RELEVANSI TEORI MULTIPEL INTELEGENSI
DENGAN KONSEP FITRAH DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Tes
Tengah Semester Genap
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Yang Diampu Oleh: Sri Isnani
Setyaningsi, S.Ag. M.Hum.
Disusun Oleh,
Baihaqi (133111013)
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, pengendalian diri, kecerdasan serta keterampilan.[1]
Demikian pentingnya peranan pendidikan, maka dalam UUD 1945 diamanatkan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapat pendidikan.
Keberhasilan pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari proses pembelajarannya. Didalamnya meliputi beberapa komponen
yang saling terkait. Komponen tersebut adalah guru (pendidik), siswa (peserta
didik), materi (bahan), media (alat/ sarana) dan metode atau pola penyampaian.[2]
Dalam proses pembelajaran seorang pendidik haruslah memahami perbedaan potensi,
kemampuan dan keahlian setiap peserta didiknya. Sebab setiap manusia dilahirkan
dengan potensi yang berbeda-beda. Firman Allah dalam Q.S. al-Tiin ayat 4:
ôs)s9
$uZø)n=y{
z`»|¡SM}$#
þÎû
Ç`|¡ômr&
5OÈqø)s?
ÇÍÈ
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.[3]
Jika melihat ayat diatas maka
diperoleh pengertian bahwa manusia
dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan berbagai potensi yang
dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses
pendidikan. Inilah yang dimaksud dalam konsep Fitrah dalam Islam. Fitrah
memiliki beberapa makna yang diantaranya adalah potensi dasar manusia.[4]
Hal diatas senada dengan teori yang
dicetuskan oleh Howard Gardner yaitu teori Multipel Intelegensi (kecerdasan
majemuk). Penulis melihat adanya pengaruh positif dari relevansi antara Teori
Multipel Intelegensi dengan Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam. Oleh
karenanya, pada pembahasan kali ini penulis akan mengulasnya.
II.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana relevansi Teori Multipel Intelegensi dengan
Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Relevansi
Teori Multipel Intelegensi dengan Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam
1. Pendidikan
Islam
Pendidikan Islam merupakan usaha
sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam.[5]
Tujuan Pendidikan Islam adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia),
memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengatahuan yang luas tentang Islam.[6]
Mengingat pentingnya tujuan dan
manfaat pendidikan Islam ini, maka dalam proses pembelajarannya juga harus
dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian peserta didik serta
meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. Oleh karena itu pembelajaran dengan
menggunakan metode yang efektif sangat diperlukan guna mendukung pencapaian
tujuan tersebut.
2. Teori
Multipel Intelegensi
Para ahli pendidikan muslim umumnya
sependapat bahwa teori dan praktik pendidikan Islam harus didasarkan pada
konsepsi dasar tentang manusia. Pembicaraan tentang persoalan ini merupakan hal
yang sangat vital dalam pendidikan. Tanpa kejelasan tentang konsep ini,
pendidikan Islam tidak akan dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu
memahami penafsiran Islam tentang pengembangan individu seutuhnya.[7]
Pada dasarnya, setiap manusia
terlahir dengan potensi inteligensinya masing-masing sebagai anugerah Allah.
Persoalannya, justru terletak pada Bagaimana cara mengembangkan potensi
inteligensi yang beragam tersebut,[8]
karena inteligensi telah ada dan mengakar dalam saraf manusia, terutama dalam
otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Konsep Islam mengenai
inteligensi, telah secara jelas disebutkan dalam surat al-Isra’ ayat 70.
* ôs)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPy#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur ÆÏiB ÏM»t7Íh©Ü9$# óOßg»uZù=Òsùur 4n?tã 9ÏV2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxÅÒøÿs? ÇÐÉÈ
Dan
Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
Pepatah Arab
mengatakan:
ﺮﻘﺘﲢﻻ
ﻦﻣ ﻚﻧﻭﺩ ﻞﻜﻠﻓ
ﺀﻲﺷ ﺔﻳﺰﻣ
Jangan kau
anggap sepele segala sesuatu yang lebih rendah darimu karena segala sesuatu
pasti ada kelebihannya.[9]
Ayat dan pepatah ini mengindikasikan
adanya potensi superiority dalam diri setiap manusia. Dengan inteligensinya,
manusia dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin
kompleks melalui proses berpikir dan belajar secara terus menerus, melalui
pendidikan. Akhirnya Howard Gardner mencetuskan teori Multipel Intelegensi
(kecerdasan majemuk) yang esensinya sama degan pernyataan diatas.
Menurut Gardner, kecerdasan itu
tidak hanya diartikan sebagai IQ semata, namun kecerdasan itu menyangkut
kemampuan seseorang untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah serta
menghasilkan produk atau ide.[10]
Gardner telah menetapkan delapan kecerdasan, yaitu: Verbal-linguistik,
Logis-matematis, Visual-spasial, Kinestetik-jasmani, Musikal, Interpersonal,
Intrapersonal dan Naturalis.[11]
Multipel Intelegensi yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya
merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ),
kecerdasan spiritual (SQ).[12]
3.
Teori Fitrah
Metodologi
Islam dalam melakukan proses pendidikan adalah secara menyeluruh dalam segala
aspeknya. Sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik
segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun secara
mental. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep Fitrah itu bersifat universal.
Didalam
al-Qur’an, kata Fitrah digunakan dalam konteks uraian penciptaan atau kejadian
langit dan bumi. Sedangkan selebihnya digunakan dalam konteks penciptaan
manusia, baik dari segi pengakuan bahwa penciptaannya adalah Allah, maupun dari
segi uraian tentang Fitrah manusia. Salah satu kata Fitrah yang disebutkan
dalam al-Qur’an, termaktub dalam surat ar-Ruum ayat 30 yang berbunyi:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.[13]
Dalam al-Hadits disebutkan: Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia
berkata: Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Seorang bayi tidaklah
dilahirkan melainkan dalam keadaan suci (fitrah), kemudian kedua orang
tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi.
Merujuk
kepada Fitrah yang dikemukakan di atas, dapat ditarik sebuah pengertian bahwa
sejak awal kejadiannya, manusia telah membawa potensi beragama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Sehingga beberapa pakar
pendidikan mengatakan bahwa esensi teori Fitrah meliputi: 1) Bakat dan
kecerdasan, yaitu suatu kemampuan bawaan potensial yang mengacu kepada
perkembangan kemampuan akademis dalam berbagai bidang kehidupan, 2) Insting
(naluri), yaitu komponen bertingakah laku dengan tanpa melalui proses belajar
terlebih dahulu.
4.
Relevansi antar Teori
Islam
disamping yakin akan adanya banyak segi manusia yaitu jasmani, akal dan
rohaninya dengan berbagi kebutuhan daya setiap segi itu, meyakini pula kesatuan
dan keterpaduan wujud manusia tersebut dan tidak mungkin dipisah-pisahkan satu
dengan yang lain. Fitrah manusia berjalan menurut garis yang telah diciptkan
Allah SWT. Dengan demikian jasmani, akal dan roh yang ada dalam diri manusia
tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Roh, akal dan tubuh, ketiganya membentuk
satu wujud yang utuh, yang disebut manusia, semuanya berinteraksi secara utuh.
Islam mengikuti aliran fitrah yang ada dan meyakini bahwa ada saling
keterikatan antra unsur-unsur tersebut.
Keterkaitan antara teori Multipel
Intelegensi dan Konsep Fitrah ini begitu penting karena beberapa hal,
diantaranya: (1) Teori Multipel Intelegensi berusaha mengungkapkan potensi yang
ada dalam diri manusia, sehingga proses pembelajaran idealnya harus sesuai
bakat yang dimilikinya, (2) Konsep Fitrah menyebutkan bahwa manusia sebagai
ciptaan Allah dilahirkan dalam keadaan suci dan membawa potensi-potensi. Hal
ini sejalan dengan teori yang awal, (3) Dengan mengkolaborasikan teori dan
konsep diatas, maka akan tercipta pandangan yang benar terhadap murid yang
sejatinya adalah jalan untuk menjadikan pendidikan lebih maju.
IV.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kecerdasan
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan yang dimiliki
seseorang tidak akan sama seutuhnya dengan orang lain, karena kemampuan banyak
jenisnya (beraneka ragam) dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu
disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).
Menurut
Gardner, faktor–faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan atau
keturunan, faktor minat dan pembawaan yang
khas, faktor
pembentukan atau lingkungan, faktor kematangan, faktor kebebasan. Sejalan
dengan Konsep yang ada dalam Islam yaitu Fitrah. Fitrah memiliki beberapa makna
yang diantaranya adalah potensi dasar manusia, dimana setiap manusia itu
memiliki potensi dasar yang berbeda-beda.
Kedua teori tersebut
ternyata terdapat relevansi yang baik, walaupun dicetuskan oleh orang dan
tempat yang berbeda. Maka tidak salah jika dalam pengajaran Pendidikan Islam harus
dikorelasikan antar teori diatas, supaya pendidikan dalam Islam lebih maju dan
semakin pesat. Sehingga tidak akan ada kekuatiran terjadinya degradasi moral
anak bangsa. Karena pendidikan Islam begitu luas sehingga dapat menjuru segala
aspek yang ada dalam kehidupan. Maka semakin maju pendidikan Islam, semakin baik
pula negeri ini.
2.
Penutup
Dengan berakhirnya makalah yang dibuat ini, kami menyadari bahwa
dalam penulisannya masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi para pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Mujib, Abdul, Fitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah
Pendekatan Psikologis, Jakarta: Darul Falah, 1999.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, ayat (1).
Ahmad,
Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 1991.
Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Q.S. At-Tiin: 4.
Majid,
Abdul
& Dian Andayani, Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi ; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 131
Departemen
Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam
di Sekalah Umum. Jakarta: Depag RI, 2004.
Ika
Sri Wahyuni dkk., “Konsepsi Islam tentang Fitrah Manusia”, Presentasi Kelas tentang Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: IAIN
Walisongo, 2014.
Arief
Rachman, “Genius Learning Strategy” dalam Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated
Learning, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Syaikh
Muhammad Nawawi bin Umar al Jawiy, Syarh Nashaihul ‘Ibad, Surabaya: Darul
‘Abidin, tth.
Howard
Gardner, Multiple Intelligences:
Kecerdasan Majemuk Teori dan Praktek, penerjemah Alexander Sindoru, Batam:
Interaksara, 2003.
Handy
Susanto, “Penerapan Multiple Intellegences dalam Sistem Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. XXV, No.
04, Juli/ 2005.
Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Q.S. ar-Ruum : 30.
[2] Abu Ahmad, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 94.
[3] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S.
At-Tiin: 4.
[4] Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah
Pendekatan Psikologis, (Jakarta: Darul Falah, 1999), hlm. 27.
[5]Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ;
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 131
[6]Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekalah
Umum. (Jakarta: Depag RI, 2004), hlm. 2-3.
[7]Ika Sri Wahyuni dkk., “Konsepsi
Islam tentang Fitrah Manusia”, Presentasi
Kelas tentang Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: IAIN Walisongo, 2014), hlm.
7.
[8]Arief Rachman, “Genius Learning
Strategy” dalam Adi W. Gunawan, Genius
Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. xiii.
[9]Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar
al Jawiy, Syarh Nashaihul ‘Ibad, (Surabaya: Darul ‘Abidin, tth), hlm. 9.
[10]Howard Gardner, Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk Teori dan Praktek,
penerjemah Alexander Sindoru, (Batam: Interaksara, 2003), hlm. 34.
[12] Handy Susanto, “Penerapan Multiple
Intellegences dalam Sistem Pembelajaran”, Jurnal
Pendidikan Penabur, (Vol. XXV, No. 04, Juli/ 2005), hlm. 60.
[13] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S.
ar-Ruum : 30.
0 komentar:
Post a Comment