Thursday, December 24, 2015

Edukasi dan Beberapa Mitosnya


“Lewat Satu Detik Sejuta Llmu Hilang”

Jargon yang simpel, namun sarat dengan makna. Bagaiman tidak, ketika kita melewatkan waktu satu detik, maka sejatinya kita telah kehilangan berjuta-juta ilmu. Namun coba kita lihat realitanya, bukan hanya satu detik, bahkan berjuta-juta detik kita lewatkan, yang artinya kita telah kehilangan ber-milyar-milyar ilmu. Hal ini sejalan dengan ayat al-Quran yang bercerita tentang orang-orang yang membuang-buang waktu, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi,” (QS. Al-Ahqaf: 18).

Imam Syafii juga pernah berkata, “Al wakqtu kassaif” (waktu laksana pedang). Bisa jadi tanpa kita sadari waktu akan membunuh kita. Karena waktu terus berputar tanpa henti, begitu cepat berlalu, dan tak akan menghiraukan apa yang ditinggalkan. Karena waktu bagaikan pedang yang bisa memotong, mencabik-cabik dan membunuh. Jika kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik, maka kita akan binasa sebagaimana binasanya seseorang yang terkena sabetan pedang karena tidak mampu mengendalikannya.

Pepatah jawa juga ada yang berbunyi “Ati-ati aja nganti dipangan bethara kala” (hati-hati jangan sampai kemakan atau tertelan waktu) atau dengan kata lain, jangan sampai kita menyesal. Tidak hanya itu, pepatah barat juga ada yang membahas tentang waktu, “Time is money” (waktu adalah uang). Semuanya (dalil nash, maqolah ulama, pepatah-pepatah) intinya sama, bagaimana kita mampu menghargai waktu. Bagaimana kita mampu mempergunakan waktu itu dengan baik sehingga mendatangkan kemaslahatan.

Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah kita sudah mempergunakan waktu dengan baik? Ah, kalaupun kamu menjawab; sudah! saya akan tetap meragukan jawabanmu. Bagaimana tidak, saya masih melihat orang-orang berkejaran dengan deadline. Mungkin benar kata Dr. Junaidi (Dosen FITK), “Buat apa dikasih banyak waktu, toh kalian mengerjakan tugasnya di hari-hari akhir, atau bahkan di jam-jam terakhir.” Kita masih belum terbiasa untuk benar-benar menghargai waktu. Sekarang, “Deadline mana lagi yang kau dustakan!”

“Ajang Pergulatan Intelektual Mahasiswa”

Sebenarnya, jargon utama LPM Edukasi adalah ini, seperti halnya terpampang di Majalah Edukasi. Para Founding Fathers dahulu memimpkan LPM Edukasi dijadikan sebagai tempat kaum akademis bergelut dengan pengetahuan. Edukasi harapannya mampu untuk menjadi wahana pertarungan gagasan-gagasan revolusioner melalui produk ilmiah dan jurnalistik, sebagaimana diulas dalam profil Edukasi (lihat: www.lmpedukasi.com)

Terlepas dari itu semua, nampaknya jargon utama Edukasi ini perlu direvisi. Saya melihat Edukasi tak se-ideal seperti apa yang diimpikan para pendahulunya. Setauku, Edukasi hanya sebuah kata yang terdiri dari tujuh huruf abjad: E, D, U, K, A, S dan I. Edukasi hanyalah sebuah nama yang terpampang pada tembok di sebuah ruangan segi empat, Gedung PKM Lantai 2, tepatnya di pojok sebelah kanan ruangannya. Hanya sebatas itu.

Orang-orang di dalamnya juga hanya mahasiswa biasa yang tak beda dengan 10.000-an mahasiswa di UIN Walisongo. Lantas apa yang membedakan kru Edukasi dengan yang bukan? Saya juga masih cari tau tentang itu. Jika benar “Ajang Pergulatan Intelektual Mahasiswa,” seharusnya orang-orangnya adalah mahasiswa intelek tingkat tinggi karena kerap bergulat dengan pengetahuan. Ah, sudahlah, semoga saja bisa berubah.

“Transformasi Idealisme”

Jargon yang satu ini tertera dalam Buletin Quantum. Buletin Quantum merupakan karya jurnalistik yang pembahasannya cukup ringan dibanding dengan majalah maupun jurnal. Buletin ini diulas dengan bahasa yang mudah dipahami, namun isi pembahasannya benar-benar mengupas problematika yang dialami mahasiswa UIN Walisongo, utamanya mahasiswa FITK. Eh, kok jadi mbahas buletin.

Kembali ke jargon. Transformasi secara bahasa ialah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya). Sedangkan idealisme adalah suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh individu yang bersangkutan dengan bersumber dari pengalaman, pendidikan, kultur budaya dan kebiasaan. Menurut Prof. Hadi, Idealisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir.

Simpelnya, idealisme merupakan hal istimewa yang dimiliki seseorang. Ketika mahasiswa kehilangan atau bahkan tidak mempunyai idealismenya, maka sejatinya ia telah tercerabut dari gelar mahasiswanya. Tak heran jika jargon Edukasi ada yang berbunyi “Transformasi Idealisme”. Hal ini mengajari kita untuk bersikap idealis. Juga, mengajari untuk bertranformasi idealisme menuju idealisme yang sejati.

Jargon atau Mitos

Selain ketiga jargon di atas, sebenarnya masih ada lagi seperti; Alternatif Wacana Pendidikan (jargon Jurnal Edukasi), Suburkan Taman Jiwa (jargon Beranda Satra Edukasi), Dengan Wacana Mengawal Perubahan (jargon Newsletter Fakta, Buletin dan Koran Edukasi). Semuanya hanya ada di Edukasi. Namun, kadang saya berfikir, jargon yang ada hanya sebuah mitos (cerita turun temurun: katanya) belaka, yang sulit untuk diwujudkan secara nyata.

Katanya, Edukasi merupakan Ajang Pergulatan Intelektual Mahasiswa. Katanya, kru Edukasi tidak akan melewatkan waktu dengan sia-sia, meski hanya satu detik. Katanya, Edukasi mampu untuk mentransformasikan idealisme mahasiswa kearah yang lebih baik. Katanya, katanya, dan semuanya katanya. Realitasnya? Ah sudahlah, aku lelah membahasnya. Lewat tulisan ini, semoga bisa saling introspeksi diri, sadar bahwa Edukasi saat ini masih diambang kehancuran. Kehancuran, karena tak mampu lagi mewujudkan apa yang diharapkan.

Maaf kalau pembahasan dalam Writting Challenge #3 kali ini terlalu serius. Tidak seperti tulisannya Aam yang cerita tentang pengalaman pribadinya. Juga tak seperti tulisannya Aziz (Mahasiswa dini dengan postur tubuh mungil, ngeyelan, ngecenan dll, mirip dengan tokoh Ikhsan dalam film Taare Zameen Par), ia menulis tentang pengalamannya di Edukasi bersama orang-orang yang menjadi inspiratornya. Yah begitulah. Semoga tulisan ini, dengan segala keterbatasannya, bisa bermanfaat. (@Baihaqi_Annizar)





3 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More