Friday, November 14, 2014

Penyuntingan Karya Tulis Ilmiyah



PENYUNTINGAN KARYA TULIS ILMIYAH

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiyah
Dosen Penampu : Khasan Ubadilah, S.Pd.I


 Disusun Oleh :
Baihaqi                     (133111013)

Rizqi Ainunhayati       (133111014)
Edi Sudi Hartono       (133111015)
Muhamad Basori        (133111016)
Nur Rizkoh H.H.        (133111017)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN  KEGURUAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2013

I.        PENDAHULUAN
      Dalam penulisan karya tulis ilmiah proses penyuntingan sangat penting untuk dilakukan. Penyuntingan merupakan aktivitas  menyiapkan  naskah dan sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya.
      Di dalam karya tulis ilmiah, penyuntingan atau pengeditan dilakukan pada isi, paragraf, dan kebahasaan. Karya tulis ilmiah yang baik adalah jika isi tulisan tersebut mengena para pembaca, oleh karenanya harus ditunjang dengan isi yang berbobot. Karya tulis ilmiah juga dikatakan baik jika mengandung paragraf yang efektif di mana  paragraf tersebut berisi kalimat-kalimat yang efektif.
      Dalam proses penyuntingan yang dilakukan pada isi, paragraf, ragangan atau outline, harus memperhatikan aturan-aturan yang telah di tentukan. Misalnya dalam penyuntingan paragraf perlu memperhatikan susunan kata, dalam penyuntingan ragangan perlu memeperhatikan kesempurnaan dari gagasan karya tulis dan lain sebagainya. Dapat dikatakan bahwa baik atau tidakanya suatu karya tulis ilmiah harus mampu lolos dari proses editing karya tulis ilmiah.

II.        RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah hakikat editing karya tulis ilmiah?
B.     Bagaimana cara mengedit suatu isi/ materi/ gagasan?
C.     Bagaimana cara mengedit suatu paragraf?
D.    Bagaimana cara mengedit suatu ragangan atau outline?
E.     Bagaimana cara mengedit suatu kebahasaan?

III.        PEMBAHASAN
A.    Hakikat Editing Karya Tulis Ilmiah
Penyuntingan secara umum adalah aktivitas menyiapkan naskah dan sebagainya untuk diedarkan dan diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajianya. Sementara itu, menurut kalangan penerbit, penyuntingan berarti menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan naskah orang lain untuk penerbitan atau penyiaran. Sedangkan koreksi merupakan kegiatan pemeriksaan kembali suatu naskah dalam rangka perbaikan. Untuk menjadi penyunting yang baik dan bertanggung jawab, seseorang hendaklah memahami dan menghayati eksistensi profesionalisme penyuntingan. Profesionalisme ini, dapat di rinci sebagai berikut:
1.      Memahami prinsip tata permainan bahasa-bahasa bahwa dalam kehidupan sehari-hari terdapat bermacam-macam penggunaan bahasa.
2.      Memahami teknik penulisan sesuai dengan laras tulisan dan sekaligus memahami tata permainan bahasa dalam bahasa tulis.
3.      Memahami pertalian erat antara dunia penulisan dan dunia marketing. Karena pada dasarnya menulis akan melahirkan produk.
4.      Yakin bahwa topik yang ditulis akan mendatangkan pencerahan bagi pembaca.
5.      Jernih dan objektif dalam menyikapi perbedaan pendapat. Maksud dari jernih yaitu tidak menimbulkan pembaca kebingungan dan objektif berarti sejauh dalam jangkauan akal manusia.
6.      Memahami kecenderungan yang berlangsung dan berkembang terus-menerus dalam masyarakat. Modal utamanya adalah harus lebih sering membuka pikiran terhadap informasi baru.[1]
Berkaitan dengan unsur-usur profesionalisme kepenyuntingan di atas, pada dasarnya aktivitas kepenulisan tidak lepas dari bahasa. Itu sebabnya, perlu dipahami mengapa dalam berbahasa dapat terjadi kesalahan.[2]
B.     Editing Isi / Materi / Gagasan
Isi/Materi/Gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya oleh pembaca, terkadang terdapat karya tulis yang sudah dikemas dengan baik namun isi dari tulisan tersebut kurang mengena di telinga para pembaca, karena itu kemasan yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot pula agar para pembaca tidak hanya membolak-balik setiap lembar tulisan kita tanpa membacanya. Apa pertama-tama yang harus diperbaiki?
1.      Perbaikan daya tarik
    Yang paling utama ialah daya tarik naskah itu. Meskipun kata-kata yang dipakai sudah indah, kalimat yang disusun sudah benar memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan alenia yang dirangkai sudah urut berkesinambungan, tetapi kalau daya tariknya nol, naskah itu mungkin masih ditolak juga. Misalnya:
Sudah lama ada informasi gugon tohon bahwa kelapa dapat dibuat kopyor kalau batangnya dipukuli dengan sebatang kayusampai beberapa kali.
    Contoh di atas kalimatnya tidak indah, tapi akan lebih indah jika kalimatnya diganti seperti ini:
Sebetulnya juga sudah lama ada desas desus bahwa kelapa bisa dibuat kopyor kalau pohonnya dipukuli sampai setengah mati. tapi sangat boleh jadi orang yang memukuli itu yang setengah mati.
    Maka kalimat tersebut tiba-tiba menjadi humoris, memancing senyum. kalimat mati juga bisa ‘hidup kembali’ kalau dirombak dengan bumbu-bumbu humor
2.      Bahasa Komunikatif
    Agar tulisan terasa populer, penggambaran fakta dan tubuh sebaiknya disertai dengan pelukisan contoh perumpamaan, yang mengingatkan pembaca pada pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki. Seperti misalnya “suaranya merdu bak buluh perindu”, atau “suaranya kusut seperti benang dilanda ayam pengor”.
Bahasa yang komunikatif sendiri adalah:
a.       Bahasa populer cepat ditangkap.
b.      Ringkas tapi jelas.
c.       Lengkap dan teliti.
d.      Kata kecil dan kalimat pendek.
e.       Alenia beruntun yang makin memikat.
3.      Tatacara penulisan feature
Tata cara dalam tulis-menulis keilmuan juga menghendaki penyantuman sumber literaturnya. Caranya bermacam-macam, cara yang paling sederhana adalah menyantumkan nama penulis publikasi yang dikutip informasinya itu dalam kurung, diikuti tahun, di belakang kalimat atau alinea yang merupakan kutipan dari publikasi itu. Pada bagian akhir tulisan disertakan daftar pustaka yang disusun urut menurut abjad nama penulis publikasi yang bersangkutan.
4.      Perombakan alenia naif dan pedant
Alinea yang naif, kurang enak untuk dibaca, jika dibiarkan tidak dikoreksi menjadi alinea yang lebih dewasa. Ia memberi perasaan kepada pembaca seolah-olah mereka masih kekanak-kanakan dan diberi bahan bacaan yang kekanak-kanakan pula.
contoh alinea naif:
sebagaimana kita semua telah mengetahui, pernapasan mahluk hidup itu menghasilkan gas CO2. CO2 bagi kehidupan manusia dan manusia bisa merupakan racun, kalau terhirup banyak-banyak.
tetapi tahukah anda bahwa CO2 itu justru diperlukan tumbuh-tumbuhan yang berhijau daun? hijau daun yang dalam bahasa ilmiah disebut klorofil mampu menyerap dan mengolah CO2 bersama air untuk dijadikan zat tepung dalam tubuh tanaman. Dan sebagai hasil proses pengolahan itu, timbullah O2. Proses ini disebut fotosintesis tumbuh-tumbuhan, karena mensintesis bahan makanan dengan bantuan cahaya matahari.
Dirombak secara total, alinea itu dapat lebih didewasakan sebagai berikut:
Pernapasan mahluk hidup menghasilkan CO2, yang bila terhirup kembali dalam jumlah besar, mengganggu kesehatan. Tetapi kalau diserap lagi oleh tumbuh-tumbuhan berklorofil, yang sedang berfotosintesis, gas CO2 itu tak akan mengganggu kesehatan lagi.
Selain alinea naif alinea pendant juga mengganggu. Ia memamerkan ilmu, teori dan aturan secara berlebihan, sampai hal-hal yang kecil dan tidak penting juga diperlukan seperti sesuatu yang besar. Alinea yang pendant tidak memakai kata yang sederhana kalau ada kesempatan memakai kata yang sulit dan istilah asing yang keren.
5.      Nada penulisan yang bersahabat
Keberhasilan menulis populer juga sangat dipengarui oleh nada  penulisan. Sebagian tulisan bergantung pada bahan informasi asli yang diolah. Kalau tulisan aslinya bernada mengadu karena tidak puas misalnya emosional mendebarkan jantung, propaganda, atau agitatif menimbulkan permusuhan, sudah tentu ini tidak akan berhasil kita susun kembali menjadi naskah populer yang mestinya bernada riang gembira memancing senyum.
C.    Editing Paragraf
Dalam kegiatan editing karya tulis ilmiah pengeditan paragraf adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan, karena kita sering menjumpai paragraf yang isinya kurang efektif. Tulisan yang efektif harus mengandung unsur-unsur; singkat, jelas, tepat, aliran logika lancar.[3] Sebuah paragraf dikatakan efektif jika dapat menginformasikan berbagai gagasan atau maksud penulis dalam alur pikiran yang lancar, logis, tepat dalam kaitannya dengan paragraf-paragraf lain yang tersusun membentuk satu unit tulisan yang utuh (discourse).[4]
Dalam melakukan pengeditan paragraf karya tulis ilmiah ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan bagaimanakah sebenarnya paragraf yang efektif tersebut.
1.      Ungkapan tindakan penting dengan kata kerja yang tepat, bukan dengan kata benda. Contoh:
a.       Rektor membuat keputusan untuk mengakhiri Program Kuliah Kerja Nyata.
b.      Rektor memutuskan untuk mengakhiri program Kuliah Kerja Nyata.
Kalimat “B” dibuat lebih singkat dari kalimat “A” tanpa merubah maknanya. Dengan demikian, sebaiknya kalimat disusun dengan kata kerja yang langsung menyatakan tindakan/kegiatan subjek kalimat (pelaku) , bukan kata benda, karena itu akan lebih mudah dimengerti.
2.      Letakkan pelaku sebagai subjek sedekat mungkin dengan kata kerjanya. Contoh:
a.       Ahli psikologi dengan berbagai cara telah mempelajari kreativitas.
b.      Ahli psikologi telah mempelajari kreativitas dengan berbagai cara.
Pada kalimat “B”, subjek diletakkan dekat dengan kata kerjanya. Perhatikan bahwa kalimat “B” lebih mudah dimengerti dari pada kalimat “A”.
3.      Letakkan informasi yang lebih singkat sebelum informasi yang panjang dan kompleks. Contoh:
a.       Peniciline, amoxyciline, erythromycine, tettacycline adalah jenis-jenis antibiotik yang banyak digunakan di Indonesia
b.      Indonesia banyak menggunakan jenis-jenis antibiotik seperti Peniciline, amoxyciline, erythromycine, tettacycline.
Kalimat-kalimat “B” lebih jelas dari kalimat “A”.
4.      Pelihara integritas atau kesatuan (Co-Core-Others)
Co singkatan dari connectors dan orientators (penghubung dan penentu orientasi). Letaknya di depan core. Unsur di depan core harus lebih pendek supaya pembaca dapat segera menuju ke core. sesuai dengan namanya, connectors dan orientators berfungsi untuk menghubungkan informasi secara logis dan memberikan orientasi informasi kepada pembaca. Contoh dari connectors seperti: atau, apakah, sesudah, untuk itu, dll. 
5.      Letakkan informasi yang familier dan berulang di awal kalimat.
Informasi yang familier lebih mudah dicerna oleh para pembaca, oleh karena itu harus diletakkan di awal kalimat. Bila kita meletakkan informasi baru di awal kalimat, pembaca akan mengalami kesulitan sejak awal, sehingga sulit mengikuti dan menghubungkannya dengan bagian kalimat-kalimat berikutnya.
6.      Letakkan informasi baru dan tidak terduga di akhir kalimat dan berilah penekanan (stress).
Membuat tulisan pada dasarnya adalah memberi informasi kepada pembaca. dalam membaca kalimat-kalimat, pembaca akan membuat presepsi apakah informasi pada kalimat itu baru atau lama.
Contoh kalimat yang meletakkan informasi penting di akhir kalimat.
a.       Meskipun saya belajar banyak sekali tentang penulisan, pelajaran menulis ini sangat menyita waktu.
b.      Meskipun pelajaran menulis ini sangat menyita waktu, saya belajar banyak sekali tentang penulisan.
Kalimat “B” lebih menekankan manfaat yang dapat dipetik dari pelajaran menulis di akhir kalimat. Bagian yang dicetak miring merupakat pemberian tekanan pada kalimat. Bagian ini menuntun pembaca ke informasi kalimat-kalimat berikutnya.
7.      Susunlah tali-tali topik untuk membentuk paparan informasi yang tepat dan kosisten.
Tali topik antar kalimat harus beraturan. Peraturan, koherensi dan kohesi dibentuk dengan menulis topik (informasi lama, familier, mudah) di depan dan penekanan/stress (informasi baru, penting, sulit) di belakang. Sebagai contoh perhatikan kalimat di bawah ini. Topik kalimat berikut ini adalah Ayana.
a.       Pada usia 42 tahun, Ayana diangkat menjadi guru besar Antropologi di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Perhatikan perbedaan kalimat di atas dengan kalimat berikut. Topik kalimat berikut ini adalah Amalia.
b.      Pada usia 42 tahun, Ayana mengangkat Amalia menjadi asisten dosen di laboratorium Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 
8.      Buatlah rancangan issue untuk setiap paragraf tulisan. Setiap issue harus berkaitan dengan isi diskusi di bagian akhir paragraf sebelumnya.
Dalam editing paragraf karya tulis ilmiah kita harus memperhatikan kerangka tulisan yang terdiri dari banyak paragraf, apakah issue dari setiap paragraf sudah berkaitan dan mengarah ke isi diskusi (bagian akhir paragraf).
9.      Rumuskan sentence point (maksud-maksud kalimat) yang tepat untuk setiap discourse (unit tulisan).
Dalam editing paragraf kita harus mengetahui sentence point  (maksud kalimat) dari setiap paragraf, banyak penulis mengawali kalimat dengan pemberitahuan tentang apa yang mereka lakukan. Mereka berfikir bahwa pemberitahuan ini sama dengan sentence point; padahal tidak demikian. Bagian kalimat seperti itu disebut meta discourse Contoh:
a.       Saya akan menganalisis bagaimana Darwin menggunakan primata untuk menerangkan teori evolusi.
b.      Darwin menggunakan primata untuk menerangkan teori evolusi.
Jika kita melihat kata-kata yang dicetak miring pada kalimat a adalah metadiscourse. Setelah kita menghilangkannya pada kalimat b kalimat tersebut menjadi lebih jelas karena dinyatakan secara langsung.
10.  Biasakan untuk meletakkan sentence point di bagian akhir issue, jangan di bagian akhir diskusi.
Dalam proses editing kita harus memperhatikan kalimat-kalimatnya, apakah sentence point sudah diletakkan di akhir issue. Bila sentence point pada bagian akhir paragraf adalah anticipatory point, maka maksud utama paragraf harus dijabarkan pada bagian akhir diskusi.
Dari penjelasan di atas kita dapat menjadikan sebuah paragraf agar  menjadi lebih efektif dan mudah dipahami oleh para pembaca. Dalam penulisannya sendiri yang perlu diperhatikan dari sebuah paragraf adalah; jenis huruf, bilangan dan satuan, jarak baris, batas, penetikan, alenia baru, permulaan kalimat, pembagian bab dan sub bab, rincian ke bawah dan letak simetris. Dalam penulisan karya tulis ilmiah biasanya huruf yang digunakan adalah Times New Rowman atau Ariel dengan ukuran huruf 12 dan spasi 1,5.[5]
D.    Editing Ragangan / Outline
Struktur outline bergantung pada banyak hal yang berhubungan dengan tujuan karangan dan  kehendak  penulis. Pedoman umum yang harus diperhatikan bahwa outline harus selalu mendahulukan penjelasan masalah dan tujuan karangan, supaya setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang akan dijumpainya di dalam karangan itu mengapa demikian. Secara logis akan menyusul segala argumentasi yang dianggap penting untuk menjelaskan masalah dan tujuan itu, kemudian akan menyusul penjelasan tentang cara-cara yang akan ditempuh untuk memecahkan masalah.
Setelah itu baru dapat diadakan penguraian atau pembagian pokok masalah menjadi cabang-cabang  masalah, dengan menonjolkan aspek-aspek yang paling penting di dalam pemecahanya, dalam hal ini dapat di tempuh dengan cara menonjolkan hal-hal yang umum kemudian mendekati hal-hal yang khusus ataupun sebaliknya.[6]
E.     Editing Kebahasaan
Dalam segi sintagmatik penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari dua hal. Yang pertama kesalahan yang di sebabkan oleh faktor berkurangnya konsentrasi dan perhatian. Jenis kesalahan seperti ini disebut kesalahan performansi atau kesalahan kinerja. Misalnya kata “jangan” di bunyikan “zangan”, terbalik dalam penulisan kata maupun lidah terselip ketika mengucapkan kata-kata.
Yang kedua kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan teoritis kebahasaan. Kesalahan seperti ini disebut kesalahan kompetensi atau kesalahan kecakapan dan biasa disebut dengan istilah error[7]. Misalnya akibat tidak mengetahui kaidah bahasa, maka keliru dalam menerapkan kaidah ejaan atau keliru dalam menyusun kalimat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam editting bahasa:
1.      Interferensi atau percampuran bahasa.
Dalam bahasa indonesia, sering kali sulit di hindari mengapa dalam berbahasa indonesia cenderung terpengaruh dengan bahasa lain. Misalnya dalam berbahasa indonesia susunan kata yang digunakan sama dengan kalimat bahasa jawa. “ini pintunya dibuka saja” dalam bahasa jawa “iki lawange dibuka wae”. Situasi semacam ini disebut interferensi. Namun, biasanya interferensi diakibatkan oleh adanya kedwibahasaan.
2.      Kedwibahasaan atau billngualisme.
Kedwibahasaan diakibatkan oleh seseorang yang memiliki dua bahasa atau lebih. Misal saja seorang jawa sedang berbahasa indonesia, kemudian dalam kata-katanya terselip bahasa jawa, berarti ia mengalami interferensi.
3.      Pemerolehan bahasa.
Hal ini muncul akibat dari pengajaran bahasa secara formal dan informal. Harding dan Riley menegaskan bahwa setengah dari penduduk dunia adalah dwibahasawan. Hal tersebut yang banyak mempengaruhi seseorang dalam penulisan karya tulis. Apabila kedwibahasaan masih melekat pada diri seseorang maka penulisan karya tulis orang tersebut akan menjadi tidak bagus.
4.      Pengajaran bahasa.
Aktivitas pengajaran bahasa, baik secara formal maupun informal, sudah berlangsung  sejak zaman yunani. Hal ini terpengaruh oleh berbagai hal, politik, penjajahan budaya, ekonomi, penyebaran agama dan ideologi. Hal tersebut yang juga mempengaruhi dalam penulisan karya tulis. Karena biasanya terlalu mengagungkan salah satu bahasa. Misalnya saja di indonesia ini yang lebih mengagungkan bahasa Inggris dari pada bahasa Indonesia sendiri.
Bahasa yang digunakan dalam karangan ilmiah itu harus baik dan benar jika menggunakan bahasa indonesia penulis harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
a.       Memperhatikan hukum D-M (Diterangkan-Menerangkan) dalam tata bahasanya.
b.      Terminologinya tepat dengan menggunakan istilah-istilah yang tepat.
c.       Kalimat yang bermutu yaitu dapat membangkitkan perhatian pembacanya.
d.      Susunan kalimat bentuk pasif, orang ketiga yaitu: “ hal itu dikerjakan oleh ’’dua’’.
e.       Setiap paragraf jelas menyampaikan suatu gagasan. Dalam membicarakan satu gagasan, maka setidaknya ada tiga paragraf sebagai berikut.
1)         Paragraf pertama : menghantarkan materi pembicaraan.
2)         Paragraf kedua : menyajikan masalah diskusi dan cara.
3)         Paragraf ketiga : memuat simpulan diskusi dan mungkin       tujuan pembicaraan.[8]

IV.        KESIMPULAN
A.    Penyuntingan adalah aktivitas menyiapkan naskah dan sebagainya untuk diedarkan dan diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajianya. Untuk menjadi penyunting (editor) yang baik dan bertanggung jawab, seseorang hendaklah memahami dan menghayati eksistensi profesionalisme penyuntingan di antaranya:
1.      Memahami prinsip tata permainan bahasa-bahasa.
2.      Memahami teknik penulisan sesuai dengan laras tulisan dan sekaligus memahami tata permainan bahasa dalam bahasa tulis.
3.      Memahami pertalian erat antara dunia penulisan dan dunia marketing.
4.      Yakin dengan karyanya.
5.      Jernih dan objektif dalam menyikapi perbedaan pendapat.
6.      Memahami kecenderungan yang berlangsung dan berkembang terus-menerus dalam masyarakat.
B.     Isi/ Materi/ Gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya oleh pembaca, oleh karena itu hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam suatu isi adalah :
1.      Perbaikan daya tarik
2.      Bahasa Komunikatif
3.      Tatakrama penulisan feature
4.      Perombakan alenia naif dan pedant
5.      Nada penulisan yang bersahabat
C.     Pengeditan paragraf dalam karya tulis ilmiah adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan, karena kita sering menjumpai paragraf yang isinya kurang efektif. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengeditan paragraf karya tulis ilmiah agar menjadi paragraf yang efektif adalah :
1.      Ungkapan tindakan penting dengan kata kerja bukan dengan kata benda.
2.      Letakkan pelaku sebagai subjek sedekat mungkin dengan kata kerjanya.
3.      Letakkan informasi yang lebih singkat sebelum informasi yang kompleks.
4.      Pelihara integritas atau kesatuan (Co-Core-Others)
5.      Letakkan informasi yang familier dan berulang di awal kalimat.
6.      Letakkan informasi baru dan tidak terduga di akhir kalimat dan berilah penekanan (stress).
7.      Susunlah tali-tali topik untuk membentuk informasi yang koheren dan kosisten.
8.      Buatlah rancangan issue untuk setiap paragraf tulisan dan setiap issue harus berkaitan dengan isi diskusi.
9.      Rumuskan sentence point (maksud-masud kalimat) yang tepat untuk setiap discourse (unit tulisan).
10.  Biasakan untuk meletakkan sentence point di bagian akhir issue, jangan di bagian akhir diskusi.
D.    Struktur outline bergantung pada banyak hal yang berhubungan dengan tujuan karangan dan  kehendak  penulis. Hal yang perlu diperhatikan dalam ouline adalah outline harus selalu mendahulukan penjelasan masalah dan tujuan karangan supaya setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang akan dijumpainya di dalam karangan.
E.     Dalam segi sintagmatik penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari dua hal. Yang pertama karena faktor berkurangnya konsentrasi dan perhatian. Yang kedua disebabkan  kurangnya pengetahuan teoritis. kebahasaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam editting bahasa adalah:
1.      Interferensi atau percampuran bahasa.
2.      Kedwibahasaan atau billngualisme.
3.      Pemerolehan bahasa.
4.      Pengajaran bahasa.

V.            PENUTUP
      Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami sadar masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, karena itu kami mengharapan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat membantu proses belajar kita mengenai penyuntingan karya tulis ilmiah.



 DAFTAR PUSTAKA
http://farizalamri.blogspot.com/2012/04/penyuntingan-karya-tulis-ilmiah.html.30/10/2013. 
Indriati, Etty.  (2002), Menulis Karya Ilmiah, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Mustofa, Bisri & Tisnawati, Tin. (2009), Teknik Menulis Karya Ilmiah Menghadapi Sertifikasi, Semarang: Ghyyas Putra.
Surahmad, Winarno.( 2002), Peper Skripsi Thesis Disertasi, Bandung.
Widjoyo, D. Broto, Mukayyat. (1991), Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah, Yogyakarta: Liberti.
Wibowo, Wahyu.  (2007), Menjadi Penulis & Penyunting Sukses, PT. Bumi Aksara, Jakarta.


1. http://iradina-rofiqoh.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.30/10/2013.
[2]Wahyu Wibowo, Menjadi Penulis & Penyunting Sukses, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007),  hal.19-22
[3] Etty Indriati, Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002),  hal. 34

[4]http://farizalamri.blogspot.com/2012/04/penyuntingan-karya-tulis-ilmiah.html.30/10/2013. 
[5] Bisri Mustofa& Tin Tisnawati, Teknik Menulis Karya Ilmiah Menghadapi Sertifikasi, (Semarang: Ghyyas Putra, 2009), hal.23.
[6] Winarno Surahmad,  Peper Skripsi Thesis Disertasi, (Bandung: 2002),  hal. 10.
[7] http://iradina-rofiqoh.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.30/10/2013.
                        [8] Mukayyat D. Broto Widjoyo, Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah, (Yogyakarta: Liberti, 1991),  hal. 93.

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More