PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Al-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu :Lutfiyah, S.Ag, M.Si
Disusun Oleh :
1. Ela Nur Laela (123111178)
2. Sadid Baha Badrul L. (123111140)
3. Nur Faizah (123111118)
4. M. Khoirul Anam (133111023)
5. Mustofa (133111043)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Al-Qur’an
Al-Karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam agama Islam, memandang
bahwa alam semesta beserta isinya bukanlah merupakan realitas-realitas apalagi
terakhir (ultimate) melainkan “tanda-tanda” dari kebesaran dan
keberadaan Tuhan.
Sebenarnya
kajian tentang asal-usul kejadian alam semesta (dunia) dan berbagai aspek yang
terkandung di dalamnya telah menarik perhatian para filosof sejak dahulu
kala. Thales, misalnya mengatakan bahwa
alam semesta berasal dari air. Sementara Anaximandros mengatakan bahwa alam
semesta berasal dari uap, dan Anaximenes mengatakan bahwa alam berasal dari
aperion.[1]
Alam
yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang, merupakan bangunan yang
solid, memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata rapi dalam setiap
urusannya. Alam di bangun dengan satu cara mulai dari bagian-bagiannya yang
paling terkecil hingga unit-unitnya yang paling besar. Demikianlah yang
diungkapkan oleh Dr. Zaglul Annajjar.
Maka
berawal dari itu semua, pada makalah ini akan memaparkan tentang bagaimana
penciptaan alam, yang di dalamnya meliputi teori-teori tentang penciptaan alam
dan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengannya.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa saja
teori-teori tentang penciptaan alam?
B.
Bagaimana
ayat-ayat Al-Qur’an tentang penciptaan alam?
C.
Bagaimana
konsepsi Islam tentang alam semesta?
D.
Bagaimana
keterkaitan teori umum dan agama dalam kaitannya penciptaan alam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Teori-Teori
Tentang Penciptaan Alam
Ilmu
pengetahuan semakin lama semakin tinggi akhirnya ditemukan sebuah metode baru
yang menganggap bahwa asal mula kehidupan termasuk problema sains. Artinya,
bahwa peristiwa itu termasuk wilayah ilmu pengetahuan alam. Tetapi kendati
teori tentang asal mula kehidupan itu telah ada, dan fakta-faktanya telah
diatur secara sistematik, namun yang jelas bahwa ia tidak timbul dengan
sendirinya bahkan perlu ada usaha untuk menciptakannya.[2]
Dahulu,
sebelum diketemukan teori tentang asal usul alam raya para pakar mengatakan
bahwa alam semesta tidak terhingga besarnya, tak terbatas, dan tak berubah
status totalitasnya dari waktu kewaktu tak terhingga lamanya dari waktu lampau sampai
waktu tak terhingga lamanya dimasa yang akan datang. Hal ini
berlandaskan pada hukum kekekalan masa yang mereka yakini. Yaitu secara umum
dikatakan bahwa alam ini kekal dan nyata tidak mengakui adanya penciptaan alam.
Pada tahun 1929 terjadi pergeseran pandangan dilingkungan para ahli tentang
penciptaan alam dengan menggunakan teropong besar Hubble melihat galaksi –
galaksi yang tampak menjahui galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan
jaraknya dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan galaksi
kita. Penemuan inilah yang mengawali perkembangan teori tentang asal usul
terjadinya jagat raya, yakni:
1.
Teori Keadaan
Tetap (Steady–state Theory)
Teori
keadaan tetap ini dikemukakan oleh Hoyle, herman
bondi, thomas Gold (1948). Teori ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang
menyatakan bahwa alam semesta, dimana pun dan bilamanapun selalu sama.
Berdasarkan prinsip tersebutlah alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu
dimasa yang telah lalu sampai sekarang. Segala sesuatu di alam semesta ini
selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama
lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan, bahwa galaksi baru mempunyai jumlah
yang sebanding dengan galaksi lama. Dengan kata lain bahwa tiap-tiap galaksi
yang terbentuk, tumbuh, menjadi tua, dan akhirnya mati, jadi, teori ini beranggapan
bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya (Tanpa
awal dan tanpa akhir)
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori ini
mengatakan bahwa alam semesta ini, dimana pun dan kapan pun tetap sama. Teori
ini didasarkan pada prinsip kosmologi sempurna dan mengartikan bahwa alam
semesta tidak berawal dan tidak berakhir. Pendukung teori ini antara lain Fred
Hooyl,Herman Bondi, dan Thomas Gold.
2.
Teori The
Big Bang
Teori
The Big Bang sering juga disebut dengan fase “ledakan besar”. Dalam teori
The Big Bang, ledakan besar itu kemudian berubah menjadi asap yaitu fase
“asap”. Dan, dari asap inilah diciptakan bumi, langit, bintang-bintang, planet,
dan benda-benda angkasa lainnya. Fase ini dinamakan dengan “produksi”.
Sejak
fase “ledakan besar”, jagat raya ini terus berekspansi, berkembang, dimana
sebagian besar galaksi saling berjauhan dengan kecepatan yang tinggi. Ekspansi
ini akan terhenti di masa yang akan datang pada suatu waktu yang hanya
diketahui oleh Allah.[3]
Menurut
teori The Big Bangalam ini beserta matahari, bintang-bintang, dan
galaksi-galaksinya dahulunya adalah satu atom besar yang meledak. Dari ledakan
ini terjadilah bintang-bintang. Lalu bintang-bintang itu mulai menjauh,
sementara alam senantiasa meluas dan menjauh.[4]
Teori
The Big Bangadalah teori yang paling umum dianut tentang asal mula alam
semesta yang terbentuk dari sebuah ledakan besar (Big Bang) yang terjadi
sekitar 10-20 miliar tahun silam. Pada mulanya, alam semesta terdiri atas
sebuah bola api padat sangat panas yang terbentuk dari gas yang mendingin dan
meluas. Setelah sekitar sejuta tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat
menjadi gumpalan yang disebut protogalaksi. Dalam lima miliar tahun, gas
tersebut sepertinya mulai memadat dan membentuk galaksi tempat lahirnya bintang.
Miliaran tahun kemudian, yaitu masa sekarang keseluruhan alam semesta terus
meluas.[5]
Menurut
teori The Big Bang alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik
tunggal yang bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai
mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata
lain bahwa alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan dari tidak ada
menjadi ada.[6]
B.
Ayat-Ayat
Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam
1.
Ayat
Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam Semesta (Bumi, Langit dan Siang dalam 6
Periode)
cÎ)ãNä3/uª!$#Ï%©!$#t,n=y{ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚöF{$#urÎûÏpGÅ5Q$r&§NèO3uqtGó$#n?tãĸóyêø9$#ÓÅ´øóã@ø©9$#u$pk¨]9$#¼çmç7è=ôÜt$ZWÏWym}§ôJ¤±9$#urtyJs)ø9$#urtPqàfZ9$#ur¤Nºt¤|¡ãBÿ¾ÍnÍöDr'Î/3wr&ã&s!ß,ù=sø:$#âöDF{$#ur3x8u$t6s?ª!$#>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÎÍÈ
“Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[7].
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-A’Raaf 7 : 54)
Dalam ayat tersebut Allah
menjadikan proses penciptaan langit dan bumi yang terjadi pada 6 masa atau 6
periode. Enam masa penciptaan langit dan bumi terdiri atas penciptaan langit
dan penciptaan bumi setelah langit terbentuk. Penciptaan bumi sendiri dilakukan
secara bertahap selama dua masa seperti diterangkan dalam QS. Fushshilat 41:9-12.[8]
Dan ternyata, analogi para
ahli astrofisika terkemuka mengemukakan hal yang sama dengan apa yang telah
digambarkan Al-Qur’an. Ahli astrofisika membenarkan bahwa tahap atau periode
terjadinya alam dalam 6 tahap atau masa. Analisis keilmuan mencoba mengurai
enam masa tersebut yang mencakup : pada awal proses penciptaan alam, Allah ciptakan
dari sebuah lentuman yang sangat dahsyat yang dalam teori modern disebut big-bang
sehingga materi yang semula termuat di dalamnya yang merupakan bongkahan
yang menyatu berhamburan memecah dengan kecepatan yang amat sangat tinggi yang
manusia hanya sampai pada analisis kira-kira atau kurang lebih dalam mendeteksi
kecepatan hamburan pecahan tersebut.[9]
Pecahan-pecahan itu
mengembang ke segenap penjuru. Kemudian mulailah terbentuknya alam karena
pecahan-pecahan tersebut akan mewarnai permukaan bumi dan langit yang akan
mengisi ruang-ruang yang kosong yang bisa ditempati.
2.
Ayat
Al-Qur’an Tentang Terdapat Banyak Langit dan Bumi, Langit-Langit yang
Berlapis-Lapis
uqèdÏ%©!$#Yn=y{Nä3s9$¨BÎûÇÚöF{$#$YèÏJy_§NèO#uqtGó$#n<Î)Ïä!$yJ¡¡9$#£`ßg1§q|¡sùyìö7y;Nºuq»yJy4uqèdurÈe@ä3Î/>äóÓx«×LìÎ=tæÇËÒÈ
“Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui
segala sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah 2: 29)
Titik tekan ayat 29 surat
Al-Baqarah ini tidak berbicara tentang proses penciptaan alam, melainkan
penciptaaan bumi dan langit yang berlapis-lapis lebih ditujukan untuk
menjelaskan posisi alam sebagai tempat yang penuh berbagai karunia Tuhan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia, dan oleh karena itu tidak sepantasnya manusia
berbuat inkar sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang fasik sebagaimana tersebut
di atas.[10]
3.
Ayat
Al-Qur’an Tentang Tahap Penciptaan
§NèO#uqtGó$#n<Î)Ïä!$uK¡¡9$#}Édur×b%s{ßtA$s)sù$olm;ÇÚöF|Ï9ur$uÏKø$#%·æöqsÛ÷rr&$\döx.!$tGs9$s%$oY÷s?r&tûüÏèͬ!$sÛÇÊÊÈ
“Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".
(QS. Al-Fushshilat
41:11)
Pada
ayat ini Allah menerangkan keadaaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia
menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan
apa hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya. Menurut teori ilmu
pengetahuan, ayat diatas menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Ilmu
kosmologi modern, baik dari pengamatan atau teori secara jelas mengindikasikan
bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan, dan dari
asap yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan sangat panas.[11]
4.
Ayat
Al-Qur’an Tentang Proses Penciptaan, Mula-Mula dari Satu Kumpulan yang Unik
(Gas dan Asap) yang merupakan suatu kesatuan kemudian Terpisah.
óOs9urr&tttûïÏ%©!$#(#ÿrãxÿx.¨br&ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚöF{$#ur$tFtR%2$Z)ø?u$yJßg»oYø)tFxÿsù($oYù=yèy_urz`ÏBÏä!$yJø9$#¨@ä.>äóÓx«@cÓyr(xsùr&tbqãZÏB÷sãÇÌÉÈ
“Dan
Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka
tiada juga beriman?”
(QS. Al-Anbiyaa 21 : 30)
Memecahnya alam dengan
lentuman dahsyat tersebut sudah digambarkan dalam Al-Qur’an surah al-Anbiya’
ayat 30. Yang perlu menjadi catatan penting adalah bahwa pemisahan langit dan
bumi yang dahulunya merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan kemudian Allah
pisahkan keduanya yang dalam teori sains peristiwa itu diungkap dalam teori big-bang,
semuanya adalah atas kehendak dan kekuasaan Allah.Untuk menerjemahkan proses
pemisahan tersebut, Allah memberikan kepada manusia akal untuk memikirkan alam ini.[12]
C. Konsepsi Islam Tentang Alam Semesta
Ketika
kita bicara alam, pandangan pemikiran yang muncul pertama kali adalah adanya
langit dan bumi serta isinya sebagai lambang dari ciptaan yang terbesar yang
bisa ditelaah secara mendalam di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
ß,ù=yÜs9ÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚöF{$#urçt9ò2r&ô`ÏBÈ,ù=yzĨ$¨Y9$#£`Å3»s9urusYò2r&Ĩ$¨Y9$#wtbqßJn=ôètÇÎÐÈ
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi
lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.”
(QS. Al-Mu’min: 57)
Menurut Murtadha Muthahari
konsep Islam tentang alam semesta adalah konsep tauhid. Artinya, konsep
ketuhananlah yang memiliki peranan penting dalam tahap penciptaan alam semesta.
Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada kekuatan yang Maha dahsyat,
yang Maha tinggi yang melakoni skenario alam semesta. Kekuatan itu adalah
kekuatan Allah Sang Pencipta Alam. Tidak ada secuil pun proses alam baik dari
yang sekecil-kecilnya sampai pada yang paling besar sekali pun yang terlepas
dari campur tangan Illahi Rabb yang Maha tinggi.[13]
Al-Qur’an menyatakan,
cÎ)©!$#ÞOÎ=»tãÉ=øxîÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚöF{$#ur4¼çm¯RÎ)7OÎ=tæÏN#xÎ/ÍrßÁ9$#ÇÌÑÈ
“Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di
bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati.”(QS. Al-Fathir : 38)
Jadi, Islam melihat alam
sebagai sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh Penciptanya yaitu
Allah yang Maha Agung. Ketika orang bicara alam berarti tidak bisa lepas dari
konsep ketuhanan.Alam semesta dalam konsep Al-Qur’an itu sendiri termaktub
dalam QS. Fush-Shilat : 9-12
*ö@è%öNä3§Yάr&tbrãàÿõ3tGs9Ï%©!$$Î/t,n=y{uÚöF{$#ÎûÈû÷ütBöqttbqè=yèøgrBurÿ¼ã&s!#Y#yRr&4y7Ï9ºs>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÒÈ@yèy_ur$pkÏùzÓźuru`ÏB$ygÏ%öqsùx8t»t/ur$pkÏùu£s%ur!$pkÏù$pksEºuqø%r&þÎûÏpyèt/ör&5Q$r&[ä!#uqytû,Î#ͬ!$¡¡=Ïj9ÇÊÉȧNèO#uqtGó$#n<Î)Ïä!$uK¡¡9$#}Édur×b%s{ßtA$s)sù$olm;ÇÚöF|Ï9ur$uÏKø$#%·æöqsÛ÷rr&$\döx.!$tGs9$s%$oY÷s?r&tûüÏèͬ!$sÛÇÊÊÈ£`ßg9Òs)sùyìö7y;N#uq»yJyÎûÈû÷ütBöqt4ym÷rr&urÎûÈe@ä.>ä!$yJy$ydtøBr&4$¨Zyuruä!$yJ¡¡9$#$u÷R9$#yxÎ6»|ÁyJÎ/$ZàøÿÏmur4y7Ï9ºsãÏø)s?ÍÍyèø9$#ÉOÎ=yèø9$#ÇÊËÈ
“Katakanlah:
"Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah
Rabb semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa".
keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
(QS. Fush-Shilat : 9-12)
Al-Qur’an secara tegas
mengatakan bahwa alam adalah ciptaan Rabb yang kemudian Ia menjaganya dan
menentukan kadarnya. Adapun prosesnya, Allah memberikan gambaran yang kemudian
gambaran itu diperuntukkan bagi manusia untuk menafsirkan dengan akal dan
pengetahuan yang telah Allah berikan kepada manusia. Namun, akal dan
pengetahuan yang diberikan Allah sungguh sangat sedikit sehingga ada hal-hal
yang tidak bisa tersentuh oleh akal pengetahuan manusia dan pada tataran ini
manusia hanya bisa mengira-ngira, berandai-andai, dan tidak bisa memberikan
kepastian yang tetap.[14]
D.
Keterkaitan
Teori Umum dan Agama dalam Kaitannya Penciptaan Alam
Dari
pembahasan diatas terbukti bahwa konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan
oleh sains tidak bertentangan dengan apa yang dijelaskan dan tertera di dalam
Al-Qur’an. Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa sekarang ternyata sesuai dengan
keterangan yang dinyatakan dalam Al-Qur’an, bahkan dengan adanya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin memperjelas dan membuktikan kebenaran
Al-Qur’an.
Dengan melihat kemajuan ilmu
pengetahuan yang semakin berkembang, para ilmuwan dan peneliti dapat
menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Peristiwa tersebut ditandai
dengan terjadinya peristiwa yang oleh para ilmuwan disebut Big Bang,
yaitu sebuah teori yang muncul untuk menggambarkan tentang penciptaan alam semesta.
Selain itu juga muncul teori lain seperti Teori Keadaan
Tetap (Steady–state Theory) dan teori lainnya. Ternyata teori itu semua
saling berketerkaitan dengan apa yang diterangkan di dalam Al-Qur’an.
Teori
mengenai bentukan “asap” dalam big bang tentang permulaan penciptaan
alam misalnya, sebenarnya telah lebih dahulu disebutkan dalam QS. Al-Fushshilat
41:11 kemudian juga diperjelas lagi pada QS. Al-A’Raaf 7 : 54. Karena bumi
dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi, dan sebagainya)
terbentuk dari “asap” yang sama, maka para pakar menyimpulkan bahwa bumi dan
isi langit seluruhnya adalah satu kesatuan. Dari material “asap” yang sama ini,
kemudian mereka terpisah satu sama lain. Hal yang demikian ini juga telah
diungkapkan oleh Al-Qur’an dalam Surah al-Anbiya’/21 : 30 yang kemudian
dibuktikan dengan teori Keadaan Tetap (Steady–state Theory) bahwa alam
semesta dari dulu zaman Nabi Adam hingga sekarang tetap dan tak berubah.[15]
IV.
SIMPULAN
Teori
tentang penciptaan alam yang dikemukakan oleh para ilmuwan ada 2, yaitu pertama
teori keadaan tetap yang dikemukakan oleh Hoyle, herman
bondi, thomas Gold (1948). Teori ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang
menyatakan bahwa alam semesta, dimana pun dan bilamanapun selalu sama. Kedua
teori the big bang. Menurut teori The Big Bangalam semesta
terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol. Ledakan
yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta
muncul dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah ada
yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada.
Islam melihat alam sebagai
sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh Penciptanya yaitu Allah
yang Maha Agung. Ketika orang bicara alam berarti tidak bisa lepas dari konsep
ketuhanan. Menurut Murtadha Muthahari konsep Islam tentang alam semesta adalah
konsep tauhid. Artinya, konsep ketuhananlah yang memiliki peranan penting dalam
tahap penciptaan alam semesta. Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada
kekuatan yang Maha dahsyat, yang Maha tinggi yang melakoni skenario alam
semesta. Kekuatan itu adalah kekuatan Allah Sang Pencipta Alam.
Konsep
penciptaan alam semesta yang dihasilkan oleh sains tidak bertentangan dengan
apa yang dijelaskan dan tertera di dalam Al-Qur’an. Teori mengenai bentukan
“asap” dalam big bang tentang permulaan penciptaan alam misalnya, sebenarnya
telah lebih dahulu disebutkan dalam QS. Al-Fushshilat 41:11 kemudian juga
diperjelas lagi pada QS. Al-A’Raaf 7 : 54. Hal ini
membuktikan bahwa adanya suatu keterikatan antara Al-Qur’an dengan penemuan
hasil IPTEK.
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang telah kami susun, semoga bermanfa’at bagi pembaca dan pemakalah
sendiri. Semoga apa yang telah di diskusikan menambah pengetahuan kita tentang
penciptaan alam semesta baik dilihat dari Al-Qur’an, sains maupun dari
keduanya. Saran konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas yang
akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
A
Dorling Kindersley Book, Ensiklopedia Sains dan Teknologi, 2007. Jakarta
: PT Lentera Abadi.
Alam
, Ahmad Khalid, dkk. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan,
2005. Jakarta : GEMA INSANI.
Hatta, Mohammad
.Berkenalan Dengan Filsafat Yunani, 1980. Jakarta : Gramedia.
Ibrahim, Haji Lalu. Keajaiban
Sains Islam, 2010. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Kementerian
Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid VIII, 2010. Jakarta : Lentera Abadi.
Nata, Abuddin.
Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, 2009. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Sani, Ridwan
Abdullah, Sains Berbasis Al-Qur’an, 2014. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Yunus,
Rosman dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, 2006. Jakarta
: GEMA INSANI.
[1] Mohammad Hatta, Berkenalan Dengan Filsafat Yunani, Jakarta :
Gramedia, 1980. hlm 14-17
[2] Haji Lalu Ibrahim, Keajaiban Sains Islam, Yogyakarta: Pinus
Book Publisher, 2010. hlm. 26
[3] Ahmad Khalid Alam, dkk. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan
Kehidupan, Jakarta : GEMA INSANI, 2005. hlm. 243-244
[4] Ahmad Khalid Alam, dkk. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan
Kehidupan, Jakarta : GEMA INSANI, 2005. hlm. 256
[5] A Dorling Kindersley Book, Ensiklopedia Sains dan Teknologi,
Jakarta : PT Lentera Abadi, 2007. hlm. 11
[6] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam,
Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 9-10.
[7]Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani,
sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[8] Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an, Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014. hlm. 149
[9] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam,
Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 112
[10] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2009. hlm. 106
[11] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid VIII, Jakarta : Lentera Abadi, 2010. hlm. 597
[12] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam,
Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 113
[13] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam,
Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 106-107
[14] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam,
Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 110.
[15] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid VIII, Jakarta : Lentera Abadi, 2010. hlm. 598
0 komentar:
Post a Comment