jasmani maupun rohani.
Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah
itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan
berkembang, dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi, dan menurut
aliran behaviourisme disebut prepotence reflexes (kemampuan dasar yang dapat
berkembang). Oleh sebab
itu, untuk mengatur
fitrah atau potensi
yang ada dan agar dapat
menggunakannya secara
optimal, manusia dirasa perlu
mengetahui hakekat
dari fitrah itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian fitrah manusia?
2.
Apa saja macam-macam
fitrah manusia?
3.
Apa faktor yang
memengaruhi fitrah manusia?
4.
Bagaimana fitrah manusia dari perspektif beberapa
agama?
C.
Landasan Teori
Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30
dijelaskan, bahwa: Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya
(sesuai dengan kecenderungan asli) itulah fitrah Allah yang Allah menciptakan
manusia diatas fitrah itu tak ada perubahan atas fitrah ciptaannya. Itulah
agama yang lurus namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa fitrah adalah suatu perangkat yang
diberikan oleh Allah yaitu kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkarya
yang disebut dengan potensialitas dan manusia diciptakan Allah dalam struktur
yang paling tinggi, yaitu memiliki struktur jasmaniah dan rohaniah yang
membedakannya dengan makhluk lain.
Rasulullah
SAW menegaskan dengan sabdanya, bahwa: Tidak
ada orang yang dilahirkan (di dunia) kecuali dalam keadaan fitrah. Maka orang
tualah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Sebagaimana
binatang ternak yang telah melahirkan anak-anaknya, apakah engkau membersihkan
unta yang termasuk binatang ternah? Kemudian Abu Hurairah RA mengatakan:
bacalah jika kalian semua menghendakinya; (tetaplah atas) fitrah Allah SWT yang
menciptakan manusia menurut fitrah itu. (HR.
Bukhari)
Menurut Shanminan Zain (1986), bahwa fitrah adalah potensi laten atau kekuatan yang terpendam yang ada
dalam diri manusia dibawah sejak lahir. Menurut Al Auzal (1976), fitrah adalah kesucian dalam jasmani dan
rohani. Sedangkan menurut Ramayulis, fitrah adalah kemampuan dasar bagi perkembangan manusia yang dianugrahkan
oleh Allah SWT. yang tidak ternilai harganya dan harus dikembangkan agar
manusia dapat mencapai tingkat kesempurnaan.
Secara
lebih komprehensif, Muhammad bin Asyur, seperti dikutip Quraish Shihab
mendefinisikan fitrah
(makhluk) adalah bentuk lain dari sistem yang diwujudkan Allah pada setiap
makhluk. Sedangkan fitrah yang
berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia yang
berkaitan dengan kemampuan jasmani dan akalnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Fitrah Manusia
Ditinjau dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan. Dan dari
makna ini, lahir makna-makna lain, seperti “penciptaan” dan “kejadian”. Dengan
demikian, secara sederhana, fitrah manusia
berarti kejadiannya sejak semula atau bawaannya sejak lahir.[1]
Dari pernyataan tersebut, bahwasannya fitrah merupakan
karakter atau sifat tertentu yang telah dimiliki oleh manusia sejak dalam
kandungan ibunya. Dengan kata lain, sesungguhnya telah memiliki potensi jauh
sebelum ia diahirkan. Dimana penciptaan potensi tidak diciptakan pada waktu
masa kanak-kanak, hanya saja pada masa ini merupakan masa pengenalan potensi
atau masa penggalian potensi dari dalam individu dan setelah itu potensi
selanjutnya akan diarahkan dan dikembangkan sesuai dengan potensinya.
Setelah diketahui arti
etimologis fitrah, maka dapat dibuat uraian definisi mengenai makna
fitrah secara terminologi yaitu sifat dasar atau karakter manusia yang telah
ditanamkan dalam diri manusia sejak berada dalam kandungan oleh Allah untuk
menghadapi kehidupan dan sebagai sarana untuk mengenal_Nya.
Selain dari definisi yang telah di
uraikan,di dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30 juga di sebutkan kata
fitrah,sebagai berikut:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam), (sesuai) fitrah Allah di
sebabkan Diatelah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.tidak ada perubahan
pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
Ayat di atas menjelaskan tentang
hubungan makna fitrah dengan agama Allah. Hubungan fitrah dengan agama Allah
tidak bertentangan akan tetapi saling melengakapi.
Di
samping itu,dalil-dalil lain yang dapat diinterprestasikan untuk mengartikan
fitrah yang mengandung kecenderungan yang netral,
ialah yang artinya sebagai berikut:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu tidaklah kamu mengetahui sesuatu
apapun dan ia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan, dan hati.” (Al Qur’an Al Karim
surat An-Nahl ayat 78).
Dalam suatu hadis sahih yang di riwayatkan
oleh Al Bukhari dan Muslim yang terjemahannya sebagai berikut:
“Tidak ada seorang anakpun yang dilahirkan, kecuali
dilahirkan dalam keadaan fitrah (beragama Islam) maka kedua orang tuanya lah
yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi”. (H.R Muslim dari Abu Hurairah).
Dari hadis tersebut,di
jelaskan bahwa setiap anak lahir dalam
keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah
yang memungkinkan ia menjadi yahudi, nasrani, atau majusi. Hadis itu
mengisyaratkan bahwa sejak lahir manusia sudah di bekali potensi yang di sebut
fitrah. Fitrah adalah istilah dari bahasa arab yang berarti tabiat suci/baik
yang khusus di ciptakan oleh Tuhan untuk manusia.
Selain dalil-dalil dari Al-Qur’an di sebutkan juga
beberapa pendapat tentang pengertian fitrah menurut beberapa ahli.Menurut Dr.
Moh. Fadhil Al-Djamaly, firman Allah di atas menjadi petunjuk bahwa kita harus
melakukan usaha pendidikan aspek eksternal. Dan dengan kemampuan yang ada dalam
diri manusia yang menumbuhkan dan mengembangkan keterbukaan diri terhadap
pengaruh eksternal yang bersumber dari fitrah
itulah maka pendidikan secara operasional adalah bersifat hidayah
(menunjukkan).
Menurut Al-Auza’iy, fitrah adalah
kesucian dalam jasmani dan rohani.[2]
Pendapat ini di dukung dengan adanya hadist nabi yang terjemahannya
sebagai berikut:
“Lima
macam dalam kategori kesucian yaitu khitanan, memotong rambut, mencukur kumis,
memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak”. (HR. Bukhari Muslim dari Abu
Hurairah).[3]
Sedangkan pengertian fitrah menurut
Al Ghazali adalah suatu sifat dari dasar
manusia yang di bekali sejak lahirnya dengan memiliki keistimewaan sebagai
berikut[4]:
1.
Beriman kepada Allah
2.
Kemampuan dan kesediaan
untuk menerima kebaikan dan keburukan atas dasar kemampuan untuk menerima
pendidikan dan pengajaran.
3.
Dorongan ingin tau
untuk mencari hakikat kebenaran yang merupakan daya untuk berpikir.
4.
Dorongan biologis yang
berupa syahwat dan insting
5. Kekuatan-kekuatan
lain dan sifat-sifat manusia yang dapat di kembangkan dan di sempurnakan.
1.
Proses penciptaan
langit dan bumi.
2.
Proses penciptaan
manusia.
3.
Pengaturan alam
semesta dan isinya secara serasi dan seimbang.
4.
Pemaknaan pada
agama Allah sebagai acuan dasa dan pedoman bagi manusia dalam menjalankan tugas
dan fungsinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat
dipahami bahwa fitrah merupakan semua bentuk potensi yang telah dianugerahkan
oleh Allah kepada manusia semenjak proses penciptaannya
di alam rahim guna kelangsungan hidupnya di atas dunia yang perlu dikembangkan untuk mencapai
perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.
B.
Macam-Macam Fitrah
Sebagai mana telah dijelaskan diatas bahwa fitrah mengacu kepada potensi yang dimiliki manusia. Potensi itu
diantaranya yaitu,
1. Potensi beragama
Perasaan keagamaan
adalah naluri yang dibawa sejak lahir bersama ketika manusia dilahirkan.
Manusia memerlukan keimanan kepada zat tertinggi yang Maha Unggul di luar
dirinya dan dan diluar dari alam benda yang dihayati olehnya. Naluri beragama
mulai tumbuh apabila manusia dihadapkan pada persoalan persoalan yang
melingkupinya.
Akal akan menyadari kekerdilannya dan
mengakui akan kudratnya yang terbatas. Akal akan insaf bahwa kesempurnaan ilmu
hanyalah bagi pencipta alam jagat raya ini, yaitu Allah. Islam bertujuan
merealisasikn penghambaan sang hamba kepada Tuhannya saja. Memberantas
perhambaan sesame hamba Tuhan. Insan dibawa menyembah kehadirat Allah penciptanya
dengan tulus ikhlas tersisih dari syirik atau sebarang penyekutuannya.
2.
Kecenderungan moral
Kecenderungan moral
erat kaitannya dengan potensi beragama. Ia mampu untuk membedakan yang baik dan
buruk. Atau yang memiliki hati yang dapat mengarahkan kehendak dan akal.
Apabila dipandang dari pengertian fitrah seperti di atas, maka kecenderungan
moral itu bisa mengarah kepada dua hal sebagaimana terdapat dalam surat
Asy-Syam ayat 7 yang artinya
sebagai berikut:
Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) dan ketakwaannya.
3.
Manusia bersifat
luwes, lentur (fleksible).
Manusia mampu dibentuk dan
diubah. Ia mampu menguasai ilmu pengetahuan, menghayati adatadat, nilai,
tendeni atau aliran baru. Atau meninggalkan adat, nilai dan aliran lama, dengan
cara interaksi social baik dengan lingkungan yang bersifat alam atau
kebudayaan. Allah berfirman tentang bagaimana sifat manusia yang mudah lentur,
terdapat dalam surat Al Insan ayat 3
yang artinya sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir.
4.
Kecenderungan
bermasyarakat
Manusia juga memiliki kecendrungan bersosial dan bermasyarakat.
Menurut Ibnu Taimiyah, dalam diri manusia setidaknya terdapat tiga
potensi (fitrah), yaitu:
a.
Daya intelektual (quwwat al-‘aql), yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia dapat membedakan nilai
baik dan buruk. Dengan daya intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan
meng-Esakan Tuhannya.
b.
Daya ofensif (quwwat al-syahwat), yaitu potensi dasar yang mampu menginduksi obyek-obyek yang
menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupannya, baik secara jasmaniah maupun
rohaniah secara serasi dan seimbang.
c. Daya defensif (quwwat al-ghadhab) yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan manusia dari segala
perbuatan yang membahayakan dirinya. Namun demikian, diantara ketiga potensi
tersebut, di samping agama – potensi akal menduduki posisi sentral sebagai alat
kendali (kontrol) dua potensi lainnya. Dengan demikian, akan teraktualisasikannya
seluruh potensi yang ada secara maksimal, sebagaimana yang disinyalir oleh
Allah dalam kitab dan ajaran-ajaranNya. Penginkaran dan pemalsuan manusia akan
posisi potensi yang dimilikinya itulah yang akan menyebabkannya melakukan
perbuatan amoral.
Menurut Ibnu Taimiyah membagi fitrah manusia kepada dua
bentuk, yaitu:
a) Fitrah al gharizat
Merupakan potensi dalam diri manusia
yang dibawanya sejak lahir. Bentuk fitrah ini berupa nafsu, akal, dan hati nurani. Fitrah (potensi) ini dapat dikembangkan melalui jalan pendidikan.
b)
Fitrah al munazalat
Merupakan potensi luar manusia. Adapun fitrah ini adalah wahu ilahi yang diturunkan Allah untuk membimbing dan
mengarahkan fitrah al gharizat berkembang sesuai dengan fitrahnya yang hanif. Semakin tinggi
interaksi antara kedua fitrah tersebut, maka akan semakin tinggi pula kualitas manusia.
Dari semua penjelasan mengenai
potensi manusia, tampak jelas bahwa lingkungan sebagai faktor eksternal.
Lingkungan ikut mempengaruhi dinamika dan arah pertumbuhan fitrah manusia. Semakin baik penempaan fitrah yang dimiliki manusia, maka akan semakin baiklah kepribadiannya.
Demikian pula sebaliknya, penempaan dan pembinaan fitrah yang dimiliki tidak pada fitrahnya maka manusia akan tergelincir
dari tujuan hidupnya. Untuk itu salah satu pembinaan fitrah dengan pendidikan.
C.
Faktor yang Memengaruhi Fitrah
Aspek-aspek fitrah merupakan komponen dasar bersifat dinamis, responsive terhadap
pengaruh linkungan sekitar, termasuk pengaruh pendidikan. Komponen- komponen
dasar tersebut meliputi :
1. Bakat, merupakan suatu kemampuan pembawaan yang potensial mengacu kepada
perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian (profesionla) dalam
berbagai bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada kemampuan kopmisi (daya
cipta), konasi (kehendak), dan emosi yang disebut dengan tri kotomi (tiga
kekuatan kemampuan rohani manusia). Masing-masing kekuatan rohani berperan.
2. Insting (ghorizah), adalah kemampuan
berbuat atau bertingkah tanpa melalui proses belajar. Kemampuan insting
tersebut merupakan pembawaan sejak lahir juga. Dalam psikologi pendidikan
kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu dengan
melalui proses belajar. Jenis-jenis tingkah laku manusia :
a.
Melarikan diri
karena perasaan takut
b.
Menolak Karena
jijik
c.
Ingin tahu karena
takjub sesuatu
d.
Melawan karena
kemarahan
e.
Menonjolkan diri
karena adanya harga diri.
3. Nafsu dan dorongan-dorongannya. Nafsu dalam kajian tasawuf dibagi
menjadi 4 poin :
a.
Nafsu Mutmainnah yang
mendorong kepada taat kepada allah;
b.
Nafsu Lawwamah yang
mendorog kearah perbuatan merendahkan orang lain;
c.
Nafsu Amarah yang
mendorong kearah perbuatan yang merusak;
d.
Nafsu Birahi yang
mendorong kearah perbuatan seksual.
4.
Karakter atau
tabiat manusia merupakan kemampuan psikologi yang dibawa sejak kelahirannya. Karakter
ini berkaitan dengan tingkah laku moral dan social serta etis seseorang.
Karakter terbentuk kekuatan dalam diri manusia, bukan terbentuk dari dunia
luar. Karakter erat hubungannya degan personalits (kepriadian seseorang). Oleh
karena itu tidak bisa dibedakan dengan jelas.
5.
Hereditas atau
keturunan merupakan factor kemampuan dasar yang mengandung cirri-ciri
psikologis dan fisiologis yang diturunkan atau diwariskan oleh orang tua baik
dalam garis yang telah jauh.
6.
Intuisi adalah
kemampuan psikologis manusia untuk menerima ilham tuhan. Intuisi menggerakkan
hati nurani manusia yang membimbingnya kearah perbuatan dalam situasi khusus
diluar kesadaran akal pikirannya. Namun mengandung makna yang bersifat
konstruktif bagi kehidupannya. Intuisi biasanya diberikan tuhan kepada orang
yang bersih jiwanya. Intuisi lebih banyak dirasakan sebagai getaran hati nurani
yang untuk berbuat sesuatu yang amat khusus.
D.
Fitrah Manusia dari Perspektif Beberapa Agama
1.
Agama Islam
Manusia pertama
yang dihidupkan di atas muka bumi ini oleh Allah SWT ialah Adam AS. Dalam Islam,
manusia dikatakan berasal
daripada tanah dan roh
di mana unsur
jasad dan roh
telah disatukan untuk memberi nyawa kepada Adam AS. Zuriat
bagi keturunan Adam AS pula bermula daripada nutfah. Nutfah bermaksud percantuman
air mani lelaki di dalam rahim wanita. Iaitu
percantuman daripada ovum dan sperma dimana dalam berjuta-juta
sperma lelaki, sperma yang terkuat sahaja akan dapat
memasuki ke dalam ovum wanita.
Proses ini juga
juga di kenali
sebagai survival of the fittest. Dengan demikian dari pendapat di
atas, dapat di ketahui bahwa agama islam lebih menekankan pada proses
penciptaan manusia.
2.
Agama Hindu
Dalam agama
Hindu pada umumnya,
konsep yang dipakai adalah
monoteisme. Konsep tersebut dikenal
sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang bererti "tak ada duanya". Konsep ketuhanan dalam agama monoteistik
lainnya, Adwaita Wedanta menganggap
bahawa Tuhan merupakan pusat segala
kehidupan di alam semesta, dan
dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan
sebutan Brahman. Brahman merupakan
pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada
dimana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman
merupakan asal mula
dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala
sesuatu yang ada
di alam semesta
tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Menurut pendapat dari agama hindhu,
fitrah lebih menekankan pada proses pengaturan alam semesta dan Tuhan (Brahman)
yang mengaturnya.
3.
Agama Budha:
Konsep tentang
kejadian bumi dan
manusia menurut Buddha Dhamma
agak unik. Di alam semesta ini
bukan hanya ada bumi ini. Telah banyak
bumi yang muncul dan hancur (kiamat).
Manusia yang muncul
pertama kali di
bumi kita ini tidak
seorang, tetapi banyak,
dan mereka muncul bukan kerana kemahuan satu makhluk
tertentu. Di dalam Agama
Sutta, Digha Nikaya,
Sutta Pitaka, Tipitaka, dapat
dibaca bahawa bumi kita ini semuanya terdiri dari air dan gelap gelita.
4. Buddha
Makhluk-makhlukpun
tidak dibedakan lelaki atau perempuan. Namun, mereka memiliki tubuh yang bercahaya dan hidup
melayang-layang di angkasa. Setelah waktu
lama sekali, tanah dengan sarinya muncul
dari dalam air
dan rasanya seperti
madu tawon mumi. Makhluk-makhluk yang serakah (tamak) mulai mencicipi
tanah itu, dan tergiur akan sari tersebut. Makhluk-makhluk yang lain juga
mengikuti. Akibat kelakuannya itu, maka
cahaya tubuh mereka lenyap, dan tampaklah matahari, bulan, bintang.
Setelah masa
yang lama sekali, tubuh
mereka memadat dan bentuknya ada yang indah dan ada yang buruk sesuai
dengan takaran mereka makan sari tanah. Mereka
yang indah memandang rendah
kepada orang yang bentuk tubuhnya jelek. Lama kelamaan sari
tanah pun lenyap dan muncullah tumbuhan dari tanah. Sementara mereka
sombong dan bongkak, tumbuhan ini lenyap dan muncul tumbuhan menjalar, dan
demikian seterusnya setelah tumbuhan menjalar lenyap, muncullah
tanaman padi. Setelah waktu yang lama
sesuai dengan takaran mereka makan, maka tubuh mereka lebih memadat dan
perbedaan bentuknya tampak lebih jelas. Dari kaca mata agama budha,lebih
menjelaskan tentang proses kejadian langit dan bumi serta proses kejadian
manusia.
5.
Agama Kristianai:
Kejadian
manusia (Adam) menurut Pentateuch (Torah) Dalam Kitab Genesis, didapati
manusia bukan ciptaan Tuhan yang pertama. Jika dirujuk
teliti di dalam Kitab Genesis, didapati manusia bukan ciptaan Tuhan yang
pertama. Secara umum, proses kejadian
makhluk sebagaimana yang diuraikan dalam
Kitab Genesis merangkumi enam hari.
Hari pertama Tuhan
mencipta siang dan malam. Hari kedua tuhan mencipta air. Hari ketiga Tuhan
mencipta tumbuhan. Hari keempat Tuhan mencipta makhluk-makhluk di daratan dan
juga di lautan. Hari kelima Tuhan mencipta bintang di angkasa. Pada hari keenam, Tuhan mencipta manusia sebagaimana
yang diungkapkan di dalam Genesis (1:26): “The
God said, “Let Us make humankind in our image, according to our likeness
and let them have dominion over the fish of the sea and over the birds
of the air and over the cattle and over all the wild animals
of the earth and over every creeping things
that creeps upon earth”. Sedangkan pendapat dari agama kristiani, lebih
menekankan pada penciptaan manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fitrah merupakan semua
bentuk potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia semenjak
proses penciptaannya di alam rahim guna kelangsungan hidupnya di atas dunia yang perlu dikembangkan untuk
mencapai perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.
B.
Saran
Sesungguhnya setiap orang mempunyai potensi yang
berbeda, tinggal bagaimana diri kita mengaplikasikan potensi tersebut agar
menjadi hal yang bermanfaat bagi perkembangan diri kita dan lingkungan
sekitar.
1 komentar:
Surahnya tidak benar/rusak
Post a Comment