PENYUNTINGAN
KARYA TULIS ILMIYAH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiyah
Dosen Penampu : Khasan
Ubadilah, S.Pd.I
Disusun Oleh :
Baihaqi (133111013)
Edi Sudi Hartono (133111015)
Muhamad Basori (133111016)
Nur Rizkoh H.H. (133111017)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Dalam penulisan karya tulis
ilmiah proses penyuntingan sangat penting untuk dilakukan. Penyuntingan
merupakan aktivitas menyiapkan naskah dan sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan
dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya.
Di dalam karya tulis ilmiah,
penyuntingan atau pengeditan dilakukan pada isi, paragraf, dan kebahasaan.
Karya tulis ilmiah yang baik adalah jika isi tulisan tersebut mengena para
pembaca, oleh karenanya harus ditunjang dengan isi yang berbobot. Karya tulis ilmiah juga dikatakan baik jika mengandung paragraf
yang efektif di mana paragraf tersebut
berisi kalimat-kalimat yang efektif.
Dalam proses penyuntingan yang
dilakukan pada isi, paragraf, ragangan atau outline, harus memperhatikan aturan-aturan
yang telah di tentukan. Misalnya dalam penyuntingan paragraf perlu
memperhatikan susunan kata, dalam penyuntingan ragangan perlu memeperhatikan
kesempurnaan dari gagasan karya tulis dan lain sebagainya. Dapat dikatakan bahwa baik atau
tidakanya suatu karya tulis ilmiah harus mampu lolos dari proses editing karya
tulis ilmiah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apakah hakikat editing karya tulis ilmiah?
B.
Bagaimana cara mengedit suatu isi/ materi/ gagasan?
C.
Bagaimana cara mengedit suatu paragraf?
D.
Bagaimana cara mengedit suatu ragangan atau outline?
E.
Bagaimana cara mengedit suatu kebahasaan?
III.
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Editing Karya Tulis Ilmiah
Penyuntingan secara umum adalah aktivitas menyiapkan
naskah dan sebagainya untuk diedarkan dan diterbitkan dalam bentuk cetakan
dengan memperhatikan tata penyajianya. Sementara itu, menurut kalangan
penerbit, penyuntingan berarti menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan naskah
orang lain untuk penerbitan atau penyiaran. Sedangkan koreksi merupakan
kegiatan pemeriksaan kembali suatu naskah dalam rangka perbaikan. Untuk menjadi
penyunting yang baik dan bertanggung jawab, seseorang hendaklah memahami dan
menghayati eksistensi profesionalisme penyuntingan. Profesionalisme ini, dapat
di rinci sebagai berikut:
1. Memahami prinsip tata permainan bahasa-bahasa bahwa dalam kehidupan
sehari-hari terdapat bermacam-macam penggunaan bahasa.
2. Memahami teknik penulisan sesuai dengan laras tulisan dan sekaligus
memahami tata permainan bahasa dalam bahasa tulis.
3. Memahami pertalian erat antara dunia penulisan dan dunia marketing. Karena
pada dasarnya menulis akan melahirkan produk.
4. Yakin bahwa topik yang ditulis akan mendatangkan pencerahan bagi pembaca.
5. Jernih dan objektif dalam menyikapi perbedaan pendapat. Maksud dari jernih
yaitu tidak menimbulkan pembaca kebingungan dan objektif berarti sejauh dalam
jangkauan akal manusia.
6. Memahami kecenderungan yang berlangsung dan berkembang terus-menerus dalam
masyarakat. Modal utamanya adalah harus lebih sering membuka pikiran terhadap
informasi baru.[1]
Berkaitan dengan unsur-usur profesionalisme kepenyuntingan di atas, pada
dasarnya aktivitas kepenulisan tidak lepas dari bahasa. Itu sebabnya, perlu
dipahami mengapa dalam berbahasa dapat terjadi kesalahan.[2]
B.
Editing Isi / Materi / Gagasan
Isi/Materi/Gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat
mempengaruhi diterima atau tidaknya oleh pembaca, terkadang terdapat karya
tulis yang sudah dikemas dengan baik namun isi dari tulisan tersebut kurang
mengena di telinga para pembaca, karena itu kemasan yang baik harus ditunjang
dengan isi yang berbobot pula agar para pembaca tidak hanya membolak-balik
setiap lembar tulisan kita tanpa membacanya. Apa pertama-tama yang harus
diperbaiki?
1. Perbaikan daya tarik
Yang paling utama ialah daya
tarik naskah itu. Meskipun kata-kata yang dipakai sudah indah, kalimat yang disusun sudah benar memenuhi kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan alenia yang dirangkai sudah urut berkesinambungan,
tetapi kalau daya tariknya nol, naskah itu mungkin masih ditolak juga.
Misalnya:
Sudah lama ada informasi gugon tohon bahwa kelapa
dapat dibuat kopyor kalau batangnya dipukuli dengan sebatang kayusampai
beberapa kali.
Contoh di atas kalimatnya tidak indah, tapi akan lebih indah
jika kalimatnya diganti seperti ini:
Sebetulnya juga sudah lama ada desas desus bahwa
kelapa bisa dibuat kopyor kalau pohonnya dipukuli sampai setengah mati. tapi
sangat boleh jadi orang yang memukuli itu yang setengah mati.
Maka kalimat tersebut tiba-tiba menjadi humoris,
memancing senyum. kalimat mati juga bisa ‘hidup kembali’ kalau dirombak dengan
bumbu-bumbu humor.
2. Bahasa Komunikatif
Agar
tulisan terasa populer, penggambaran fakta dan tubuh sebaiknya disertai dengan
pelukisan contoh perumpamaan, yang mengingatkan pembaca pada pengetahuan dan
pengalaman yang sudah mereka miliki. Seperti misalnya “suaranya merdu bak buluh
perindu”, atau “suaranya kusut seperti benang dilanda ayam pengor”.
Bahasa yang komunikatif sendiri adalah:
a. Bahasa populer cepat ditangkap.
b.
Ringkas tapi jelas.
c.
Lengkap dan teliti.
d.
Kata kecil dan kalimat pendek.
e.
Alenia beruntun yang makin memikat.
3. Tatacara penulisan feature
Tata cara dalam
tulis-menulis keilmuan juga menghendaki penyantuman sumber literaturnya.
Caranya bermacam-macam, cara yang paling sederhana adalah menyantumkan nama
penulis publikasi yang dikutip informasinya itu dalam kurung, diikuti tahun, di
belakang kalimat atau alinea yang merupakan kutipan dari publikasi itu. Pada
bagian akhir tulisan disertakan daftar pustaka yang disusun urut menurut abjad
nama penulis publikasi yang bersangkutan.
4. Perombakan alenia naif dan pedant
Alinea yang naif, kurang enak untuk dibaca, jika
dibiarkan tidak dikoreksi menjadi alinea yang lebih dewasa. Ia memberi perasaan
kepada pembaca seolah-olah mereka masih kekanak-kanakan dan diberi bahan bacaan
yang kekanak-kanakan pula.
contoh alinea naif:
sebagaimana kita semua telah mengetahui, pernapasan mahluk
hidup itu menghasilkan gas CO2.
CO2 bagi kehidupan manusia dan manusia bisa merupakan racun, kalau
terhirup banyak-banyak.
tetapi tahukah anda bahwa CO2
itu justru diperlukan tumbuh-tumbuhan yang berhijau daun? hijau daun yang dalam bahasa ilmiah
disebut klorofil mampu menyerap dan mengolah CO2 bersama air untuk
dijadikan zat tepung dalam tubuh tanaman. Dan sebagai hasil proses pengolahan itu, timbullah
O2. Proses ini disebut fotosintesis tumbuh-tumbuhan, karena mensintesis bahan
makanan dengan bantuan cahaya matahari.
Dirombak secara total,
alinea itu dapat lebih didewasakan sebagai berikut:
Pernapasan mahluk hidup
menghasilkan CO2, yang bila terhirup kembali dalam jumlah besar,
mengganggu kesehatan. Tetapi kalau diserap lagi oleh tumbuh-tumbuhan
berklorofil, yang sedang berfotosintesis, gas CO2 itu tak akan
mengganggu kesehatan lagi.
Selain alinea naif alinea
pendant juga mengganggu. Ia memamerkan ilmu, teori dan aturan secara
berlebihan, sampai hal-hal yang kecil dan tidak penting juga diperlukan seperti
sesuatu yang besar. Alinea yang pendant tidak memakai kata yang sederhana
kalau ada kesempatan memakai kata yang sulit dan istilah asing yang keren.
5. Nada penulisan yang bersahabat
Keberhasilan menulis populer juga sangat
dipengarui oleh nada penulisan.
Sebagian tulisan bergantung pada bahan informasi asli yang diolah. Kalau tulisan
aslinya bernada mengadu karena tidak puas misalnya emosional mendebarkan
jantung, propaganda, atau agitatif menimbulkan permusuhan, sudah tentu ini
tidak akan berhasil kita susun kembali menjadi naskah populer yang mestinya
bernada riang gembira memancing senyum.
C.
Editing Paragraf
Dalam kegiatan editing karya
tulis ilmiah pengeditan paragraf adalah salah satu hal yang tidak bisa
dilewatkan, karena kita sering menjumpai paragraf yang isinya kurang efektif.
Tulisan yang efektif harus mengandung unsur-unsur; singkat, jelas, tepat,
aliran logika lancar.[3]
Sebuah paragraf dikatakan efektif jika dapat menginformasikan berbagai gagasan
atau maksud penulis dalam alur pikiran yang lancar, logis, tepat dalam
kaitannya dengan paragraf-paragraf lain yang tersusun membentuk satu unit
tulisan yang utuh (discourse).[4]
Dalam melakukan pengeditan
paragraf karya tulis ilmiah ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan
bagaimanakah sebenarnya
paragraf yang efektif tersebut.
1. Ungkapan tindakan penting dengan kata kerja yang
tepat, bukan dengan kata benda. Contoh:
a. Rektor membuat keputusan untuk mengakhiri Program Kuliah Kerja Nyata.
b.
Rektor memutuskan untuk mengakhiri program Kuliah Kerja Nyata.
Kalimat “B” dibuat lebih singkat dari kalimat “A” tanpa merubah maknanya.
Dengan demikian, sebaiknya kalimat disusun dengan kata kerja yang langsung
menyatakan tindakan/kegiatan subjek kalimat (pelaku) , bukan kata benda, karena
itu akan lebih mudah dimengerti.
2.
Letakkan pelaku sebagai subjek sedekat mungkin dengan kata kerjanya.
Contoh:
a.
Ahli psikologi dengan berbagai cara telah mempelajari kreativitas.
b.
Ahli psikologi telah mempelajari kreativitas dengan berbagai cara.
Pada kalimat “B”, subjek diletakkan dekat dengan kata kerjanya. Perhatikan
bahwa kalimat “B” lebih mudah dimengerti dari pada kalimat “A”.
3.
Letakkan informasi yang lebih singkat sebelum informasi yang panjang dan
kompleks. Contoh:
a.
Peniciline, amoxyciline, erythromycine, tettacycline adalah jenis-jenis
antibiotik yang banyak digunakan di Indonesia
b.
Indonesia banyak menggunakan jenis-jenis antibiotik seperti Peniciline,
amoxyciline, erythromycine, tettacycline.
Kalimat-kalimat “B” lebih jelas dari kalimat “A”.
4.
Pelihara integritas atau kesatuan (Co-Core-Others)
Co singkatan dari connectors dan
orientators (penghubung dan penentu orientasi). Letaknya di depan core.
Unsur di depan core harus lebih pendek supaya pembaca dapat segera
menuju ke core. sesuai dengan namanya, connectors dan orientators
berfungsi untuk menghubungkan informasi secara logis dan memberikan orientasi
informasi kepada pembaca. Contoh dari connectors seperti: atau, apakah,
sesudah, untuk itu, dll.
5.
Letakkan informasi yang familier dan berulang di awal kalimat.
Informasi yang familier
lebih mudah dicerna oleh para pembaca, oleh karena itu harus diletakkan di awal
kalimat. Bila kita meletakkan informasi baru di awal kalimat, pembaca akan
mengalami kesulitan sejak awal, sehingga sulit mengikuti dan menghubungkannya
dengan bagian kalimat-kalimat berikutnya.
6.
Letakkan informasi baru dan tidak terduga di akhir kalimat dan berilah
penekanan (stress).
Membuat tulisan pada
dasarnya adalah memberi informasi kepada pembaca. dalam membaca
kalimat-kalimat, pembaca akan membuat presepsi apakah informasi pada kalimat
itu baru atau lama.
Contoh kalimat yang meletakkan informasi penting
di akhir kalimat.
a. Meskipun saya belajar banyak sekali tentang
penulisan, pelajaran menulis ini sangat menyita waktu.
b.
Meskipun pelajaran menulis ini sangat menyita waktu, saya belajar
banyak sekali tentang penulisan.
Kalimat “B” lebih menekankan manfaat yang dapat dipetik dari pelajaran menulis di
akhir kalimat. Bagian yang dicetak miring merupakat pemberian tekanan pada
kalimat. Bagian ini menuntun pembaca ke informasi kalimat-kalimat berikutnya.
7.
Susunlah tali-tali topik untuk membentuk paparan informasi yang tepat dan kosisten.
Tali topik antar kalimat
harus beraturan. Peraturan, koherensi dan kohesi dibentuk dengan menulis topik
(informasi lama, familier, mudah) di depan dan penekanan/stress (informasi
baru, penting, sulit) di belakang. Sebagai contoh perhatikan kalimat di bawah
ini. Topik kalimat berikut ini adalah Ayana.
a. Pada usia 42 tahun, Ayana diangkat menjadi guru
besar Antropologi di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Perhatikan perbedaan kalimat di atas dengan kalimat berikut. Topik
kalimat berikut ini adalah Amalia.
b.
Pada usia 42 tahun, Ayana mengangkat Amalia menjadi asisten dosen di
laboratorium Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
8.
Buatlah rancangan issue untuk setiap paragraf tulisan. Setiap issue
harus berkaitan dengan isi diskusi di bagian akhir paragraf sebelumnya.
Dalam editing paragraf karya
tulis ilmiah kita harus memperhatikan kerangka tulisan yang terdiri dari banyak
paragraf, apakah issue dari setiap paragraf sudah berkaitan dan mengarah
ke isi diskusi (bagian akhir paragraf).
9.
Rumuskan sentence point (maksud-maksud kalimat) yang tepat untuk
setiap discourse (unit tulisan).
Dalam editing paragraf kita
harus mengetahui sentence point
(maksud kalimat) dari setiap paragraf, banyak penulis mengawali kalimat
dengan pemberitahuan tentang apa yang mereka lakukan. Mereka berfikir bahwa
pemberitahuan ini sama dengan sentence point; padahal tidak demikian.
Bagian kalimat seperti itu disebut meta discourse Contoh:
a.
Saya akan menganalisis bagaimana Darwin menggunakan primata untuk menerangkan teori evolusi.
b.
Darwin menggunakan primata untuk menerangkan teori evolusi.
Jika kita melihat kata-kata
yang dicetak miring pada kalimat a adalah metadiscourse. Setelah kita
menghilangkannya pada kalimat b kalimat tersebut menjadi lebih jelas karena
dinyatakan secara langsung.
10. Biasakan untuk meletakkan sentence point
di bagian akhir issue, jangan di bagian akhir diskusi.
Dalam proses editing kita
harus memperhatikan kalimat-kalimatnya, apakah sentence point sudah
diletakkan di akhir issue. Bila sentence point pada bagian akhir
paragraf adalah anticipatory point, maka maksud utama paragraf harus
dijabarkan pada bagian akhir diskusi.
Dari penjelasan di atas kita dapat menjadikan
sebuah paragraf agar menjadi lebih
efektif dan mudah dipahami
oleh para pembaca. Dalam
penulisannya sendiri yang perlu
diperhatikan dari sebuah paragraf adalah; jenis huruf, bilangan dan satuan,
jarak baris, batas, penetikan, alenia baru, permulaan kalimat, pembagian bab dan sub bab, rincian ke bawah dan letak
simetris. Dalam penulisan karya
tulis ilmiah biasanya huruf yang digunakan adalah Times New Rowman atau
Ariel dengan ukuran huruf 12 dan spasi 1,5.[5]
D.
Editing Ragangan / Outline
Struktur outline bergantung pada banyak hal yang
berhubungan dengan tujuan karangan dan
kehendak penulis. Pedoman umum
yang harus diperhatikan bahwa outline harus selalu mendahulukan penjelasan
masalah dan tujuan karangan, supaya setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang
akan dijumpainya di dalam karangan itu mengapa demikian. Secara logis akan
menyusul segala argumentasi yang dianggap penting untuk menjelaskan masalah dan
tujuan itu, kemudian akan menyusul penjelasan tentang cara-cara yang akan
ditempuh untuk memecahkan masalah.
Setelah itu baru dapat diadakan penguraian atau pembagian pokok masalah
menjadi cabang-cabang masalah, dengan
menonjolkan aspek-aspek yang paling penting di dalam pemecahanya, dalam hal ini
dapat di tempuh dengan cara menonjolkan hal-hal yang umum kemudian mendekati
hal-hal yang khusus ataupun sebaliknya.[6]
E.
Editing Kebahasaan
Dalam segi sintagmatik penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari
dua hal. Yang pertama kesalahan yang di sebabkan oleh faktor berkurangnya
konsentrasi dan perhatian. Jenis kesalahan seperti ini disebut kesalahan
performansi atau kesalahan kinerja. Misalnya kata “jangan” di bunyikan “zangan”,
terbalik dalam penulisan kata maupun lidah terselip ketika mengucapkan
kata-kata.
Yang kedua kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan teoritis kebahasaan. Kesalahan seperti ini disebut kesalahan
kompetensi atau kesalahan kecakapan dan biasa disebut dengan istilah error[7].
Misalnya akibat tidak mengetahui kaidah bahasa, maka keliru dalam menerapkan
kaidah ejaan atau keliru dalam menyusun kalimat.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam editting bahasa:
1. Interferensi atau percampuran bahasa.
Dalam bahasa indonesia, sering kali sulit di hindari
mengapa dalam berbahasa indonesia cenderung terpengaruh dengan bahasa lain.
Misalnya dalam berbahasa indonesia susunan kata yang digunakan sama dengan
kalimat bahasa jawa. “ini pintunya dibuka saja” dalam bahasa jawa “iki lawange dibuka wae”. Situasi semacam ini disebut
interferensi. Namun, biasanya interferensi diakibatkan oleh adanya
kedwibahasaan.
2. Kedwibahasaan atau billngualisme.
Kedwibahasaan diakibatkan oleh seseorang yang memiliki
dua bahasa atau lebih. Misal saja seorang jawa sedang berbahasa indonesia, kemudian dalam kata-katanya
terselip bahasa jawa, berarti ia mengalami interferensi.
3. Pemerolehan bahasa.
Hal ini muncul akibat dari pengajaran bahasa secara
formal dan informal. Harding dan
Riley menegaskan bahwa setengah dari penduduk dunia adalah dwibahasawan. Hal
tersebut yang banyak mempengaruhi seseorang dalam penulisan karya tulis.
Apabila kedwibahasaan masih melekat pada diri seseorang maka penulisan karya
tulis orang tersebut akan menjadi tidak bagus.
4. Pengajaran bahasa.
Aktivitas pengajaran bahasa, baik secara formal maupun
informal, sudah berlangsung sejak zaman
yunani. Hal ini terpengaruh oleh berbagai
hal, politik, penjajahan budaya, ekonomi, penyebaran agama dan ideologi. Hal
tersebut yang juga mempengaruhi dalam penulisan karya tulis. Karena biasanya
terlalu mengagungkan salah satu bahasa. Misalnya saja di indonesia ini yang
lebih mengagungkan bahasa Inggris dari pada bahasa Indonesia sendiri.
Bahasa yang digunakan dalam karangan ilmiah itu harus
baik dan benar jika menggunakan bahasa indonesia penulis harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya:
a. Memperhatikan hukum D-M (Diterangkan-Menerangkan) dalam tata bahasanya.
b. Terminologinya tepat dengan menggunakan istilah-istilah yang tepat.
c. Kalimat yang bermutu yaitu dapat membangkitkan perhatian pembacanya.
d. Susunan kalimat “bentuk pasif, orang ketiga” yaitu: “ hal itu dikerjakan oleh ’’dua’’.
e. Setiap paragraf jelas menyampaikan suatu gagasan. Dalam membicarakan satu
gagasan, maka setidaknya ada tiga paragraf sebagai berikut.
1)
Paragraf pertama :
menghantarkan materi pembicaraan.
2)
Paragraf kedua :
menyajikan masalah diskusi dan cara.
3)
Paragraf ketiga : memuat
simpulan diskusi dan mungkin tujuan
pembicaraan.[8]
IV.
KESIMPULAN
A.
Penyuntingan adalah
aktivitas menyiapkan naskah dan sebagainya untuk diedarkan dan diterbitkan
dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajianya. Untuk menjadi
penyunting (editor) yang baik dan bertanggung jawab, seseorang hendaklah
memahami dan menghayati eksistensi profesionalisme penyuntingan di antaranya:
1. Memahami prinsip tata permainan bahasa-bahasa.
2. Memahami teknik penulisan sesuai dengan laras tulisan dan sekaligus
memahami tata permainan bahasa dalam bahasa tulis.
3. Memahami pertalian erat antara dunia penulisan dan dunia marketing.
4. Yakin dengan karyanya.
5. Jernih dan objektif dalam menyikapi perbedaan pendapat.
6. Memahami kecenderungan yang berlangsung dan berkembang terus-menerus dalam
masyarakat.
B. Isi/ Materi/ Gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat mempengaruhi diterima
atau tidaknya oleh pembaca, oleh karena itu hal-hal yang perlu diperhatikan di
dalam suatu isi adalah :
1. Perbaikan daya tarik
2.
Bahasa Komunikatif
3.
Tatakrama penulisan feature
4.
Perombakan alenia naif dan pedant
5.
Nada penulisan yang bersahabat
C. Pengeditan paragraf dalam karya tulis ilmiah adalah salah satu hal yang
tidak bisa dilewatkan, karena kita sering menjumpai paragraf yang isinya kurang
efektif. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengeditan
paragraf karya tulis ilmiah agar menjadi paragraf yang efektif adalah :
1. Ungkapan tindakan penting dengan kata kerja bukan
dengan kata benda.
2.
Letakkan pelaku sebagai subjek sedekat mungkin dengan kata kerjanya.
3.
Letakkan informasi yang lebih singkat sebelum informasi yang kompleks.
4.
Pelihara integritas atau kesatuan (Co-Core-Others)
5.
Letakkan informasi yang familier dan berulang di awal kalimat.
6.
Letakkan informasi baru dan tidak terduga di akhir kalimat dan berilah
penekanan (stress).
7.
Susunlah tali-tali topik untuk membentuk informasi yang koheren dan
kosisten.
8.
Buatlah rancangan issue untuk setiap paragraf tulisan dan setiap issue
harus berkaitan dengan isi diskusi.
9.
Rumuskan sentence point (maksud-masud kalimat) yang tepat untuk
setiap discourse (unit tulisan).
10. Biasakan untuk meletakkan sentence point di
bagian akhir issue, jangan di bagian akhir diskusi.
D. Struktur outline bergantung pada banyak hal yang berhubungan dengan tujuan
karangan dan kehendak penulis. Hal yang perlu diperhatikan dalam
ouline adalah outline harus selalu mendahulukan penjelasan masalah dan tujuan
karangan supaya setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang akan dijumpainya di
dalam karangan.
E. Dalam segi sintagmatik penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari
dua hal. Yang pertama karena faktor berkurangnya konsentrasi dan perhatian.
Yang kedua disebabkan kurangnya
pengetahuan teoritis. kebahasaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
editting bahasa adalah:
1. Interferensi atau percampuran bahasa.
2. Kedwibahasaan atau billngualisme.
3. Pemerolehan bahasa.
4. Pengajaran bahasa.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami sadar masih terdapat
banyak kekurangan dalam makalah ini, karena itu kami mengharapan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat membantu proses belajar
kita mengenai penyuntingan karya tulis ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
http://farizalamri.blogspot.com/2012/04/penyuntingan-karya-tulis-ilmiah.html.30/10/2013.
http://iradina-rofiqoh.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.30/10/2013.
Indriati,
Etty. (2002), Menulis
Karya Ilmiah, PT. Gramedia
Pustaka, Jakarta.
Mustofa, Bisri
& Tisnawati, Tin. (2009), Teknik
Menulis Karya Ilmiah Menghadapi Sertifikasi, Semarang:
Ghyyas Putra.
Surahmad,
Winarno.( 2002), Peper Skripsi Thesis Disertasi, Bandung.
Widjoyo, D.
Broto, Mukayyat. (1991), Metodologi
Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah, Yogyakarta:
Liberti.
Wibowo,
Wahyu. (2007), Menjadi
Penulis & Penyunting Sukses,
PT. Bumi Aksara, Jakarta.
[4]http://farizalamri.blogspot.com/2012/04/penyuntingan-karya-tulis-ilmiah.html.30/10/2013.
[5] Bisri
Mustofa& Tin Tisnawati, Teknik Menulis Karya Ilmiah Menghadapi
Sertifikasi, (Semarang: Ghyyas Putra, 2009), hal.23.
[7] http://iradina-rofiqoh.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.30/10/2013.
0 komentar:
Post a Comment