”Refleksi kecil; Kita
pintar bukan karena diajar, tetapi karena kita belajar.” Kalimat tersebut
mengawali pembicaraan Ubaidillah Ahmad dalam acara Tasyakuran Wisuda LPM
Edukasi. Ia menuturkan, banyak ironi yang patut direnungkan. Dunia akademik
seakan tidak lagi dilestarikan sesuai khittohnya. Banyak orang dengan bangganya
mengatakan ‘saya yang mengajari kamu’, mereka bangga karena telah memintarkan
seseorang. ”Semua itu bohong,” tegas Ubaid, sapaan akrabnya.
Manusia sejak
kelahirannya telah dikaruniai ilmu yang sangat luar biasa. Bahkan jika menengok
sejarah diciptakannya, Allah SWT menyuguhkan takdir yang sangat istimewa. ”Manusia
adalah hamba yang lebih pintar dari seluruh penghuni surga,” katanya. Makhluk yang
ketika diciptakan semua diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepadanya. Ialah
yang digadang-gadang sebagai khalifah di bumi.
Pada mulanya banayak elemen
yang tidak sepakat dengan diberikannya mandat besar tersebut kepada manusia. Karena
semua tahu, sudah ada makhluk seperti manusia di bumi yang bisanya hanya
merusak (mungkin makhluk ini yang dimaksud dalam teori Darwin). Akan tetapi,
lanjut Ubaid, Allah SWT punya cerita lain, Ia menganugerahkan manusia
kecerdasan yang mampu mendeskripsikan dan merefleksikan setiap apa yang
dilihatnya.
Lanjutnya, dari hal
tersebut kita tahu, manusia telah dibekali kecerdasan yang istimewa. Karenanya
jika ada yang mengatakan bahwa telah mencerdaskan seseorang, maka itu tidak
benar. ”Manusia cerdas karena ia mempotensikan pengetahuan yang telah diberikan
Allah SWT,” ungkap Ubaid yang merupakan dosen di FITK.
Salah satu bukti manusia
dikatakan cerdas adalah ia yang ketika membaca suatu karya orang lain tidak
serta merta meyakininya. Sikap skeptisisme harus selalu siaga, karena buku bukan
karya paten yang tidak boleh diusik. ”Ilmu itu dihati, bukan dikertas,” ungkap
Ubaid dengan pelafalan bahasa Arab.
Maka, tambah Ubaid, jangan
jadikan buku sebaai sesembahan yang mutlak kebenarannya. ”Buku itu adalah
catatan ilusi, ia seakan menjadi hijab untuk berfikir kritis,” ujarnya. Maka debatlah
dengan cara mempotensikan bakat kita. ”Karena sebenarnya membaca buku merupakan
proses untuk berdebat,” imbuhnya.
Diujung acara Ubaid
berpesan untuk selalu berfikir kritis. ”Kita adalah wakil Allah, kita diberikan
potensi oleh Allah, maka kembangkanlah, optimalkanlah, dan perjuangkanlah
sampai titik darah terakhir,” pungkasnya. (@Baihaqi_Annizar)
0 komentar:
Post a Comment