GENAP 46 tahun sudah, institusi UIN Walisongo Semarang berkiprah di dunia pendidikan, sejak berdirinya pada tahun 1970—dulu IAIN Walisongo. Pada Dies Natalis tahun 2016 ini, seperti biasa, birokrasi mengadakan beberapa agenda untuk merayakannya. Namun perayaan tersebut nampaknya tidak sepenuhnya dirasakan oleh seluruh sivitas akademika kampus. Banyak mahasiswa yang tidak mengetahuinya.
Bagaimana mau tahu, lha wong papan pengumumannya saja baru dipasang kemarin siang, di depan kampus.
Tapi ada juga beberapa
mahasiswa sudah tahu, bahkan gencar, turut serta mempublikasikan dies natalis
kampus lewat media sosial yang dipunyainya. Ya, semacam ganti foto profil dan
DP gitu pokoknya. Tetapi sekali lagi, itu hanya segelintir dari belasan ribu
mahasiswa aktif di perguruan tinggi ini.
Padahal, dies natalis
seharusnya dapat dijadikan sebagai momen eksistensi dan evaluasi. Eksistensi untuk
mempublikasikan prestasi yang telah diraih dalam setahun terakhir, juga sebagai
ajang evaluasi untuk menjadi yang lebih baik.
Ngomong-ngomong tentang
prestasi, Muhibbin kemarin mengumumkan kalau UIN Walisongo baru mendapat
predikat sebagai lembaga dengan tata administrasi terbaik. “Terbaik dari 400
satuan kerja di Kementrian Agama,” ujar Rektor UIN, sebagaimana diungkapkan di Tribun Jateng (6/4).
Tak hanya itu, pada
Januari 2016 lalu, UIN Walisongo juga menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
(PTKI) terbaik se-Indonesia, versi Webometrics.
Posisi tersebut mengalahkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mendapat
peringkat nomor 2. Juga menandingi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang dalam
sejarahnya menjadi induk, kini justru menempati peringkat ke-4.
Entah, ini sebuah
prestasi yang patut dibanggakan atau justru sebaliknya. Bagi saya sih patut dipertanyakan. Bagaimana tidak!
Saat predikat itu dirilis, ternyata bukan UIN Walisongo yang terbaik, tetapi
IAIN Walisongo—padahal saat itu sudah konversi menjadi UIN. Masa iya, sebuah
lembaga ‘perangking ternama’ salah ngetik
nama? Jangan-jangan Webometrics juga
keliru memasukkan nilai, sehingga UIN Walisongo kebetulan menjadi yang terbaik.
Terlepas dari itu, tidak
bisa dipungkiri bahwa perguruan tinggi tersebut, secara kelembagaan telah
berusia 46 tahun. Meskipun ketika dilihat dari pasca transformasi, UIN
Walisongo baru ‘berumur’ satu tahun. Apa mungkin karena baru satu tahun itulah,
UIN masih banyak kekurangan ya? Saya mencoba menganalogikan dengan bayi; ketika
masih berumur satu tahun, bayi masih belajar jalan, wajar saja kalau
universitas ini masih merangkak-rangkak. Maklum, masih proses pertumbuhan.
Di momen dies natalis
ini, saya berharap agar ke depan, UIN Walisongo bisa menjadi lebih baik. Dosen dan
seluruh pegawai yang ada, bisa lebih ramah dan profesional. Sarana dan
prasarana kampus yang masih serba kekurangan, bisa segera terpenuhi. Kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan bisa lebih bijaksana dan manusiawi. Dan masih banyak harapan
lainnya. Terakhir, saya ucapkan “Selamat Ulang Tahun, UIN Walisongo.” (@Baihaqi_Annizar)
4 komentar:
mas baihaqi kunjungan balik yaa http://wulandariwingwing.blogspot.co.id
Kok yang atas komentarnya dihapus?
Iya, sudah, bagus kok blognya.
Jangan cuma makalah dan promosi, buat opini tentang kampus dan kirimkan di lpmedukasi.com (Baca: http://lpmedukasi.com/?page_id=3351)
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
Post a Comment