Saturday, November 11, 2017

Gerakan Mahasiswa, Dulu dan Sekarang


Oleh: Baihaqi Annizar

Lain dulu lain sekarang. Ditilik dari sejarahnya, gerakan mahasiswa dari masa ke masa penuh dengan dinamika dan fluktuasi. Bahkan sekarang, degradasi gerakan mahasiswa kian menukik disegala lini. Organisasi-organisasi kemahasiswaan yang aktif mengawal isu-isu kemanusiaan, sudah tidak lagi diminati. Orator-orator muda yang garang melantangkan suara rakyat, kini sudah jarang ditemui. Ribuan mahasiswa yang turun ke jalan menyuarakan aspirasi masyarakat, kini bisa dihitung jari. Apakah ini yang disebut dengan dampak negatif arus globalisasi. Atau justru ini merupakan gaya pemuda masa kini yang miskin hati nurani.

Pertanyaanya sekarang, dimanakah budaya intelektual para pemuda yang berhasil menggagas kebangkitan nasional (1908)? Dimana semangat juang kaum muda yang pernah berhasil merebut kemerdekaan (1945)? Mana kegarangan teriakan mahasiswa yang telah meruntuhkan Kerajaan 32 tahun Soeharto (1998)? Kemanakah para penerus cita-cita bangsa di zaman ini? Jawabannya mungkin bisa kita lihat di mall-mall yang dipenuhi kaum muda. Di pinggiran jalan dengan sekumpulan klub motornya, di kafe dengan budaya bebasnya, atau di konser musik yang berdesak-desakan. Mungkin tidak semua, namun itulah kenyatannya.

Tantangan

Dampak negatif globalisasi munghujam deras dalam alur pikiran pemuda masa kini. Arus modernisasi, terlebih budaya westernisasi kian sulit diantisipasi. Gaung hedonisme sudah tidak bisa dibendung lagi. Antibodi idealitas dan semangat antikemapanan dianggap tidak relevan lagi. Mayoritas generasi muda lebih senang berhura-hura, dengan mengerdilkan intelektualnya. Keseharian mereka hanya diisi dengan budaya non akademis, tidak mau belajar, malas bergelut dengan dunia diskusi apalagi turun aksi berdemonstrasi. Akibatnya, terjerumus dalam manuver modernisasi yang membuatnya menjadi kaum pragmatis.

Belum lagi masalah yang berkaitan dengan sistem birokrasi kampus. Banyak kebijakan yang secara terstuktur dan masif mengekang kebebasan mahasiswa. Ketentuan maksimal lima tahun masa studi disinyalir membatasi ruang gerak berorganisasi. Apalagi dengan adanya sistem administrasi Uang Kuliah Tunggal (UKT)disebagian perguruan tinggiyang mengharuskan empat tahun lulus. Ketidakmampuan perguruan tinggi membangun kapasitas keilmuan yang secara kritis mampu memberikan banyak perspektif epistemis, berpengaruh pada kualitas mahasiswa yang dihasilkannya.

Perguruan tinggi hanya sekadar menjadi mesin pabrik yang melahirkan produk massal bernama sarjana, yang bahan mentahnya adalah mahasiswa. Perguruan tinggi juga hanya menjadi konsumen yang mengikuti selera pasar dalam menciptakan produk-produknya. Dalam konteks lain, perguruan tinggi kemudian menjadi kelompok oportunis yang dibungkus oleh legitimasi ilmiah yang demikian canggih. Sistem ini membuat kaum cendikiawan yang sejatinya memiliki nalar kritis kini seakan dibungkam. Akibatnya mahasiswa hanya dituntut lulus cepat tanpa diimbangi dengan modal intelektual yang memadai.

Hal diatas dampaknya bisa kita lihat faktanya secara langsung. Banyak mahasiswa yang setelah lulus kembali ke kampung halamannya tetapi tidak memiliki ruang aktualisasi dikarenakan miskin pengalaman. Para sarjana muda yang gugup bermasyarakat, bagaimana mau turut andil dalam memajukan bangsa. Para sarjana tidak punya kreatifitas sehingga menciptakan atau bahkan sekadar mencari pekerjaan (pengangguran). Para sarjana yang  hanya menjadi buruh-buruh yang tidak punya kuasa apa-apa setelah mereka terjun ke dunia kerja.

Transformasi Paradigma                  
                                                                
Jika hal ini terus membudaya, mahasiswa ataupun para sarjana justru turut andil memperburuk keadaan bangsa Indonesia. Bukannya menyelesaikan masalah, mereka justru bagian dari masalah. Hal ini harus segera diantisipasi dengan bertransformasi pola pikir atau paradigma. Arti transformasi disini bukan berarti mereduksi semua metode gerakan kemahasiswaan yang dulu sudah berkembang, akan tetapi lebih ditekankan pada persoalan bagaimana mengemas gerakan mahasiswa yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Setiap masa memiliki zamannya masing-masing, memiliki sarana pembelajaran dan aktualisasi masing-masing, tentunya juga memiliki cara menjawab tantangan zaman dan masa depan tersendiri. Jika dahulu musuhnya kolonialisasi, sekarang adalah globalisasi. Dalam perspektif idealis, mahasiswa merupakan aset masa depan bangsa, karena mereka adalah kelompok minoritas dari masyarakatnya yang terpelajar. Mereka adalah manusia yang dididik agar menjadi intelektual yang kontributif, mampu memahami permasalahan di sekitarnya, kemudian menganalisis serta memformulasikan solusi masalah tersebut dalam bentuk nyata.

Bentuk nyata dari perjuangan melawan tirani sangatlah beragam. Salah satunya dengan turun aksi ke jalanan melakukan demonstrasi. Selagi negara ini masih menggunakan sistem demokrasi, maka demonstrasi (menyampaikan pendapat dimuka umum) hukumnya legal dan dilindungi Undang-Undang Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Duham). Untuk menjawab kebutuhan zaman, tentunya cara konvensional (demonstrasi) ini harus diimbangi dengan hal lain yang tidak kalah pentingnya. Salah satunya yakni mengkritisi lewat budaya literasi (tulisan), di publis sehingga bisa dibaca oleh masyarakat seantero dunia.

Dalam perspektif lain, mahasiswa selain mempunyai tanggung jawab sosial (agent of social control), juga memiliki tanggung jawab personal (iron stock) yaitu orang yang digadang-gadang menjadi pemimpin negeri ini. Keduanya hasus balance, berjalan seimbang. Selain mengadvokasi kaum marginal, mahasiswa juga mempunyai tanggung jawab menyelesaikan tugas kuliah. Lebih dari itu, mahasiswa idealnya harus memiliki prestasi unggul, seperti melakukan penelitian, mampu menelurkan karya-karya menawan, bisa menghadirkan gagasan-gagasan cemerlang untuk kemanusian dan peradaban Indonesia yang lebih maju.


Pernah dipublikasikan di Buletin Kosmopolit, media milik Lembaga Kajian dan Penerbitan (LKaP) PMII Rayon Abdurrahman Wahid.

2 komentar:


Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More