PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM MASA NABI
Makalah Disusun guna memenuhi
tugas
Mata
Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen
Pengampu: Aang Kunaepi,
M.Pd
Disusun
Oleh;
Baihaqi (133111013)
M.Ainur
Rofiq (133111034)
Lisa
Dwi Nurul Aini (133111035)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PEMBAHASAAN
Pada
saat seluruh dunia tenggelam dalam arus kebohongan, kehilangan human
dignity, jauh dari sinaran tauhid, dan keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya,
dan agama masyarakat dunia khususnya Arab sangat rapuh dan memprihatinkan,
muncul seorang tokoh besar dalam sejarah sepanjang masa. Ia membawa obor
tranformasi dari kehidupan kegelapan menuju cahay terang. Ia mengantarkan
masyarakat yang kacau menjadi masyarakat yang terbimbing dan terdidik, lebih-
lebih melepaskan bangsa Arab dari kemusyrikan menuju tauhid. Ia adalah Nabi
Muhammad SAW yang terkenal sebagai pembawa risalah yang rahmatallil’alamin.
Periode Rasulullah SAW merupakan masa cikal bakal pembentukan peradapan Islan.
Peradapan Islam dibangun dengan menjadikan agama Islam sebagai dasr
pembentukannya. Dalam masa ini, diuraikan dinamika yang terjadi pada masyarakat
muslim dalam upaya merintis penegakkan risalah Islam disekitar Jazirah Arab sebagai
pandangan hidup baru masyarakat.[1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah Peradapan Arab Pra Islam ?
2.
Bagaimanakah Peradapan Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Peradapan
Arab Pra- Islam
1.
Kondisi
Geografi Jazirah Arab
Jazirah Arab
dengan luas satu juta mil persegi atau tepatnya 1.745.900 km merupakan kediaman
mayoritas bangsa Arab. Akan tetapi bangsa Arab juga mendiami daerah-daerah sekitar
Jazirah. Tanah Arab dinamai dengan Pulau Gundul karena tanah Arab merupakan
suatu tanah semenanjung yang kurang subur dan terdapat banyak gunung batu. Ada
beberapa sungai yang dinamai wadi dengan
aliran yang tidak tetap dan lembah-lembah berair di musim hujan.
Jazirah Arab
berbentuk empat persegi panjang, yang sisi-sisinya tidak sejajar. Disebelah
barat berbatasan
dengan Laut Merah dan gurun Sinai, sebelah timur bebatasan dengan Teluk Arab
(Persia), sebelah selatan dengan Laut India, dan sebelah utara dengan gurun
(padang pasir) Irak dan Syiria.[2]
2.
Silsilah Bangsa Arab Pra-Islam
Bangsa Arab hidup berpindah-pindah (nomaden) karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering
dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan bangsa Arab dari satu tempat ke
tempat lain mengikuti tumbuhnya stepa dipadang rumput yang tumbuh secara
sporadis di tanah Arab. Padang rumput diperlukan oleh bangsa Arab yang disebut juga Badawi,
Badawah, Badui, untuk menggembalakan ternak mereka berupa domba, unta, dan
kuda sebagai binatang unggulannya. Penduduk Arab tinggal di kemah-kemah dan
hidup berburu untuk mencari nafkah, bukan bertani dan berdagang yang tidak
diyakini sebagai kehormatan bagi mereka. Wilayah Arab ini subur dalam
menghasilkan bahan perminyakan.[3]
Para penulis klasik membagi negeri itu menjadi Arab Felix, Arab Petra, dan
Arab Gurun, ini didasarkan atas pembagian wilayah itu kedalam tiga kekuatan
politik pada abad pertama masehi yakni kawasan yang secara nominal berada dalam
kendali persia. Arab Felix meliputi bagian semenanjung Arab, yang kondisinya
tidak banyak diketahui. Arab Petra (gunung batu) berpusat didataran Sinai dan kerajaan Nabasia dengan ibukota Petra. Arab gurun meliputi gurun pasir Suriah-Mesopotania
(badiyah).
Ungkapan orang-orang Arab pertama kali digunakan dalam literatur Yunani
oleh Aeschylus (525-456 S:M) yang merujuk pada para perwira tinggi Arab yang
ikut dalam barisan angkatan perang Xerxes. Semenanjung Arab adalah sebuah negeri yang sangat makmur dan mewah. Arab
merupakan negeri tempat tumbuhnya tanaman penghasil wewangian dan rempah-rempah
lainnya. Ciri bangsa Arab yang paling memikat para penulis barat ialah ciri
yang terakhir (terutama minyak). Watak orang-orang Arab yang independen telah menjadi
bahan pujian dan kekaguman para penulis Eropa sejak masa lalu hingga saat ini. Itulah asal-usul
bangsa Arab yang memiliki ciri karakteristik yang unik dan istimewa.[4]
Wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam, orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah
Arab padahal bangsa Arab juga mendiami daerah-daerah disekitar jazirah. Jazirah
Arab merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Jazirah Arab terbagi
menjadi dua bagian besar yakni bagian tengah dan bagian pesisir. Di sana tidak
ada sungai yang mengalir tetap, yang hanya adalah lembah-lembah berair dimusim
hujan. Sebagian besar daerah jazirah Arab adalah padang pasir sahara yang
terletak di tengah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda. Karena
itu, ia dibagi menjadi tiga bagian yaitu :[5]
a.
Sahara langit, memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari
timur ke barat, disebut juga sahara Nufud.
b.
Sahara Selatan, yang membentang menyambung sahara langit ke arah timur
sampai selatan persia.
c.
Sahara Harrat, suat daerah yang terdiri atas tanah Hat yang berbatu
hitam bagaikan terbakar.
Penduduk Sahara minoritas terdiri atas suku-suku Badui yang mempunyai gaya
hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain untuk
mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka yaitu kambing dan
unta. Adapun daerah pesisir bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil,
bagaikan selembar pita yang mengelilingi jazirah. Bila di lihat dari asal-usul
keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
Qathaniyun (keturunan Qahthan) dan ‘Adnaniyun (keturunan Ismail
dan Ibrahim).
Masyarakat baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan
badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu
rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan).
Bebrapa kelompok kabilah membentuk suku (trile) dan dipimpin oleh
seorang syekh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas
kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Oleh karena itu, peperangan
antar suku sering terjadi. Sikap ini tampaknya telah menjadi
tabiat yang mendarah daging dalam diri orang Arab.
Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan bangsa
Arab tidak berkembang. Ahmad Syalabi menyebutkan, sejarah mereka hanya dapat
diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama islam.[6] Pengetahuan itu
diperoleh melalui syair-syair yang beredar di kalangan para perawi syair.
3.
Asal
Usul Bangsa Arab
Menurut rumpun bangsa, bangsa Arab
merupakan bangsa Semit (Samiyah) keturunan Syam bin Nuh yang dibagi menjadi Dua
kelompok besar yaitu Arab Baidah dan Arab Baqiyah. Arab
Baqiyah terbagi atas Arab Aribiah dan Arab Muata’ribah
(Muta’arribah).[7]
a.
Arab al-ba’idah
yaitu bangsa Arab yang telah lama musnah dan tidak mungkin lagi ditemukan
detail-detail mengenai sejarahnya, contohnhya: Kaum Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq, Umaim, Jurhum, Hadhur, Wabar, Abil, Jasim, Hadhramaut, dan lain-lain . Mereka inilah yang termasuk rumpun bangsa Semit.
b.
Arab al-Arabiah (Aribiah), yaitu bangsa Arab yang merupakan keturunan Ya’rub bin Yasjub bin Qahthan. Arab Arabiah (Aribiah) merupakan persebaran dari nenk
moyang Yamaniyah (Yaman) atau yang disebut juga Arab Qahthaniyah. Yang termasuk
diantaranya suku Jumhur, Kahlan, dan Himyar.
c.
Arab musta’ribah,
yaitu bangsa Arab yang merupakan keturunan ismailiyah atau keturunan Ismail bin
Ibrahim yaitu keturunan Ismail bin Ibrahim yaitu keturunan Ibrani yang lahir
dan besar di Makkah. Mereka juga dikenal dengan nama Arab Adaniyah karena salah satu keturunan Nabi
Ismail yang bernama Adnan. Keturunan Adnan ini yang melahirkan suku Quraisy.
4.
Kebudayaan bangsa
Arab Pra Islam
Wilayah Timur Tengah menurut Ali Mufrodi meliputi Turki, Iran, Israel,
Libanon, Yordania, Syiria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan
Teluk Persia.[8]
Turki yang berbudaya Turki dan Iran yang berbudaya Persia tidak dianggap
berkebudayaan Arab karena memiliki kebudayaan sendiri-sendiri demikian juga
Mesir yang sudah memiliki budaya Firaun, sedangkan yang masuk kawasan
kebudayaan Arab terdiri dari Timur Tengah Afrika Utara seperti Maroko,
Aljazair, Tunisia dan Libia. Yang menurut Haekal antara budaya dan peradaban
tersebut tidak pernah saling mempengaruhi perkembangannya kecuali setelah
adanya akulturasi dan asimilasi dengan peradaban Islam.
Orang-orang arab sebelum islam telah mengalami periode-periode kemajuan
dengan adanya kerajaan-kerajaan sehingga hasil budaya mereka didapati beberapa
bekasnya yang dapat di bagi kepada :
a.
Budaya materil
yang sangat terkenal adalah: bendungan Ma'rib di Yaman dari kerajaan saba’ dan begitu juga bekas-bekas kerajaan Tsamud, Aad dan
kaum Amalika.
b.
Budaya non
material, sangat banyak juga yang terkenal, di antaranya, syair-syair bangsa
arab yang terkenal dengan cerita-cerita tentang keturunan dan keahlian dalam membuat
patung, keahlian mereka dalam bersyair sebenarnya karena mereka dapat
mengetahui bangsa yang halus dan menarik dengan bahasa yang indah mereka dapat
mewariskan amtsai (pepatah arab) dan pepatah itu merupakan kata-kata orang
bijak seperti Luqman
Di samping budaya yang didapat dari bangsa Arab sebelum Islam, mereka
terkenal terikat dengan Tahayul dan adat istiadat yang melembaga diturunkan turun temurun.
Tahayul dan adat istiadat ini bertumpu kepada kepercayaan Watsaniyah. Mereka
percaya hantu dan Roh jahat. Mereka juga percaya kepada kahin (tukang tenun,
ramal). Mereka juga meyakini kejadian-kejadian alam yang halus. Misalnya, kalau
terjadi sesat di jalan, hendaklah dibalikkan baju supaya dapat petunjuk.
Meskipun belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat
Arabia pada saat itu tidak mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat
terkenal kemahirannya dalam bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka
sangat kaya sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia
di bidang bahasa merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap
perkembangan dan penyebaran agama Islam.
5.
Peradapan Arab Pra
Islam
Peradaban Arab adalah akibat pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di
sekitarnya yang lebih dahulu maju daripada kebudayaan dan peradaban Arab.
Pengaruh itu masuk ke jazirah Arab melalui beberapa jalur yang terpenting di
antaranya adalah :
a. Melalui hubungan dagang dengan bangsa lain,
b.
Melalui kerajaan-kerajaan protektorat, hirah, dan
ghassan,
c.
Masuknya misi yahudi dan kristen.
Melalui jalur perdagangan, bangsa Arab berhubungan dengan bangsa-bangsa
Siria, Persia, Habsyim Mesir (Qibthi), dan Romawi yang semuanya telah mendapat
pengaruh dari kebudayaan Hellenisme. Penganut agama yahudi juga banyak
mendirikan koloni di jazirah Arab, yang terpenting di antaranya adalah Yatsrib.
Walaupun agama yahudi dan kristen sudah masuk ke Jazirah Arab, bangsa Arab
kebanyakan masih menganut agama asli mereka yaitu percaya pada banyak dewa,
yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung.
Orang-orang Arab adalah orang yang bangga, tetapi sensitif. Kebanggaan itu
disebabkan bahwa bangsa Arab memiliki sastra yang terkenal; kejayaan sejarah
Arab, dan mahkota bumi pada masa klasik dan bahasa Arab sebagai bahasa ibu yang
terbaik di antara bahasa-bahasa lain di dunia. Beberapa sifat lain bangsa Arab
pra-islam adalah sebagai berikut :
1)
Secara fisik,
mereka lebih sempurna dibanding orang-orang eropa dalam berbagai organ tubuh.
2)
Kurang bagus
dalam pengorganisasian kekuatan dan lemah dalam penyatuan aksi.
3)
Faktor keturunan,
kearifan, dan keberanian lebih kuat dan berpengaruh.
4)
Mempunyai
struktur kesukuan yang diatur oleh kepala suku atau clan.
5)
Tidak memiliki
hukum yang reguler, kekuatan pribadi, dan pendapat suku lebih kuat dan
diperhatikan.
6)
Posisi wanita
tidak lebih baik dari binatang, wanita dianggap barang-barang dan hewan ternak yang tidak mempunyai hak. Setelah menikah,
suami sebagai raja dan penguasa.
Dalam bidang hukum, Musthafa Sa’id Al-Khinn sebagaimana dikutip oleh Jaih Mubarok
menyebutkan bahwa bangsa Arab pra-Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan
berbagai bentuknya. Dalam perkawinan, mereka mengenal beberapa macam
perkawinan, di antaranya :
a.
Istibadha yaitu seorang suami meminta kepada istri untuk berjimak dengan laki-laki yang
dipandang mulia atau memiliki kelebihan tertentu, seperti keberanian dan
kecerdasan.
b.
Poliandri yaitu beberapa laki-laki berjimak dengan seorang perempuan.
c.
Maqthu’ yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah bapaknya meninggal.
d.
Badal yaitu tukar menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu dengan tujuan untuk memuaskan
hubungan seks dan terhindar dari bosan.
e.
Shighar yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara permpuannya kepada seorang laki-laki tanpa mahar.[9]
B.
Peradapan Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw
1.
Periode Mekah
$pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7/uur ÷Éi9s3sù ÇÌÈ
“Hai orang yang berkemul (berselimut) (1)
bangunlah, lalu berilah peringatan!(2) dan Tuhanmu
agungkanlah! (3).” (QS. Al-Muddatstsir:
1-3).
Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulakn bahwa Nabi Muhammad SAW mendapat
wahyu untuk menyebarkan agama Islam melalui dakwah. Dakwah pertama beliau
dilakukan secara sembunyi-sembuyi. Orang yang pertama kali percaya kepada
kenabian dan kerasullan Nabi Muhammad adalah Khadijah istrinya, sedangkan dari kalangan laki-laki
yang pertama masuk islam adalah Abu bakar As-Syidiq, selanjutnya dari kalangan
anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib.
Setelah selesai dakwah secara sembunyi-sembunyi maka Alloh memerintahkan nabi Muhammad untuk berdakwah
secara terang-terangan lewat surat Al-Hijr 94 :
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.” (QS.Al-Hijr: 94)
Berdasarkan ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa Alloh
mengutus Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakn dakwah secara terang-terangan.
Setelah mendengarkan perintah dari Alloh tersebut maka Nabi Naik ke bukit shafa
kemudian menyeru kaumnya untuk berkumpul. Ketika kaumnya sudah berkumpul Nabi
berkata kepada mereka “apakah kalian akan membenarkan apa yang akan aku
kabarkan kepada kalian?” mereka menjawab, “ya kami tidak pernah menjumpai anda
berbohong sejak kecil hingga hari ini.” Nabi berkata “selamatkanlah diri kalian
semua dari neraka.” Sesungguhnya aku memperingatkan kalian semua tentang siksa
yang amat pedih. “berkatalah paman Nabi Abu Lahab” celaka lah engkau hai
Muhammad! Untuk itukah kau mengumpulkan kami semua. Bardasarkan cerita tersebut
kita telah mengetahui bahwa pada masa ini dimulailah dakwan Nabi secara
terang-terangan yang dilaksanakan kurang lebih selama sepuluh tahun lamanya.
Dan peristiwa tersebut yang melatarbelakangi turunnya surat Al-Lahab.[10]
2.
Periode Madinah
Selama tiga belas tahun di Mekah Beliau dipersulit dan
dihalang-halangi oleh kaum quraisy untuk melakukan dakwah secara
terang-terangan peristiwa tersebut yang melatarbelakangi keputusan Nabi untuk
hijrah ke Madinah yang diikuti oleh kaum Muhajirin. Setelah sampai ke Madinah
Nabi beserta rombongan kaum Muhajirin disambut oleh kaum Anshar dengan perasaan
gembira. Dari peristiwa ini dimulailah dakwah-dakwah Nabi secara
terang-terangan serta memunculkan peradaban-peradaba baru didaerah tersebut
seperti:
3.
Pembangunan Masjid Nabawi
Nabi Muhammad membangun
masjid Nabawi tepat dimana unta tunggangan Rosululloh berhenti. Tujuan
dibangunnya masjid tersebut selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat
berkumpul dan bertemu. Dan juga masjid berperan besar dalam menyatukan umat
muslim dari berbagai suku dan mempersatukan jiwa mereka serta tempat
bermusyawarah dalam merundingkan persoalaan yang dihadapi. Pada masa Nabi
masjid tersebut dijadikan tempat pemerintahan.
4.
Persaudaraan antara
kaum Muhajirin dan Anshar
Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar tersebut
dilaksanakan Rasulullah berdasarkan agama bukan berdasarkan pertalian darah.
5.
Kesepakatan untuk
saling membantu antara kaum Muslimin dan Non- Muslimin
Dalam kesepakatan tersebut Rasulullah bertujuan supaya
antara kaum muslimin dan non-muslim bisa hidup rukun dimana kaum non- muslim
harus membayar fidyah kepada kaum muslim untuk menjamin keamanan mereka
disebabkan mereka tidak mau masuk Islam.
6.
Peletakan asas-asas politik,
ekonomi, dan social
Dasar berpolitik Nabi antara lain, berdasarkan prinsip
keadilan yang harus dijalankan tanpa pandang bulu. Prinsip egaliter atau
kesamaan derajat antara manusia dimana yang membedakaan derajat tersebut adalah
ketakwaan kepada Allah semata. Selain itu juga bertujuan untuk memecahkan
masalah atau persoalaan umat maka dipeganglah prinsip musyawarah.[11]
IV.
KESIMPULAAN
Berdasarkan
penjelasan dalam pemaparan disetiap rumusan masalah dapat kita ketahui bahwa
peradaban sebelum masa Nabi Muhammad berbeda dengan peradaban pada masa Nabi Muhammad yang terjadi di
Makkah dan Madinah. Dimana pada masa sebelum Nabi Muhammad peradaban bangsa
Arab jauh dari syari’at Islam, sedangkan pada masa Nabi Muhammad kaum Arab
mulai diperkenalkan ajaran-ajaran Islam yang tentunya jauh lebih baik dari pada
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.Syalabi, Sejarah
dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Pustaka Al-husna), 1983.
Karim,
M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradapan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher), 2007.
Khoriyah,
M.Ag, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam hingga
Dinasti- dinasti Islam, ( Yogyakarta : Penerbit Teras), 2012.
Mufrodi, Ali, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, ( Jakarta : Logos), 1997.
Supriyadi, Dedi,
Sejarah Peradaban Islam, (Bandung :Pustaka Setia, ), 2008.
0 komentar:
Post a Comment