Sunday, March 15, 2015

Relevansi Teori Multipel Intelegensi Dengan Konsep Fitrah Dalam Pendidikan Islam



RELEVANSI TEORI MULTIPEL INTELEGENSI DENGAN KONSEP FITRAH  DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Tes Tengah Semester Genap
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Yang Diampu Oleh: Sri Isnani Setyaningsi, S.Ag. M.Hum.




Disusun Oleh,
Baihaqi            (133111013)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2014

       I.       PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kecerdasan serta keterampilan.[1] Demikian pentingnya peranan pendidikan, maka dalam UUD 1945 diamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapat pendidikan.
Keberhasilan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajarannya. Didalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait. Komponen tersebut adalah guru (pendidik), siswa (peserta didik), materi (bahan), media (alat/ sarana) dan metode atau pola penyampaian.[2] Dalam proses pembelajaran seorang pendidik haruslah memahami perbedaan potensi, kemampuan dan keahlian setiap peserta didiknya. Sebab setiap manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda-beda. Firman Allah dalam Q.S. al-Tiin ayat 4:
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ  
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.[3]
Jika melihat ayat diatas maka diperoleh pengertian bahwa manusia  dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan berbagai potensi yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Inilah yang dimaksud dalam konsep Fitrah dalam Islam. Fitrah memiliki beberapa makna yang diantaranya adalah potensi dasar manusia.[4]
Hal diatas senada dengan teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner yaitu teori Multipel Intelegensi (kecerdasan majemuk). Penulis melihat adanya pengaruh positif dari relevansi antara Teori Multipel Intelegensi dengan Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam. Oleh karenanya, pada pembahasan kali ini penulis akan mengulasnya.

    II.       RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana relevansi Teori Multipel Intelegensi dengan Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam?

 III.       PEMBAHASAN
A.    Relevansi Teori Multipel Intelegensi dengan Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam
1.    Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam.[5] Tujuan Pendidikan Islam adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengatahuan yang luas tentang Islam.[6]
Mengingat pentingnya tujuan dan manfaat pendidikan Islam ini, maka dalam proses pembelajarannya juga harus dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian peserta didik serta meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. Oleh karena itu pembelajaran dengan menggunakan metode yang efektif sangat diperlukan guna mendukung pencapaian tujuan tersebut.

2.    Teori Multipel Intelegensi
Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktik pendidikan Islam harus didasarkan pada konsepsi dasar tentang manusia. Pembicaraan tentang persoalan ini merupakan hal yang sangat vital dalam pendidikan. Tanpa kejelasan tentang konsep ini, pendidikan Islam tidak akan dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang pengembangan individu seutuhnya.[7]
Pada dasarnya, setiap manusia terlahir dengan potensi inteligensinya masing-masing sebagai anugerah Allah. Persoalannya, justru terletak pada Bagaimana cara mengembangkan potensi inteligensi yang beragam tersebut,[8] karena inteligensi telah ada dan mengakar dalam saraf manusia, terutama dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Konsep Islam mengenai inteligensi, telah secara jelas disebutkan dalam surat al-Isra’ ayat 70.
* ôs)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur šÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=žÒsùur 4n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ  

Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Pepatah Arab mengatakan:
ﺮﻘﺘ   ﻦﻣ   ﻚﻧﻭﺩ   ﻞﻜﻠﻓ   ﺀﻲﺷ   ﺔﻳﺰﻣ
Jangan kau anggap sepele segala sesuatu yang lebih rendah darimu karena segala sesuatu pasti ada kelebihannya.[9]
Ayat dan pepatah ini mengindikasikan adanya potensi superiority dalam diri setiap manusia. Dengan inteligensinya, manusia dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks melalui proses berpikir dan belajar secara terus menerus, melalui pendidikan. Akhirnya Howard Gardner mencetuskan teori Multipel Intelegensi (kecerdasan majemuk) yang esensinya sama degan pernyataan diatas.
Menurut Gardner, kecerdasan itu tidak hanya diartikan sebagai IQ semata, namun kecerdasan itu menyangkut kemampuan seseorang untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah serta menghasilkan produk atau ide.[10] Gardner telah menetapkan delapan kecerdasan, yaitu: Verbal-linguistik, Logis-matematis, Visual-spasial, Kinestetik-jasmani, Musikal, Interpersonal, Intrapersonal dan Naturalis.[11] Multipel Intelegensi yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ).[12]

3.    Teori Fitrah
Metodologi Islam dalam melakukan proses pendidikan adalah secara menyeluruh dalam segala aspeknya. Sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun secara mental. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep Fitrah itu bersifat universal.
Didalam al-Qur’an, kata Fitrah digunakan dalam konteks uraian penciptaan atau kejadian langit dan bumi. Sedangkan selebihnya digunakan dalam konteks penciptaan manusia, baik dari segi pengakuan bahwa penciptaannya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang Fitrah manusia. Salah satu kata Fitrah yang disebutkan dalam al-Qur’an, termaktub dalam surat ar-Ruum ayat 30 yang berbunyi:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ  

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.[13]
Dalam al-Hadits disebutkan: Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Seorang bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan suci (fitrah), kemudian kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi.
Merujuk kepada Fitrah yang dikemukakan di atas, dapat ditarik sebuah pengertian bahwa sejak awal kejadiannya, manusia telah membawa potensi beragama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Sehingga beberapa pakar pendidikan mengatakan bahwa esensi teori Fitrah meliputi: 1) Bakat dan kecerdasan, yaitu suatu kemampuan bawaan potensial yang mengacu kepada perkembangan kemampuan akademis dalam berbagai bidang kehidupan, 2) Insting (naluri), yaitu komponen bertingakah laku dengan tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu.

4.    Relevansi antar Teori
Islam disamping yakin akan adanya banyak segi manusia yaitu jasmani, akal dan rohaninya dengan berbagi kebutuhan daya setiap segi itu, meyakini pula kesatuan dan keterpaduan wujud manusia tersebut dan tidak mungkin dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Fitrah manusia berjalan menurut garis yang telah diciptkan Allah SWT. Dengan demikian jasmani, akal dan roh yang ada dalam diri manusia tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Roh, akal dan tubuh, ketiganya membentuk satu wujud yang utuh, yang disebut manusia, semuanya berinteraksi secara utuh. Islam mengikuti aliran fitrah yang ada dan meyakini bahwa ada saling keterikatan antra unsur-unsur tersebut.
Keterkaitan antara teori Multipel Intelegensi dan Konsep Fitrah ini begitu penting karena beberapa hal, diantaranya: (1) Teori Multipel Intelegensi berusaha mengungkapkan potensi yang ada dalam diri manusia, sehingga proses pembelajaran idealnya harus sesuai bakat yang dimilikinya, (2) Konsep Fitrah menyebutkan bahwa manusia sebagai ciptaan Allah dilahirkan dalam keadaan suci dan membawa potensi-potensi. Hal ini sejalan dengan teori yang awal, (3) Dengan mengkolaborasikan teori dan konsep diatas, maka akan tercipta pandangan yang benar terhadap murid yang sejatinya adalah jalan untuk menjadikan pendidikan lebih maju.



 IV.            PENUTUP
1.      Kesimpulan
Kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan sama seutuhnya dengan orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya (beraneka ragam) dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).
Menurut Gardner, faktor–faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan atau keturunan, faktor minat dan pembawaan yang khas, faktor pembentukan atau lingkungan, faktor kematangan, faktor kebebasan. Sejalan dengan Konsep yang ada dalam Islam yaitu Fitrah. Fitrah memiliki beberapa makna yang diantaranya adalah potensi dasar manusia, dimana setiap manusia itu memiliki potensi dasar yang berbeda-beda.
Kedua teori tersebut ternyata terdapat relevansi yang baik, walaupun dicetuskan oleh orang dan tempat yang berbeda. Maka tidak salah jika dalam pengajaran Pendidikan Islam harus dikorelasikan antar teori diatas, supaya pendidikan dalam Islam lebih maju dan semakin pesat. Sehingga tidak akan ada kekuatiran terjadinya degradasi moral anak bangsa. Karena pendidikan Islam begitu luas sehingga dapat menjuru segala aspek yang ada dalam kehidupan. Maka semakin maju pendidikan Islam, semakin baik pula negeri ini.

2.      Penutup
Dengan berakhirnya makalah yang dibuat ini, kami menyadari bahwa dalam penulisannya masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi para pemakalah.




DAFTAR PUSTAKA
Mujib, Abdul, Fitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah Pendekatan Psikologis, Jakarta: Darul Falah, 1999.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,  Pasal 1, ayat (1).
Ahmad, Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. 
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S. At-Tiin: 4.
Majid, Abdul & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 131
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekalah Umum. Jakarta: Depag RI, 2004.
Ika Sri Wahyuni dkk., “Konsepsi Islam tentang Fitrah Manusia”, Presentasi Kelas tentang Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: IAIN Walisongo, 2014.
Arief Rachman, “Genius Learning Strategy” dalam Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. 
Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al Jawiy, Syarh Nashaihul ‘Ibad, Surabaya: Darul ‘Abidin, tth.
Howard Gardner, Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk Teori dan Praktek, penerjemah Alexander Sindoru, Batam: Interaksara, 2003.
Handy Susanto, “Penerapan Multiple Intellegences dalam Sistem Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. XXV, No. 04, Juli/ 2005.
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S. ar-Ruum : 30.



[1] Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,  Pasal 1, ayat (1).
[2] Abu Ahmad, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 94. 
[3] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S. At-Tiin: 4.
[4] Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta: Darul Falah, 1999), hlm. 27.

[5]Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 131
[6]Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekalah Umum. (Jakarta: Depag RI, 2004), hlm. 2-3.
[7]Ika Sri Wahyuni dkk., “Konsepsi Islam tentang Fitrah Manusia”, Presentasi Kelas tentang Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: IAIN Walisongo, 2014), hlm. 7.
[8]Arief Rachman, “Genius Learning Strategy” dalam Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. xiii. 
[9]Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al Jawiy, Syarh Nashaihul ‘Ibad, (Surabaya: Darul ‘Abidin, tth), hlm. 9.
[10]Howard Gardner, Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk Teori dan Praktek, penerjemah Alexander Sindoru, (Batam: Interaksara, 2003), hlm. 34.
[11] Ibid. hlm. 55.
[12] Handy Susanto, “Penerapan Multiple Intellegences dalam Sistem Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan Penabur, (Vol. XXV, No. 04, Juli/ 2005), hlm. 60.
[13] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S. ar-Ruum : 30.

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More