PENYUSUAN ANAK DALAM
PERSPEKTIF
AL-QURAN DAN SAINS
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Al Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu:
Luthfiyah M.Ag.
Disusun Oleh PAI 3A:
Anisbatul Yasiroh (133111023)
Eva Ade
L (133111024)
Siti Muzaroah (133111025)
Siti Munafi’ah (133111026)
Nabilah (133111027)
Direvisi Oleh:
Baihaqi An Nizar (133111013)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Di Indonesia masalah gizi buruk hingga saat ini
masih belum teratasi. Salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini,
di Indonesia adalah kurang kalori, dan protein. Hal ini banyak
ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan ini karena
anak dan bayi merupakan golongan rentan. Selain itu banyak ibu yang melahirkan
bayi prematur yaitu bayi dengan berat badan rendah karena tidak sesuai dengan
usia kelahirannya.
Bayi dengan berat badan rendah memiliki resiko
besar terkena infeksi dan lebih memperlukan ASI lebih besar dibanding bayi
dengan berat badan normal. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar
ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya
yang terkandung di dalam ASI. Namun, banyak ibu yang mengganti ASI
dengan susu formula. Padahal hal itu sangatlah tidak baik untuk
seorang bayi.
Bayi umumnya diberikan hingga bayi berusia enam
bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan
mineral yang utama bagi bayi. Tetapi banyak ibu-ibu yang memberikan ASI hanya
selama 3 bulan bahkan ada yang hanya memberikan ASI selama 1 bulan saja
dikarenakan kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan
kegiatan penting dalam pemeliharaan dan tumbuh kembang bayi.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apakah
pengertian penyusuan anak?
B. Bagaimana
fase pembentukan ASI (Air Susu Ibu)?
C. Bagaimana
hukum penyusuan anak?
D. Apakah
manfaat penyusuan terhadap anak?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyusuan Anak
Menurut
Surya Atmaja menyusui adalah Realisasi dari tugas yang wajar dan mulia. Menyusui
adalah proses memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan air susu ibu
langsung dari payudara ibu.[1]
Setelah dilahirkan, seorang bayi dikaruniai refleks menghisap. Refleks ini
membuat seorang bayi tanpa sadar akan selalu menghisap benda yang dimasukan ke
dalam mulutnya. Begitu pula bila yang dimasukan adalah puting payudara maka ia
akan otomatis menghisapnya. Fenomena ini sangat menguntungkan bagi ibu yang
akan menyusui bayinya selama rentang waktu enam bulan sebelum diberikan makanan
tambahan pendamping ASI. WHO sebagai induk organisasi kesehatan sedunia
menyarankan pemberian ASI minimal sampai dengan bayi berusia 2 tahun dengan
pemberian secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Pemberian eksklusif selama 6
bulan sangat penting dalam mencegah diare dan penyakit saluran nafas yang tidak
didapatkan pada pemberian susu formula.
B. Fase Pembentukan ASI (Air Susu Ibu)
Air
Susu Ibu (ASI) mengandung lebih dari 100 zat. Pada dasarnya ASI merupakan
emulsi lemak dalam fase cairan yang isotonik dengan plasma. Dalam cairan ASI
mengandung beberapa zat di antaranya:
1. 3-5%
Lemak
2. 1%
Protein
3. 7%
Laktosa
4. 0,2%
Mineral
5. 60-75
kkal/dL Kalori
ASI terdiri dari 3 fase pembentukan
dan pengeluaran yaitu:
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang pertama kali keluar
melahirkan. kolostrum merupakan cairan kuning alkalis dengan BJ 1,030-1,035
yang merupakan cairan yang pertama kali keluar, sebelum ASI. Kolostrum tidak
ada artinya sebagai makanan, namun memiliki sifat laksania. Bardasarkan
penelitian kolostrum mengandung globulin yang berperan sebagai antibodi sehingga
diasumsikan dapat meningkatkan imunitas anak terhadap penyakit.
2. ASI
Transisi
Fase kedua pengeluaran ASI disebut transisi. ASI ini
sebetulnya merupakan perpindahan dari kolostrum menjadi ASI mastrum.
3. ASI
Matur
ASI matur ini mempunyai warna yang kekuning-kuningan,
komposisi ASI ini kurang lebih 1-2% protein, 3-5% lemak, 6,5-8% laktosa (gula)
dan 0,1-0,2% garam mineral. Volume atau banyaknya ASI sangat tergantung pada
banyaknya cairan yang diminum ibu, seperti mengonsumsi obat-obatan menyebabkan
penurunan produksi ASI. Ada beberapa keadaan dimana ibu tidak boleh menyusui
bayinya, seperti saat dalam kondisi terjadinya peradangan payudara yang akut,
si ibu menderita penyakit menular, keadaan ibu yang kurang baik.
ASI dari seorang ibu yang sehat dalam memenuhi
kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Produksi ASI pada bulan pertama adalah
sekitar 600 ml per hari yang meningkat sampai sekitar 800 ml per hari pada
bulan keenam. Kadar kolesterol ASi lebih tinggi daripada dalam air susu sapi.
Kekebalan bayi yang mengomsumsi ASI lebih bagus dari pada bayi yang mengonsumsi
susu formula, karena ASI mengandung banyak zat protektif yang melindungi bayi
dari infeksi.[2]
C. Hukum penyusuan anak
Ditinjau dari aspek hukum Islam,
perempuan tempat anak menyususi sebenarnya ada dua macam, yaitu ibu kandung dan
perempuan lain. Ulama Fikih sepakat bahwa seorang ibu dilihat dari hukum
ukhrawi (diyanatan), wajib menyusui anaknya, karena menyusui anak
merupakan upaya pemeliharaan kelangsungan hidup anak, baik ibu ini masih
berstatus istri ayah sang anak, maupun dalam masa ‘iddah atau habis masa
‘iddah-nya setelah dicerai suaminya (ayah sang anak).
Banyak perbedaan pendapat dalam
menafsirkan al-waliadat (para ibu) yang diperintahkan menyusukan anaknya
dalam surah al-Baqarah/ 2: 233. Diantara para ulama yang berbeda pendapat yaitu:
1. Al-Qurtabi
membatasi kata al-walidat bagi ibu yang masih berstatus sebagai istri
dari ayah sang anak (hal baqa’ an-nikah).
2. Ad-Dahhak
dan as-Suddi membatasinya untuk para ibu yang telah bercerai (al-mutallaqat).
3. Al-Alusi
berpendapat bahwa karena tidak ada pembatasan (takhsis), maka kata
tersebut berlaku umum, baik ibu yang masih berstatus istri maupun dalam masa ‘iddah
(talaq raj’i) atau habis masa ‘iddah-nya (mutallaqah).
Meskipun
ada perbedaan pendapat dalam menentukan makna perintah menyusui ini dari yang
mewajibkan sampain yang hanya sekedar bermakna dianjurkan, mayoritas ulama
Islam sepakat bahwa para ibu berkewajiban dan karenanya boleh dipaksa oleh
hakim dari pengadilan yang berwenang untuk menyusui anaknya dalam 3 kondisi:
1. Anak
itu menolak menerima air susu selain dari asi ibunya
2. Tidak
ada wanita lain yang bisa menyusui anak tersebut
3. Ayah
atau anak itu tidak memiliki harta untuk membayar upah wanita lain (az-zi’r)
yang menyusui anaknya.
Khusus
untuk madzhab Syafi’i, selain dalam tiga hal diatas, ada hal lain yang
membenarkan seorang hakim memaksa seorang ibu menyusui anaknya, yaitu pada
tetesan pertama ASI (kolostrum/ al-lab’) yang keluar beberapa hari pasca
persalinan.[3]
D. Manfaat penyusuan terhadap anak
Begitu banyak daftar manfaat ASI untuk
bayi yang setiap hari terus bertambah. Di antara keistimewaan ASI, yang oleh
Harun Yahya disebut sebagai “cairan ajaib”, dapat disebut secara singkat antara
lain:
1. ASI
memperkuat sistem kekebalan tubuh. Komponen utama pembangun sistem kekebalan
tubuh pada ASI adalah prebiotik
2. ASI
menurunkan terjadinya resiko alergi
3. ASI
menurunkan resiko terjadinya penyakit pada saluran pencernaan, seperti diare
dan meningkatkan kekebalan pada sistem pencernaan
4. ASI
menurunkan resiko gangguan pernafasan
5. ASI
kaya akan AA | DHA yang mendukung pertumbuhan kecerdasan anak
6. ASI
mengandung prebiotik alami untuk mendukung pertumbuhan flora usus
7. ASI
memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan seimbang
8. Bayi-bayi
yang diberikan ASI menjadi lebih kuat
9. Bayi-bayi
yang menerima ASI memiliki resiko lebih rendah dari penyakit jantung dan darah
tinggi kemudian hari
10.
Menurut hasil
penelitian, menyusui telah terbukti dapat menurunkan resiko kanker payudara,
kanker ovarium, dan osteoporosis
Seperti yang telah disebutkan diatas,
ASI juga memberikan keuntungan secara psikologi baik bagi bayi maupun ibu,
antara lain :
1. Rasa
percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan
produksi hormone terutama oksitosin yang pada
akhirnya akan meningkatkan produksi ASI
2. Interaksi
Ibu dan bayi : pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut
3. Pengaruh
kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin
to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan
kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal ssejak
bayi masih dalam rahim
4. Interaksi
ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan
sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi
5. Penelitian
menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ poin 4,3 poin lebih
tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 poin lebih tinggi pada usia 8,3
tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI
6. Dalam
psikologi perkembangan, periode paling awal pada perkembangan kepribadian anak,
letak kenikmatan adalah pada mulut mereka. Freud menyebutkan periode oral.
Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke mulutnya.
Kesenangan ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketika dia menyusu pada
ibunya. Dia lalu belajar untuk memasukkan apa saja ke dalam mmulutnya
7. Sebelum
mencapai usia 4 bulan seorang bayi hanya
memiliki kemampuan mengisap ASI (refleks mengisap), baru pada usia 4 bulan
kemampuan bayi bertambah dengan kemampuan mengunyah (refleks mengunyah). Dengan
memperhatikan perkembangan kemampuan refleks yang dimiliki inilah para ahli
menganjurkan agar bayi hanya diberikan ASI saja secara eksklusif sampai
kemampuan refleks mengunyahnya muncul (setelah 4 bulan).
Di samping manfaat kesehatan fisik dan
psikis, sebenarnya dalam menyusui juga mengandung manfaat-manfaat lainnya,
seperti ekonomi. Sebab dengan menyusui
bayi dengan ASI secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi berumur 4-6 bulan. Dengan demikian, akan menghemat pengeluaran
rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. Keuntungan menyusukan
bayi juga didapatkan oleh sang ibu, karena program menyusui secara eksklusif
dapat mencegah pendarahan pasca persalinan, mencegah pembengkakan payudara, dan
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alami (KB) yang secara umum dikenal
sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).[4]
IV.
KESIMPULAN
Menyusui
adalah proses memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan air susu ibu
langsung dari payudara ibu. ASI terdiri dari
3 fase pembentukan dan pengeluaran yaitu Kolostrum, Asi Transisi, dan ASI Matur. Ulama Fikih sepakat bahwa seorang
ibu dilihat dari hukum ukhrawi (diyanatan), wajib menyusui anaknya,
karena menyusui anak merupakan upaya pemeliharaan kelangsungan hidup anak, baik
ibu ini masih berstatus
istri ayah
sang anak, maupun dalam masa ‘iddah atau habis masa ‘iddah-nya
setelah dicerai suaminya (ayah sang anak). Banyak manfaat dari pemberian ASI
kepada anak. Diantaranya adalah bayi-bayi yang diberikan ASI menjadi lebih
kuat, Bayi-bayi yang menerima ASI memiliki resiko lebih rendah dari penyakit
jantung dan darah tinggi kemudian hari, menyusui telah terbukti dapat
menurunkan resiko kanker payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis.
V.
PENUTUP
Dengan berakhirnya makalah yang dibuat ini, penyusun menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangum demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
RI, KEMENAG. 2012. Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Sufyan
Ramadhy, Asep. 2011. Reproduksi Biologi. Bandung: PT. Refika Aditama.
[1] https://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2tsusu.pdf
diakses pada tanggal 09 september 2014 pukul 15.34
[2] Asep Sufyan Ramadhy, Reproduksi Biologi, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2011), Hal. 277-281.
[3]
KEMENAG RI, Kesehatan
dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
2012), Hal. 82-85
[4]
KEMENAG RI, Kesehatan
dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
2012), Hal. 89-91.
0 komentar:
Post a Comment