Makalah Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Al-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu: Lutfiyah, M.Si
Disusun Oleh:
Rizal Ali
Musthofa (123111037)
Fazka
Khoirur Rijal (123111072)
Fajar Hadi
P. (123111069)
Muhamad
Murodhi (123111107)
Muhammad
Abdul Wahid (123111108)
Direvisi
Oleh:
Baihaqi
An Nizar (133111013)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
dengan pesat seiring perkembangan zaman. Perkembangan ini membawa berbagai
dampak bagi kehidupan manusia. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, sangat
memperhatikan pentingnya IPTEK serta upaya untuk terus mengembangkannya.
Ini terbukti Al-Qur’an dan Hadits
sebagai dasar ajaran Islam, tidak hanya mengatur urusan masalah ubudiyah saja,
tetapi juga memuat ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Banyak ayat-ayat Al-Qur’an
maupun Hadits yang memberikan isyarat tentang ilmu pengetahuan seperti ilmu
biologi, sejarah, astronomi, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi masih banyak dari kita yang
belum mengetahui akan hal tersebut. Padahal jika isyarat-isyarat IPTEK dapat
kita suguhkan kepada umat manusia di era sains dan teknologi seperti sekarang
ini, bisa menjadi salah satu unsur pengukuh keimanan bagi umat muslim dan menjadi
sarana paling efektif dalam menggaet massa untuk memeluk agama Allah yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Merujuk
pada persoalan di atas, pemakalah tertarik untuk mengkaji persoalan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta korelasinya dengan Al-Qur’an
dan sunah. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang hubungan antara Al-Qur’an,
sunnah dengan IPTEK.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana
pandangan Al-Qur’an dan Sunah terhadap ilmu pengetahuan?
B. Bagaimana
hubungan antara Al-Qur’an dengan IPTEK?
C. Bagaimana
hubungan antara Hadits dengan IPTEK?
III. PEMBAHASAN
A.
Al-Qur’an, Sunah, dan Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’anul karim ialah mu’jizat Islam yang kekal dan mu’jizatnya
selalu diperkuat dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturnkan oleh Allah swt
kepada Rasulullah Muhammad s.a.w. untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan
menuju jalan yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. [1]
Sejak awal kelahiran, Islam sudah memberikan penghargaan yang
begitu besar terhadap ilmu pengetahuan. Bila kita memperhatikan ayat Al-Qur’an
yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW. yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai
5, kita diingatkan bahwa sejak semula Islam membawa semangat keilmuan. Ayat
di atas memerintahkan manusia agar gemar membaca, menulis, serta gemar
melakukan penelitian.[2]
Membaca
bukan saja dalam arti sempit harfiah yaitu membaca yang tergores dalam kertas
atau tulisan, melainkan juga membaca goresan Yang Maha Mencipta yaitu alam semesta. Ayat kedua dan
ketiga menekankan agar manusia menyadari tentang kejadiannya sehingga dalam
diri manusia terbebas rasa sombong, angkuh, sebaliknya tertanam sifat
kebersamaan antar sesama manusia. Karena yang mulia hakekatnya hanyalah Allah
SWT. Dan yang terpenting ialah perintah membaca, menulis, melakukan observasi
atau penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak mulia.[3]
Wahyu yang pertama diturunkan berisi perintah yang begitu jelas dan
tegas agar Nabi “Membaca” dan diteruskan dengan perintah belajar melalui qalam.
Padahal beliau hidup dalam lingkungan yang tidak terbiasa untuk belajar dan
mengajar. Demikianlah keistimewaan Al-Qur’an memandang prospektif masa depan
dengan perintah membaca dan mengadakan penelitian untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan. Bahkan Rasulullah SAW dalam banyak Haditsnya sangat menganjurkan
agar umat Islam senantiasa menkaji ilmu pengetahuan. Seperti dalam pernyataan
beliau,”Mencari ilmu itu wajib bagi
setiap Muslim”; “Carilah ilmu sejak
dalam buaian sampai ke liang lahat” ; “Carilah
Ilmu walau sampai ke negeri Cina!”; “Ilmu
pengetahuan itu milik orang mukmin yang hilang, dimana saja ia mendapatkannya,
maka ia lebih berhak memilikinya daripada yang lain.”
Pada masa selanjutnya (Sahabat dan Tabi’in) perintah Al-Qur’an dan
anjuran-anjuran Rasul tersebut menjadi sebuah etos keilmuan yang pada
gilirannya menimbulkan perkembangan ilmu dalam berbagai cabangnya. Berkembangnya
berbagai ilmu itulah yang kemudian menjadi pendorong perubahan dan perkembangan
masyarakat. Dengan demikian ilmu telah menjadi salah satu unsur kebudayaan
bahkan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat Muslim di masa
lampau.[4]
Hal di atas menunjukkan bahwa betapa ajaran Islam sudah
memperhatikan tentang pentingnya IPTEK dan menyuruh kepada kaum muslimin untuk
berusaha mengembangkannya. Tentunya perkembangan IPTEK juga harus diimbangi
dengan Iman dan Taqwa. Karena IPTEK yang tidak diiringi dengan Imtak, hanya
akan menyebabkan kerusakan.
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gt öNä3øn=tæ $oYÏG»t#uä öNà6Ïj.tãur ãNà6ßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu)
Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan
Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Dalam al Qur’an)
Menurut pemikiran modern, ternyata Al-Qur’an bukan hanya menyeru
agama, namun juga menyeru manusia agar mengadakan studi terhadap berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Ayat-ayat
yang menerangkan tentang prinsip-prinsip keilmuan sebanyak 750 ayat, dan ini
meliputi berbagai cabang ilmu. Cabang ilmu falak (astronomi) terdapat dalam QS.
Yasin: 38-40; kejadian alam QS. Al-Anbiya’: 30, cabang geografi QS al- Hijr:
22. Cabang ilmu Botani QS. Al-An’am: 99; ilmu kimia QS. Al-Nahl: 66 dan masih
banyak lagi yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.[5] Hal ini selaras dengan ayat Al-Qur’an berikut
:
Islam sebagai agama yang memiliki banyak ilmu
pengetahuan, bukan saja cinta terhadap ilmu, tapi juga menyuruh umatnya untuk
menuntut, memburu ilmu pengetahuan di mana saja ia berada dan
mengembangkannya demi kemaslahatan umat manusia. Dan
dalam Q.S. Al-Mujadalah: 11
Allah menjanjikan bahwa ia akan meninggikan
orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ
أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ
نَبِيِّهِ
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian,
dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya."
Sunah
juga mengandung
informasi tentang kejadian-kejadian masa lalu, tentang awal penciptaan, tentang
rasul-rasul dan berbagai peristiwa yang berkaitan dengaan masa depan. Sunah merupakan sumber ilmu pengetahuan
keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk
meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi
pengetahuan eksperimental mereka.
Sedikit mengutip pernyataan Dr. Zaghlul An-najjar beliau mengatakan
Al-Qur’an dan sunah Nabi SAW. Ialah sama-sama memberikan perhatian mendasar
pada pilar-pilar agama yang terdiri dari aqidah, ibadah, akhlak dan Mu’amalah.
Setiap tiang-tiang tersebut apabila dipelajari secara objektif maka akan tampak
bagi setiap yang memiliki nalar kognitif bahwa Al-Qur’an dan sunah sama-sama
mu’jizat dalam hal retorika dan komposisinya, mu’jizat dalam hal
perundang-undangan dan keilmiahannya. Dan juga mu’jizat dalam hal kedetailan
aqidah yang diserukannya, ibadah yang diperintahkannya, akhlak yang ditegaskan
kemuliaanya, dan muamalah yang telah dirumuskan aturan mainnya dengan landasan keadilan dan toleransi.[6]
Jadi
tepatlah jika kita mengatakan bahwa Al-Qur’an dan Sunah merupakan sumber ilmu
pengetahuan. Karena di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang lengkap.
B.
Hubungan Al-Qur’an dan
IPTEK beserta buktinya
Sering
kali diperdebatkan apakah IPTEK itu bebas nilai atau tidak. Mereka yang
menganggap IPTEK itu bebas nilai
tentu akan melakukan aktivitasnya yang terkait dengan IPTEK tanpa mengindahkan
tata nilai termasuk nilai- nilai agama (kecuali nilai- nilai ilmu pengetahuan
itu sendiri, seperti kebenaran, objektifitas).
Sebaliknya
bagi mereka yang berpaham bahwa IPTEK itu tidak bebas nilai akan melakukan
aktivitasnya yang berkaitan dengan IPTEK selalu mendasarkan pada nila- nilai
yang diyakininya. Artinya mereka akan lebih selektif dalam segala aktifitasya dan
penerapan ilmu-ilmu itu akan tercermin dalam perilakunya termasuk dalam
penerapan IPTEK. Bagi kelompok yang disebut terakhir ini akan menolak prinsip “science
for the sake of science”.[7]
Al-Qur’an
merupakan mujizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk
digunakan sebagai
petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman. Sebagai petunjuk dari Allah
tentulah isi dari Al-Quran
tidak akan menyimpang dari Sunatullah (hukum alam) sebab alam merupakan hasil
perbuatan Allah sedangkan Al-Qur’an adalah merupakan hasil perkataan Allah.
Karena Allah bersifat Maha segala-galanya maka tidaklah mungkin perkataan Allah
tidak sejalan dengan perbuatan-Nya (Sunatullah).
Al-Qur’an
tidak hanya memperlihatkan keistimewaanya pada segi bahasa dan pemberitaanya
saja, akan tetapi Al-Qur’an juga memperlihatkan keistimewaannya melalui
ilustrasi-ilustrasi ajaranya yang memberi isyarat ke arah pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dan saat ini, I’jaz yang banyak dibicarakan,
bahkan menjadi diskursus yang hangat
ialah mu’jizat ilmiah dalam Al-Qur’an. Seseorang
yang mempelajari ilmu-ilmu dalam Al-Qur’an tidak akan ragu menyatakan bahwa di
dalam Al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat ilmiah bahkan fakta-fakta ilmiah yang
bersifat I’jaz. Di antara bukti-bukti Al-Qur’an yang mendahului ilmu pengetahuan
modern ialah air yang merupakan asal kehidupan.[8]
Allah berfirman :
“…
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu hidup ….”
(Al-Anbiya’ : 30)
“
Dan Allah menjadikan
semua hewan dari air ….” (An-nur : 45)
Al-Qur’an
juga menerangkan tentang fase-fase pertumbuhan janin sejak dari air mani lalu
menjadi segumpal darah kemudian
menjadi segumpal daging , sampai daging itu di jadikan tulang dan tulang itu
dibungkus daging. Kemudian Allah menciptakan satu makhluk baru. Ini merupakan
deskripsi detail yang sekarang dapat dibuktikan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran modern. Hal
ini termaktub dalam Q.S. Al-Mu’min : 12-14.
Termasuk
bukti lain ialah apabila pada suatu malam yang cerah kita memandang ke langit
maka akan tampaklah oleh kita bintang-bintang
yang sangat banyak jumlahnya. Pada zaman dahulu orang memandang bintang-bintang
itu hanyalah sebagai sesuatu yang sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di
angkasa.
Namun
setelah ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan serta teknologi juga semakin
berkembang, orang akhirnya dapat mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan
bagian dari suatu gugusan yang dinamakan galaksi yang di alam ini jumlahnya
lebih dari 100 milyar. Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari
planet-planet yang masing-masing peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga
tidak saling bertabrakan satu sama lain.
Padahal
hal demikian sudah difirmankan dalam Al-Qur’an:
”Dan Dialah yang
telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari
keduanya itu beredar dalam garis edarnya” (QS. Al-Anbiya’ ayat 33).
Sehingga
akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya
mengakui bahwa alam semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah menegaskan
hal ini di dalam Al Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya teleskop yaitu:
”Dan langit itu Kami
bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS.
Adz Dzaariyaat ayat 47)
“Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu
adalah benar ….” (Fushilat : 53)
C.
Hubungan Hadits dengan IPTEK
serta pembuktiannya
Hadist
atau sunnah
adalah perkataan, perbuatan dan pengakuan atau ketetapan yang disandarkan
kepada Rasullah SAW. Sedangkan menurut Al-Qur’an, suunah berarti syari’at,
hukum atau peraturan, dan pengertian sunnah menurut Hadits adalah kebiasaan,
tradisi, jalan hidup, cara-cara dan kebiasaan.[9]
Dan
fungsi Sunnah sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan di antaranya ialah Sebagai
pengukuh terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, Sebagai penjelasan terhadap maksud ayat-ayat
Al-Qur’an, dan menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an.[10]
Sunnah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan
keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk
meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi
pengetahuan eksperimental mereka.
Seperti
Al-Qur’an, sunnah juga mengandung informasi tentang beberapa hakikat yang
berkaitan dengan masalah-masalah
ghaib. Sunnah juga memuat informasi tentang kejadian-kejadian masa lalu,
tentang awal penciptaan, tentang rasul-rasul dan nabi-nabi yang tidak mampu
diliput oleh historiografi konvensional dan perangkatnya. Informasi- informasi
sejarah masa lalu tersebut tidak diketahui kecuali dengan melalui wahyu. Sunnah
juga mengandung informasi- informasi tentang berbagai peristiwa yang berkaitan
dengaan masa depan.[11]
Contoh-contoh bukti sunnah sebagai sumber ilmu
pengetahuan ialah seperti bintang–bintang di langit. Nabi bersabda:
النُّجُوْمُ
أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَأِذَا ذَهَبَتِ النُّجُوْمُ أَتَى السَّمَاءَ مَا
تُوْعَدُوْنَ وَ أَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِى فَأِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِى مَا
يُوْعَدُوْنَ وَأَصْحَابِى أَمَنَةٌ لِأُمَّتِى فَأِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى
أُمَّتِى مَا يُوْعَدُوْنَ
“
Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang mati, maka datanglah
pada langit sesuatu yang
mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika aku mati, maka datanglah kepada para sahabat
sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman umatku, jika
mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka.”[12]
Hadits
ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam Hadits ini hanya mambahas satu larik
saja , yaitu sabda Nabi : “bintang-bintang adalah pengaman langit. Jika bintang
mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya”.
Maksud
dari kematian bintang adalah meredup dan memudarnya sinar bintang. Sedang
maksud dari “sesuatu yang mengancam langit” adalah tersingkap, terpecah,
terbuka, dan perubahan langit menjadi sesuatu yang tidak terurus,
ditelantarkan, dan dipenuhi asap dan kabut.
Bintang
merupakan benda langit yang tersebar di langit dunia. Bintang berbentuk bulat
atau semi bulat, berbentuk bulat, berbentuk
gas, menyala-nyala, bersinar dengan sendirinya, dan terikat dengan benda langit
lainnya melalui daya gravitasi meskipun berbentuk gas. Bintang menebarkan sinar
yang dilihat dan sinar yang tidak dilihat akibat pengaruh gelombang cahaya.[13]
Hadits
ini merupakan bukti yang menegaskan kebenaran kenabian, kerasulan, dan
perkataan Nabi pada masa ketika orang-orang kafir dan musyrik yang menjadi
mayoritas masyarakat kala itu yang berusaha mengingkari kenabiannya. Karena
itu, pemanfaatan gebrakan ilmiah Hadits-Hadits Rasullullah dalam dakwah Islam
pada era ilmu dan teknologi sekarang
ini, dimana jarak antar Negara dan kawasan sudah begitu pendek, dan berbagai
ranah peradaban dengan semua aspeknya. Contoh lain ialah Khasiat Zaitun. Nabi
bersabda:
كُلُوْا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوْا بِهِ فَإِنَّهُ
مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Makanlah
zaitun (sebagai lauk bersama
roti) dan berminyaklah dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang
diberkahi”
Hadis
Nabi ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (Kitab
Al-Ath’imah). Dalam hadis ini menjelaskan bahwa buah zaitun dan minyaknya memiliki
khasiat dan juga berasal dari pohon yang diberkahi. Zaitun (sebagai buah)
dan minyak zaitun telah disebutkan dalam Al-Quran sebanyak tujuh kali. Pohon
zaitun sudah dikenal sejak peradaban-peradaban kuno sebagai salah satu tumbuhan
minyak terpenting. Riset terbaru membuktikan bahwa kandungan asam lemak minyak
zaitun sangat sedikit sekali, bahkan lemak yang dikandungnya bukanlah lemak
yang mengenyangkan. Oleh karena itu, minyak ini mengandung nilai kesehatan yang
tinggi sekali.
Melalui serangkaian penelitian dan percobaan yang
rumit terbukti bahwa mengkonsumsi minyak zaitun dengan teratur memberi andil
yang efektif untuk mencegah berbagai macam penyakit. Diantaranya, penyumbatan
pembuluh darah coroner (jantung koroner), peningkatan kadar lemak berbahaya
dalam darah, tekanan darah tinggi, kencing batu, dan beberapa kanker (seperti kanker perut, kolon, payudara,
rahim, dan kulit). Minyak zaitun juga dapat digunakan untuk mencegah pemborokan
system pencernaan (ulcer of the stomach).[14]
Disamping memiliki manfaat medis, minyak zaitun juga dapat berfungsi sebagai
lauk, pemberi cita rasa, dan penambah selera.
IV. KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat kita ketahui bersama bahwa Sejak awal kelahiran, Islam sudah memberikan penghargaan yang
begitu besar terhadap ilmu pengetahuan. Bila kita memperhatikan ayat Al-Qur’an
yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW. yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai
5, kita diingatkan bahwa sejak semula Islam membawa semangat keilmuan. Ayat
di atas memerintahkan manusia agar gemar membaca, menulis, serta gemar
melakukan penelitian.
Selain
itu, ternyata di dalam Al-Qur’an tidak hanya berisikan anjuran-anjuran dan tata
cara beribadah saja akan tetapi lebih dari itu, di dalamnya terdapat banyak
khasanah keilmuan yang luar biasa. Baik yang bersifat klasik maupun modern. Seperti ilmu sejarah, astronomi, biologi,
fisika, kedokteran dan masih banyak lagi. Al-Qur’an juga menganjurkan kepada
umat Islam agar berusaha untuk terus mencari dan mengembangkan Ilmu pengetahuan
dan Teknologi.
Seperti Al-Qur’an, sunah juga mengandung
informasi-informasi tentang berbagai peristiwa yang berkaitan dengaan masa depan. Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan
keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk
meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi
pengetahuan eksperimental mereka.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang pemakalah
susun. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri, serta dapat
mempertebal iman dan taqwa kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
akal pikiran sehingga kita dapat mempelajari apa yang telah diciptakan oleh-NYA.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun/ketika menyampaikan
makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
tentu kami butuhkan demi memperbaiki makalah kami berikutnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Malik,
M. Alawi, Ilmu Ushul Hadis, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Al-Qardhawy,
Yusuf, As-Sunnah Sebagai
Sumber IPTEK dan Peradaban,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998.
An-Najjar,
Zaghlul, Pembuktian Sains
Dalam Sunnah Buku 1,
Jakarta: Amzah,
2006.
An-Najar,
Zaghlul, Sains dalam Hadis
Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis Nabi, Jakarta:
Amzah, 2011.
AS,
Mudakir, Studi Ilmu-ilmu
Qur’an,
Bogor: Pustaka Litera antar Nusa,
2007.
Kamaluddin,
Laode M., On Islamic
Civilization,
Semarang: UNISSULA Press,
2010.
M.
Abdurrahman dkk.,
Metode Kritik Hadits, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,
2011.
Qardhawi,
Yusuf, Al-Qur’an Berbicara
tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani
1999.
Syukur,
Suparman, Epistemologi Islam
Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam Modern, Yogyakartka: Pustaka
Pelajar, 2007.
[1] Mudakir AS, Studi
Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera antar Nusa, cet. 10, 2007), hlm.
1
[2] Yusuf
Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:
Gema Insani, 1999), hlm. 91.
[4] Suparman
Syukur, Epistemologi Islam Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam
Modern, (Yogyakartka : Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 197.
[5] Suparman
Syukur, Epistemologi Islam Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam
Modern, …. hlm.176-177.
[6] Zaghlul
An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, (Jakarta : Amzah,
2006), hlm. 21.
[7] Laode M.
Kamaluddin, On Islamic Civilization, …. Hlm. 327.
[8] Yusuf
Qardhawi, Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, …. hlm.
321-322.
[9] M. Abdurrahman
dkk, Metode Kritik Hadits, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.192.
[10] M. Alawi Al-
Malik, Ilmu Ushul Hadis, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 ), hlm. 3.
[11] Yusuf Al-Qardhawy,
As-Sunnah Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban, ( Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1998 ), hlm. 101-102.
[12] Zaghlul
An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, …. hlm. 2.
[13] Zaghlul
An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, …. hlm. 4.
[14] Zaghlul
An-Najar, Sains dalam Hadis Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis
Nabi, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 232.
3 komentar:
sangat membantu mas, menambah ilmu :)
Iya, terimakasih atas kunjungannya ya...
syukron lakum by pontren ushuluddin lampung
Post a Comment