Thursday, August 31, 2017

MAKALAH PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Al-Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu :Lutfiyah, S.Ag, M.Si



Disusun Oleh :
1. Ela Nur Laela                      (123111178)
2. Sadid Baha Badrul L.         (123111140)
3. Nur Faizah                          (123111118)
4. M. Khoirul Anam                (133111023)
5. Mustofa                               (133111043)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.                   PENDAHULUAN
Al-Qur’an Al-Karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam agama Islam, memandang bahwa alam semesta beserta isinya bukanlah merupakan realitas-realitas apalagi terakhir (ultimate) melainkan “tanda-tanda” dari kebesaran dan keberadaan Tuhan.
Sebenarnya kajian tentang asal-usul kejadian alam semesta (dunia) dan berbagai aspek yang terkandung di dalamnya telah menarik perhatian para filosof sejak dahulu kala.  Thales, misalnya mengatakan bahwa alam semesta berasal dari air. Sementara Anaximandros mengatakan bahwa alam semesta berasal dari uap, dan Anaximenes mengatakan bahwa alam berasal dari aperion.[1]
Alam yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang, merupakan bangunan yang solid, memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata rapi dalam setiap urusannya. Alam di bangun dengan satu cara mulai dari bagian-bagiannya yang paling terkecil hingga unit-unitnya yang paling besar. Demikianlah yang diungkapkan oleh Dr. Zaglul Annajjar.
Maka berawal dari itu semua, pada makalah ini akan memaparkan tentang bagaimana penciptaan alam, yang di dalamnya meliputi teori-teori tentang penciptaan alam dan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengannya.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa saja teori-teori tentang penciptaan alam?
B.     Bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an tentang penciptaan alam?
C.     Bagaimana konsepsi Islam tentang alam semesta?
D.    Bagaimana keterkaitan teori umum dan agama dalam kaitannya penciptaan alam?

III.             PEMBAHASAN
A.    Teori-Teori Tentang Penciptaan Alam
Ilmu pengetahuan semakin lama semakin tinggi akhirnya ditemukan sebuah metode baru yang menganggap bahwa asal mula kehidupan termasuk problema sains. Artinya, bahwa peristiwa itu termasuk wilayah ilmu pengetahuan alam. Tetapi kendati teori tentang asal mula kehidupan itu telah ada, dan fakta-faktanya telah diatur secara sistematik, namun yang jelas bahwa ia tidak timbul dengan sendirinya bahkan perlu ada usaha untuk menciptakannya.[2]
Dahulu, sebelum diketemukan teori tentang asal usul alam raya para pakar mengatakan bahwa alam semesta tidak terhingga besarnya, tak terbatas, dan tak berubah status totalitasnya dari waktu kewaktu tak terhingga lamanya dari waktu lampau sampai waktu tak terhingga lamanya dimasa yang akan datang. Hal ini berlandaskan pada hukum kekekalan masa yang mereka yakini. Yaitu secara umum dikatakan bahwa alam ini kekal dan nyata tidak mengakui adanya penciptaan alam. Pada tahun 1929 terjadi pergeseran pandangan dilingkungan para ahli tentang penciptaan alam dengan menggunakan teropong besar Hubble melihat galaksi – galaksi yang tampak menjahui galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan galaksi kita. Penemuan inilah yang mengawali perkembangan teori tentang asal usul terjadinya jagat raya, yakni:
1.      Teori Keadaan Tetap (Steady–state Theory)
Teori keadaan tetap ini dikemukakan oleh Hoyle, herman bondi, thomas Gold (1948). Teori ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta, dimana pun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebutlah alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu dimasa yang telah lalu sampai sekarang. Segala sesuatu di alam semesta ini selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan, bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Dengan kata lain bahwa tiap-tiap galaksi yang terbentuk, tumbuh, menjadi tua, dan akhirnya mati, jadi, teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya (Tanpa awal dan tanpa akhir)
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori ini mengatakan bahwa alam semesta ini, dimana pun dan kapan pun tetap sama. Teori ini didasarkan pada prinsip kosmologi sempurna dan mengartikan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir. Pendukung teori ini antara lain Fred Hooyl,Herman Bondi, dan Thomas Gold.
2.      Teori The Big Bang
Teori The Big Bang sering juga disebut dengan fase “ledakan besar”. Dalam teori The Big Bang, ledakan besar itu kemudian berubah menjadi asap yaitu fase “asap”. Dan, dari asap inilah diciptakan bumi, langit, bintang-bintang, planet, dan benda-benda angkasa lainnya. Fase ini dinamakan dengan “produksi”.
Sejak fase “ledakan besar”, jagat raya ini terus berekspansi, berkembang, dimana sebagian besar galaksi saling berjauhan dengan kecepatan yang tinggi. Ekspansi ini akan terhenti di masa yang akan datang pada suatu waktu yang hanya diketahui oleh Allah.[3]
Menurut teori The Big Bangalam ini beserta matahari, bintang-bintang, dan galaksi-galaksinya dahulunya adalah satu atom besar yang meledak. Dari ledakan ini terjadilah bintang-bintang. Lalu bintang-bintang itu mulai menjauh, sementara alam senantiasa meluas dan menjauh.[4]
Teori The Big Bangadalah teori yang paling umum dianut tentang asal mula alam semesta yang terbentuk dari sebuah ledakan besar (Big Bang) yang terjadi sekitar 10-20 miliar tahun silam. Pada mulanya, alam semesta terdiri atas sebuah bola api padat sangat panas yang terbentuk dari gas yang mendingin dan meluas. Setelah sekitar sejuta tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat menjadi gumpalan yang disebut protogalaksi. Dalam lima miliar tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat dan membentuk galaksi tempat lahirnya bintang. Miliaran tahun kemudian, yaitu masa sekarang keseluruhan alam semesta terus meluas.[5]
Menurut teori The Big Bang alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada.[6]

B.     Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam
1.      Ayat Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam Semesta (Bumi, Langit dan Siang dalam 6 Periode)
žcÎ)ãNä3­/uª!$#Ï%©!$#t,n=y{ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚöF{$#urÎûÏp­GÅ5Q$­ƒr&§NèO3uqtGó$#n?tãĸóyêø9$#ÓÅ´øóミ@ø©9$#u$pk¨]9$#¼çmç7è=ôÜtƒ$ZWÏWym}§ôJ¤±9$#urtyJs)ø9$#urtPqàfZ9$#ur¤Nºt¤|¡ãBÿ¾Ín͐öDr'Î/3Ÿwr&ã&s!ß,ù=sƒø:$#âöDF{$#ur3x8u$t6s?ª!$#>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÎÍÈ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[7]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-A’Raaf 7 : 54)

Dalam ayat tersebut Allah menjadikan proses penciptaan langit dan bumi yang terjadi pada 6 masa atau 6 periode. Enam masa penciptaan langit dan bumi terdiri atas penciptaan langit dan penciptaan bumi setelah langit terbentuk. Penciptaan bumi sendiri dilakukan secara bertahap selama dua masa seperti diterangkan dalam QS. Fushshilat 41:9-12.[8]
Dan ternyata, analogi para ahli astrofisika terkemuka mengemukakan hal yang sama dengan apa yang telah digambarkan Al-Qur’an. Ahli astrofisika membenarkan bahwa tahap atau periode terjadinya alam dalam 6 tahap atau masa. Analisis keilmuan mencoba mengurai enam masa tersebut yang mencakup : pada awal proses penciptaan alam, Allah ciptakan dari sebuah lentuman yang sangat dahsyat yang dalam teori modern disebut big-bang sehingga materi yang semula termuat di dalamnya yang merupakan bongkahan yang menyatu berhamburan memecah dengan kecepatan yang amat sangat tinggi yang manusia hanya sampai pada analisis kira-kira atau kurang lebih dalam mendeteksi kecepatan hamburan pecahan tersebut.[9]
Pecahan-pecahan itu mengembang ke segenap penjuru. Kemudian mulailah terbentuknya alam karena pecahan-pecahan tersebut akan mewarnai permukaan bumi dan langit yang akan mengisi ruang-ruang yang kosong yang bisa ditempati.

2.      Ayat Al-Qur’an Tentang Terdapat Banyak Langit dan Bumi, Langit-Langit yang Berlapis-Lapis
uqèdÏ%©!$#šYn=y{Nä3s9$¨BÎûÇÚöF{$#$YèŠÏJy_§NèO#uqtGó$#n<Î)Ïä!$yJ¡¡9$#£`ßg1§q|¡sùyìö7y;Nºuq»yJy4uqèdurÈe@ä3Î/>äóÓx«×LìÎ=tæÇËÒÈ
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah 2: 29)

Titik tekan ayat 29 surat Al-Baqarah ini tidak berbicara tentang proses penciptaan alam, melainkan penciptaaan bumi dan langit yang berlapis-lapis lebih ditujukan untuk menjelaskan posisi alam sebagai tempat yang penuh berbagai karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, dan oleh karena itu tidak sepantasnya manusia berbuat inkar sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang fasik sebagaimana tersebut di atas.[10]

3.      Ayat Al-Qur’an Tentang Tahap Penciptaan
§NèO#uqtGó$#n<Î)Ïä!$uK¡¡9$#}Édur×b%s{ߊtA$s)sù$olm;ÇÚöF|Ï9ur$uÏKø$#%·æöqsÛ÷rr&$\döx.!$tGs9$s%$oY÷s?r&tûüÏèͬ!$sÛÇÊÊÈ
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
(QS. Al-Fushshilat 41:11)

Pada ayat ini Allah menerangkan keadaaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya. Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat diatas menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan atau teori secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan, dan dari asap yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan sangat panas.[11]

4.      Ayat Al-Qur’an Tentang Proses Penciptaan, Mula-Mula dari Satu Kumpulan yang Unik (Gas dan Asap) yang merupakan suatu kesatuan kemudian Terpisah.
óOs9urr&ttƒtûïÏ%©!$#(#ÿrãxÿx.¨br&ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚöF{$#ur$tFtR%Ÿ2$Z)ø?u$yJßg»oYø)tFxÿsù($oYù=yèy_urz`ÏBÏä!$yJø9$#¨@ä.>äóÓx«@cÓyr(Ÿxsùr&tbqãZÏB÷sãƒÇÌÉÈ
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”
(QS. Al-Anbiyaa 21 : 30)
Memecahnya alam dengan lentuman dahsyat tersebut sudah digambarkan dalam Al-Qur’an surah al-Anbiya’ ayat 30. Yang perlu menjadi catatan penting adalah bahwa pemisahan langit dan bumi yang dahulunya merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan kemudian Allah pisahkan keduanya yang dalam teori sains peristiwa itu diungkap dalam teori big-bang, semuanya adalah atas kehendak dan kekuasaan Allah.Untuk menerjemahkan proses pemisahan tersebut, Allah memberikan kepada manusia akal untuk  memikirkan alam ini.[12]

C.    Konsepsi Islam Tentang Alam Semesta
Ketika kita bicara alam, pandangan pemikiran yang muncul pertama kali adalah adanya langit dan bumi serta isinya sebagai lambang dari ciptaan yang terbesar yang bisa ditelaah secara mendalam di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
ß,ù=yÜs9ÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚöF{$#urçŽt9ò2r&ô`ÏBÈ,ù=yzĨ$¨Y9$#£`Å3»s9uruŽsYò2r&Ĩ$¨Y9$#ŸwtbqßJn=ôètƒÇÎÐÈ
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS. Al-Mu’min: 57)

Menurut Murtadha Muthahari konsep Islam tentang alam semesta adalah konsep tauhid. Artinya, konsep ketuhananlah yang memiliki peranan penting dalam tahap penciptaan alam semesta. Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada kekuatan yang Maha dahsyat, yang Maha tinggi yang melakoni skenario alam semesta. Kekuatan itu adalah kekuatan Allah Sang Pencipta Alam. Tidak ada secuil pun proses alam baik dari yang sekecil-kecilnya sampai pada yang paling besar sekali pun yang terlepas dari campur tangan Illahi Rabb yang Maha tinggi.[13] Al-Qur’an menyatakan,
žcÎ)©!$#ÞOÎ=»tãÉ=øxîÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚöF{$#ur4¼çm¯RÎ)7OŠÎ=tæÏN#xÎ/ÍrߐÁ9$#ÇÌÑÈ
“Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati.”(QS. Al-Fathir : 38)
Jadi, Islam melihat alam sebagai sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh Penciptanya yaitu Allah yang Maha Agung. Ketika orang bicara alam berarti tidak bisa lepas dari konsep ketuhanan.Alam semesta dalam konsep Al-Qur’an itu sendiri termaktub dalam QS. Fush-Shilat : 9-12
*ö@è%öNä3§Yάr&tbrãàÿõ3tGs9Ï%©!$$Î/t,n=y{uÚöF{$#ÎûÈû÷ütBöqtƒtbqè=yèøgrBurÿ¼ã&s!#YŠ#yRr&4y7Ï9ºsŒ>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÒÈŸ@yèy_ur$pkŽÏùzÓźuru`ÏB$ygÏ%öqsùx8t»t/ur$pkŽÏùu£s%ur!$pkŽÏù$pksEºuqø%r&þÎûÏpyèt/ör&5Q$­ƒr&[ä!#uqytû,Î#ͬ!$¡¡=Ïj9ÇÊÉȧNèO#uqtGó$#n<Î)Ïä!$uK¡¡9$#}Édur×b%s{ߊtA$s)sù$olm;ÇÚöF|Ï9ur$uÏKø$#%·æöqsÛ÷rr&$\döx.!$tGs9$s%$oY÷s?r&tûüÏèͬ!$sÛÇÊÊÈ£`ßg9ŸÒs)sùyìö7y;N#uq»yJyÎûÈû÷ütBöqtƒ4ym÷rr&urÎûÈe@ä.>ä!$yJy$ydtøBr&4$¨Z­ƒyuruä!$yJ¡¡9$#$u÷R9$#yxŠÎ6»|ÁyJÎ/$ZàøÿÏmur4y7Ï9ºsŒãƒÏø)s?̓Íyèø9$#ÉOŠÎ=yèø9$#ÇÊËÈ
“Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
(QS. Fush-Shilat : 9-12)

Al-Qur’an secara tegas mengatakan bahwa alam adalah ciptaan Rabb yang kemudian Ia menjaganya dan menentukan kadarnya. Adapun prosesnya, Allah memberikan gambaran yang kemudian gambaran itu diperuntukkan bagi manusia untuk menafsirkan dengan akal dan pengetahuan yang telah Allah berikan kepada manusia. Namun, akal dan pengetahuan yang diberikan Allah sungguh sangat sedikit sehingga ada hal-hal yang tidak bisa tersentuh oleh akal pengetahuan manusia dan pada tataran ini manusia hanya bisa mengira-ngira, berandai-andai, dan tidak bisa memberikan kepastian yang tetap.[14]

D.    Keterkaitan Teori Umum dan Agama dalam Kaitannya Penciptaan Alam
Dari pembahasan diatas terbukti bahwa konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan oleh sains tidak bertentangan dengan apa yang dijelaskan dan tertera di dalam Al-Qur’an. Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa sekarang ternyata sesuai dengan keterangan yang dinyatakan dalam Al-Qur’an, bahkan dengan adanya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin memperjelas dan membuktikan kebenaran Al-Qur’an.
Dengan melihat kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, para ilmuwan dan peneliti dapat menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Peristiwa tersebut ditandai dengan terjadinya peristiwa yang oleh para ilmuwan disebut Big Bang, yaitu sebuah teori yang muncul untuk menggambarkan tentang penciptaan alam semesta. Selain itu juga muncul teori lain seperti Teori Keadaan Tetap (Steady–state Theory) dan teori lainnya. Ternyata teori itu semua saling berketerkaitan dengan apa yang diterangkan di dalam Al-Qur’an.
Teori mengenai bentukan “asap” dalam big bang tentang permulaan penciptaan alam misalnya, sebenarnya telah lebih dahulu disebutkan dalam QS. Al-Fushshilat 41:11 kemudian juga diperjelas lagi pada QS. Al-A’Raaf 7 : 54. Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi, dan sebagainya) terbentuk dari “asap” yang sama, maka para pakar menyimpulkan bahwa bumi dan isi langit seluruhnya adalah satu kesatuan. Dari material “asap” yang sama ini, kemudian mereka terpisah satu sama lain. Hal yang demikian ini juga telah diungkapkan oleh Al-Qur’an dalam Surah al-Anbiya’/21 : 30 yang kemudian dibuktikan dengan teori Keadaan Tetap (Steady–state Theory) bahwa alam semesta dari dulu zaman Nabi Adam hingga sekarang tetap dan tak berubah.[15]

IV.             SIMPULAN
Teori tentang penciptaan alam yang dikemukakan oleh para ilmuwan ada 2, yaitu pertama teori keadaan tetap yang dikemukakan oleh Hoyle, herman bondi, thomas Gold (1948). Teori ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta, dimana pun dan bilamanapun selalu sama. Kedua teori the big bang. Menurut teori The Big Bangalam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada.
Islam melihat alam sebagai sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh Penciptanya yaitu Allah yang Maha Agung. Ketika orang bicara alam berarti tidak bisa lepas dari konsep ketuhanan. Menurut Murtadha Muthahari konsep Islam tentang alam semesta adalah konsep tauhid. Artinya, konsep ketuhananlah yang memiliki peranan penting dalam tahap penciptaan alam semesta. Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada kekuatan yang Maha dahsyat, yang Maha tinggi yang melakoni skenario alam semesta. Kekuatan itu adalah kekuatan Allah Sang Pencipta Alam.
Konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan oleh sains tidak bertentangan dengan apa yang dijelaskan dan tertera di dalam Al-Qur’an. Teori mengenai bentukan “asap” dalam big bang tentang permulaan penciptaan alam misalnya, sebenarnya telah lebih dahulu disebutkan dalam QS. Al-Fushshilat 41:11 kemudian juga diperjelas lagi pada QS. Al-A’Raaf 7 : 54. Hal ini membuktikan bahwa adanya suatu keterikatan antara Al-Qur’an dengan penemuan hasil IPTEK.

V.                PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga bermanfa’at bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Semoga apa yang telah di diskusikan menambah pengetahuan kita tentang penciptaan alam semesta baik dilihat dari Al-Qur’an, sains maupun dari keduanya. Saran konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas yang akan datang.













DAFTAR PUSTAKA
A Dorling Kindersley Book, Ensiklopedia Sains dan Teknologi, 2007. Jakarta : PT Lentera Abadi.
Alam , Ahmad Khalid, dkk. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, 2005. Jakarta : GEMA INSANI.
Hatta, Mohammad .Berkenalan Dengan Filsafat Yunani, 1980. Jakarta : Gramedia.
Ibrahim, Haji Lalu. Keajaiban Sains Islam, 2010. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Kementerian Agama  RI,  Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid  VIII, 2010. Jakarta : Lentera Abadi.
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, 2009. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Sani, Ridwan Abdullah, Sains Berbasis Al-Qur’an, 2014. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Yunus, Rosman dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, 2006. Jakarta : GEMA INSANI.





[1] Mohammad Hatta, Berkenalan Dengan Filsafat Yunani, Jakarta : Gramedia, 1980. hlm 14-17
[2] Haji Lalu Ibrahim, Keajaiban Sains Islam, Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2010. hlm. 26
[3] Ahmad Khalid Alam, dkk. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, Jakarta : GEMA INSANI, 2005. hlm. 243-244
[4] Ahmad Khalid Alam, dkk. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, Jakarta : GEMA INSANI, 2005. hlm. 256
[5] A Dorling Kindersley Book, Ensiklopedia Sains dan Teknologi, Jakarta : PT Lentera Abadi, 2007. hlm. 11
[6] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 9-10.
[7]Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[8] Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014. hlm. 149
[9] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 112
[10] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009. hlm. 106
[11] Kementerian Agama  RI,  Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid  VIII, Jakarta : Lentera Abadi,  2010. hlm. 597
[12] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 113
[13] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 106-107
[14] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 110.
[15] Kementerian Agama  RI,  Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid  VIII, Jakarta : Lentera Abadi,  2010. hlm. 598

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More