Thursday, August 31, 2017

Makalah Penyusuan Anak dalam Perspektif Alquran dan Sains

PENYUSUAN ANAK DALAM PERSPEKTIF
AL-QURAN DAN SAINS

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Al Qur’an dan IPTEK
Dosen Pengampu: Luthfiyah M.Ag.



Disusun Oleh PAI 3A:
Anisbatul Yasiroh       (133111023)
Eva Ade L                  (133111024)
Siti Muzaroah              (133111025)
Siti Munafi’ah             (133111026)
Nabilah                        (133111027)
Direvisi Oleh:
Baihaqi An Nizar        (133111013)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
I.                   PENDAHULUAN
Di Indonesia masalah gizi buruk hingga saat ini masih belum teratasi. Salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini, di Indonesia adalah kurang kalori, dan protein. Hal ini banyak ditemukan  pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan golongan rentan. Selain itu banyak ibu yang melahirkan bayi prematur yaitu bayi dengan berat badan rendah karena tidak sesuai dengan usia kelahirannya.
Bayi dengan berat badan rendah memiliki resiko besar terkena infeksi dan lebih memperlukan ASI lebih besar dibanding bayi dengan berat badan normal. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI.  Namun, banyak ibu yang mengganti ASI dengan susu  formula. Padahal hal itu sangatlah tidak baik untuk seorang bayi.
Bayi umumnya diberikan hingga bayi berusia enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang utama bagi bayi. Tetapi banyak ibu-ibu yang memberikan ASI hanya selama 3 bulan bahkan ada yang hanya memberikan ASI selama 1 bulan saja dikarenakan kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan dan tumbuh kembang bayi.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.       Apakah pengertian penyusuan anak?
B.       Bagaimana fase pembentukan ASI (Air Susu Ibu)?
C.       Bagaimana hukum penyusuan anak?
D.       Apakah manfaat penyusuan terhadap anak?

III.             PEMBAHASAN
A.       Pengertian Penyusuan Anak
Menurut Surya Atmaja menyusui adalah Realisasi dari tugas yang wajar dan mulia. Menyusui adalah proses memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan air susu ibu langsung dari payudara ibu.[1] Setelah dilahirkan, seorang bayi dikaruniai refleks menghisap. Refleks ini membuat seorang bayi tanpa sadar akan selalu menghisap benda yang dimasukan ke dalam mulutnya. Begitu pula bila yang dimasukan adalah puting payudara maka ia akan otomatis menghisapnya. Fenomena ini sangat menguntungkan bagi ibu yang akan menyusui bayinya selama rentang waktu enam bulan sebelum diberikan makanan tambahan pendamping ASI. WHO sebagai induk organisasi kesehatan sedunia menyarankan pemberian ASI minimal sampai dengan bayi berusia 2 tahun dengan pemberian secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Pemberian eksklusif selama 6 bulan sangat penting dalam mencegah diare dan penyakit saluran nafas yang tidak didapatkan pada pemberian susu formula.

B.       Fase Pembentukan ASI (Air Susu Ibu)
Air Susu Ibu (ASI) mengandung lebih dari 100 zat. Pada dasarnya ASI merupakan emulsi lemak dalam fase cairan yang isotonik dengan plasma. Dalam cairan ASI mengandung beberapa zat di antaranya:
1.    3-5% Lemak
2.    1% Protein
3.    7% Laktosa
4.    0,2% Mineral
5.    60-75 kkal/dL Kalori
ASI terdiri dari 3 fase pembentukan dan pengeluaran yaitu:
1.    Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang pertama kali keluar melahirkan. kolostrum merupakan cairan kuning alkalis dengan BJ 1,030-1,035 yang merupakan cairan yang pertama kali keluar, sebelum ASI. Kolostrum tidak ada artinya sebagai makanan, namun memiliki sifat laksania. Bardasarkan penelitian kolostrum mengandung globulin yang berperan sebagai antibodi sehingga diasumsikan dapat meningkatkan imunitas anak terhadap penyakit.
2.    ASI Transisi
Fase kedua pengeluaran ASI disebut transisi. ASI ini sebetulnya merupakan perpindahan dari kolostrum menjadi ASI mastrum.
3.    ASI Matur
ASI matur ini mempunyai warna yang kekuning-kuningan, komposisi ASI ini kurang lebih 1-2% protein, 3-5% lemak, 6,5-8% laktosa (gula) dan 0,1-0,2% garam mineral. Volume atau banyaknya ASI sangat tergantung pada banyaknya cairan yang diminum ibu, seperti mengonsumsi obat-obatan menyebabkan penurunan produksi ASI. Ada beberapa keadaan dimana ibu tidak boleh menyusui bayinya, seperti saat dalam kondisi terjadinya peradangan payudara yang akut, si ibu menderita penyakit menular, keadaan ibu yang kurang baik.
ASI dari seorang ibu yang sehat dalam memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Produksi ASI pada bulan pertama adalah sekitar 600 ml per hari yang meningkat sampai sekitar 800 ml per hari pada bulan keenam. Kadar kolesterol ASi lebih tinggi daripada dalam air susu sapi. Kekebalan bayi yang mengomsumsi ASI lebih bagus dari pada bayi yang mengonsumsi susu formula, karena ASI mengandung banyak zat protektif yang melindungi bayi dari infeksi.[2]

C.       Hukum penyusuan anak
Ditinjau dari aspek hukum Islam, perempuan tempat anak menyususi sebenarnya ada dua macam, yaitu ibu kandung dan perempuan lain. Ulama Fikih sepakat bahwa seorang ibu dilihat dari hukum ukhrawi (diyanatan), wajib menyusui anaknya, karena menyusui anak merupakan upaya pemeliharaan kelangsungan hidup anak, baik ibu ini masih berstatus istri ayah sang anak, maupun dalam masa ‘iddah atau habis masa ‘iddah-nya setelah dicerai suaminya (ayah sang anak).
Banyak perbedaan pendapat dalam menafsirkan al-waliadat (para ibu) yang diperintahkan menyusukan anaknya dalam surah al-Baqarah/ 2: 233. Diantara para ulama  yang berbeda pendapat yaitu:
1.    Al-Qurtabi membatasi kata al-walidat bagi ibu yang masih berstatus sebagai istri dari ayah sang anak (hal baqa’ an-nikah).
2.    Ad-Dahhak dan as-Suddi membatasinya untuk para ibu yang telah bercerai (al-mutallaqat).
3.    Al-Alusi berpendapat bahwa karena tidak ada pembatasan (takhsis), maka kata tersebut berlaku umum, baik ibu yang masih berstatus istri maupun dalam masa ‘iddah (talaq raj’i) atau habis masa ‘iddah-nya (mutallaqah).
Meskipun ada perbedaan pendapat dalam menentukan makna perintah menyusui ini dari yang mewajibkan sampain yang hanya sekedar bermakna dianjurkan, mayoritas ulama Islam sepakat bahwa para ibu berkewajiban dan karenanya boleh dipaksa oleh hakim dari pengadilan yang berwenang untuk menyusui anaknya dalam 3 kondisi:
1.    Anak itu menolak menerima air susu selain dari asi ibunya
2.    Tidak ada wanita lain yang bisa menyusui anak tersebut
3.    Ayah atau anak itu tidak memiliki harta untuk membayar upah wanita lain (az-zi’r) yang menyusui anaknya.         
Khusus untuk madzhab Syafi’i, selain dalam tiga hal diatas, ada hal lain yang membenarkan seorang hakim memaksa seorang ibu menyusui anaknya, yaitu pada tetesan pertama ASI (kolostrum/ al-lab’) yang keluar beberapa hari pasca persalinan.[3]

D.       Manfaat penyusuan terhadap anak
Begitu banyak daftar manfaat ASI untuk bayi yang setiap hari terus bertambah. Di antara keistimewaan ASI, yang oleh Harun Yahya disebut sebagai “cairan ajaib”, dapat disebut secara singkat antara lain:
1.    ASI memperkuat sistem kekebalan tubuh. Komponen utama pembangun sistem kekebalan tubuh pada ASI adalah prebiotik
2.    ASI menurunkan terjadinya resiko alergi
3.    ASI menurunkan resiko terjadinya penyakit pada saluran pencernaan, seperti diare dan meningkatkan kekebalan pada sistem pencernaan
4.    ASI menurunkan resiko gangguan pernafasan
5.    ASI kaya akan AA | DHA yang mendukung pertumbuhan kecerdasan anak
6.    ASI mengandung prebiotik alami untuk mendukung pertumbuhan flora usus
7.    ASI memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan seimbang
8.    Bayi-bayi yang diberikan ASI menjadi lebih kuat
9.    Bayi-bayi yang menerima ASI memiliki resiko lebih rendah dari penyakit jantung dan darah tinggi kemudian hari
10.                        Menurut hasil penelitian, menyusui telah terbukti dapat menurunkan resiko kanker payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis
Seperti yang telah disebutkan diatas, ASI juga memberikan keuntungan secara psikologi baik bagi bayi maupun ibu, antara lain :
1.    Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih  sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormone terutama oksitosin yang pada  akhirnya akan meningkatkan produksi ASI
2.    Interaksi Ibu dan bayi : pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut
3.    Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal ssejak bayi masih dalam rahim
4.    Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi
5.    Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ poin 4,3 poin lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin lebih tinggi pada usia 3 tahun,  dan 8,3 poin lebih tinggi pada usia 8,3 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI
6.    Dalam psikologi perkembangan, periode paling awal pada perkembangan kepribadian anak, letak kenikmatan adalah pada mulut mereka. Freud menyebutkan periode oral. Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke mulutnya. Kesenangan ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketika dia menyusu pada ibunya. Dia lalu belajar untuk memasukkan apa saja ke dalam mmulutnya
7.    Sebelum mencapai  usia 4 bulan seorang bayi hanya memiliki kemampuan mengisap ASI (refleks mengisap), baru pada usia 4 bulan kemampuan bayi bertambah dengan kemampuan mengunyah (refleks mengunyah). Dengan memperhatikan perkembangan kemampuan refleks yang dimiliki inilah para ahli menganjurkan agar bayi hanya diberikan ASI saja secara eksklusif sampai kemampuan refleks mengunyahnya muncul (setelah 4 bulan).
Di samping manfaat kesehatan fisik dan psikis, sebenarnya dalam menyusui juga mengandung manfaat-manfaat lainnya, seperti ekonomi.  Sebab dengan menyusui bayi dengan ASI secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi berumur 4-6 bulan. Dengan demikian, akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. Keuntungan menyusukan bayi juga didapatkan oleh sang ibu, karena program menyusui secara eksklusif dapat mencegah pendarahan pasca persalinan, mencegah pembengkakan payudara, dan dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alami (KB) yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).[4]

IV.             KESIMPULAN
Menyusui adalah proses memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan air susu ibu langsung dari payudara ibu. ASI terdiri dari 3 fase pembentukan dan pengeluaran yaitu Kolostrum, Asi Transisi, dan ASI Matur. Ulama Fikih sepakat bahwa seorang ibu dilihat dari hukum ukhrawi (diyanatan), wajib menyusui anaknya, karena menyusui anak merupakan upaya pemeliharaan kelangsungan hidup anak, baik ibu ini masih berstatus istri ayah sang anak, maupun dalam masa ‘iddah atau habis masa ‘iddah-nya setelah dicerai suaminya (ayah sang anak). Banyak manfaat dari pemberian ASI kepada anak. Diantaranya adalah bayi-bayi yang diberikan ASI menjadi lebih kuat, Bayi-bayi yang menerima ASI memiliki resiko lebih rendah dari penyakit jantung dan darah tinggi kemudian hari, menyusui telah terbukti dapat menurunkan resiko kanker payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis.

V.                PENUTUP
Dengan berakhirnya makalah yang dibuat ini, penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangum demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

RI, KEMENAG. 2012. Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Sufyan Ramadhy, Asep. 2011. Reproduksi Biologi. Bandung: PT. Refika Aditama.



[1] https://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2tsusu.pdf diakses pada tanggal 09 september 2014 pukul 15.34
[2] Asep Sufyan Ramadhy, Reproduksi Biologi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), Hal. 277-281.
[3] KEMENAG RI, Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), Hal. 82-85
[4] KEMENAG RI, Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), Hal. 89-91.

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More