Monday, January 26, 2015

Cerdas dengan Mengoptimalkan Potensi




”Refleksi kecil; Kita pintar bukan karena diajar, tetapi karena kita belajar.” Kalimat tersebut mengawali pembicaraan Ubaidillah Ahmad dalam acara Tasyakuran Wisuda LPM Edukasi. Ia menuturkan, banyak ironi yang patut direnungkan. Dunia akademik seakan tidak lagi dilestarikan sesuai khittohnya. Banyak orang dengan bangganya mengatakan ‘saya yang mengajari kamu’, mereka bangga karena telah memintarkan seseorang. ”Semua itu bohong,” tegas Ubaid, sapaan akrabnya.

Manusia sejak kelahirannya telah dikaruniai ilmu yang sangat luar biasa. Bahkan jika menengok sejarah diciptakannya, Allah SWT menyuguhkan takdir yang sangat istimewa. ”Manusia adalah hamba yang lebih pintar dari seluruh penghuni surga,” katanya. Makhluk yang ketika diciptakan semua diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepadanya. Ialah yang digadang-gadang sebagai khalifah di bumi.

Pada mulanya banayak elemen yang tidak sepakat dengan diberikannya mandat besar tersebut kepada manusia. Karena semua tahu, sudah ada makhluk seperti manusia di bumi yang bisanya hanya merusak (mungkin makhluk ini yang dimaksud dalam teori Darwin). Akan tetapi, lanjut Ubaid, Allah SWT punya cerita lain, Ia menganugerahkan manusia kecerdasan yang mampu mendeskripsikan dan merefleksikan setiap apa yang dilihatnya.

Lanjutnya, dari hal tersebut kita tahu, manusia telah dibekali kecerdasan yang istimewa. Karenanya jika ada yang mengatakan bahwa telah mencerdaskan seseorang, maka itu tidak benar. ”Manusia cerdas karena ia mempotensikan pengetahuan yang telah diberikan Allah SWT,” ungkap Ubaid yang merupakan dosen di FITK.

Salah satu bukti manusia dikatakan cerdas adalah ia yang ketika membaca suatu karya orang lain tidak serta merta meyakininya. Sikap skeptisisme harus selalu siaga, karena buku bukan karya paten yang tidak boleh diusik. ”Ilmu itu dihati, bukan dikertas,” ungkap Ubaid dengan pelafalan bahasa Arab. 

Maka, tambah Ubaid, jangan jadikan buku sebaai sesembahan yang mutlak kebenarannya. ”Buku itu adalah catatan ilusi, ia seakan menjadi hijab untuk berfikir kritis,” ujarnya. Maka debatlah dengan cara mempotensikan bakat kita. ”Karena sebenarnya membaca buku merupakan proses untuk berdebat,” imbuhnya.

Diujung acara Ubaid berpesan untuk selalu berfikir kritis. ”Kita adalah wakil Allah, kita diberikan potensi oleh Allah, maka kembangkanlah, optimalkanlah, dan perjuangkanlah sampai titik darah terakhir,” pungkasnya. (@Baihaqi_Annizar)

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More