Sunday, March 15, 2015

Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Nabi



PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM MASA NABI
Makalah Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Aang Kunaepi, M.Pd


Disusun Oleh;
Baihaqi   (133111013)
M.Ainur Rofiq   (133111034)
Lisa Dwi Nurul Aini    (133111035)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
       I.            PEMBAHASAAN
            Pada saat seluruh dunia tenggelam dalam arus kebohongan, kehilangan human dignity, jauh dari sinaran tauhid, dan keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama masyarakat dunia khususnya Arab sangat rapuh dan memprihatinkan, muncul seorang tokoh besar dalam sejarah sepanjang masa. Ia membawa obor tranformasi dari kehidupan kegelapan menuju cahay terang. Ia mengantarkan masyarakat yang kacau menjadi masyarakat yang terbimbing dan terdidik, lebih- lebih melepaskan bangsa Arab dari kemusyrikan menuju tauhid. Ia adalah Nabi Muhammad SAW yang terkenal sebagai pembawa risalah yang rahmatallil’alamin. Periode Rasulullah SAW merupakan masa cikal bakal pembentukan peradapan Islan. Peradapan Islam dibangun dengan menjadikan agama Islam sebagai dasr pembentukannya. Dalam masa ini, diuraikan dinamika yang terjadi pada masyarakat muslim dalam upaya merintis penegakkan risalah Islam disekitar Jazirah Arab sebagai pandangan hidup baru masyarakat.[1]
    II.            RUMUSAN MASALAH
            1. Bagaimanakah Peradapan Arab Pra Islam ?
            2. Bagaimanakah Peradapan Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw ?
 III.            PEMBAHASAN
A.    Peradapan Arab Pra- Islam
1.      Kondisi Geografi Jazirah Arab
   Jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi atau tepatnya 1.745.900 km merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab. Akan tetapi bangsa Arab juga mendiami daerah-daerah sekitar Jazirah. Tanah Arab dinamai dengan Pulau Gundul karena tanah Arab merupakan suatu tanah semenanjung yang kurang subur dan terdapat banyak gunung batu. Ada beberapa sungai yang dinamai wadi dengan  aliran yang tidak tetap dan lembah-lembah berair di musim hujan.
   Jazirah Arab berbentuk empat persegi panjang, yang sisi-sisinya tidak sejajar. Disebelah barat berbatasan dengan Laut Merah dan gurun Sinai, sebelah timur bebatasan dengan Teluk Arab (Persia), sebelah selatan dengan Laut India, dan sebelah utara dengan gurun (padang pasir) Irak dan Syiria.[2]
2.      Silsilah Bangsa Arab Pra-Islam
Bangsa Arab hidup berpindah-pindah (nomaden) karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan bangsa Arab dari satu tempat ke tempat lain mengikuti tumbuhnya stepa dipadang rumput yang tumbuh secara sporadis di tanah Arab. Padang rumput diperlukan oleh bangsa Arab yang disebut juga Badawi, Badawah, Badui, untuk menggembalakan ternak mereka berupa domba, unta, dan kuda sebagai binatang unggulannya. Penduduk Arab tinggal di kemah-kemah dan hidup berburu untuk mencari nafkah, bukan bertani dan berdagang yang tidak diyakini sebagai kehormatan bagi mereka. Wilayah Arab ini subur dalam menghasilkan bahan perminyakan.[3]
Para penulis klasik membagi negeri itu menjadi Arab Felix, Arab Petra, dan Arab Gurun, ini didasarkan atas pembagian wilayah itu kedalam tiga kekuatan politik pada abad pertama masehi yakni kawasan yang secara nominal berada dalam kendali persia. Arab Felix meliputi bagian semenanjung Arab, yang kondisinya tidak banyak diketahui. Arab Petra (gunung batu) berpusat didataran Sinai dan kerajaan Nabasia dengan ibukota Petra. Arab gurun meliputi gurun pasir Suriah-Mesopotania (badiyah).
Ungkapan orang-orang Arab pertama kali digunakan dalam literatur Yunani oleh Aeschylus (525-456 S:M) yang merujuk pada para perwira tinggi Arab yang ikut dalam barisan angkatan perang Xerxes. Semenanjung Arab adalah sebuah negeri yang sangat makmur dan mewah. Arab merupakan negeri tempat tumbuhnya tanaman penghasil wewangian dan rempah-rempah lainnya. Ciri bangsa Arab yang paling memikat para penulis barat ialah ciri yang terakhir (terutama minyak). Watak orang-orang Arab yang independen telah menjadi bahan pujian dan kekaguman para penulis Eropa sejak masa lalu hingga saat ini. Itulah asal-usul bangsa Arab yang memiliki ciri karakteristik yang unik dan istimewa.[4]
Wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam, orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah Arab padahal bangsa Arab juga mendiami daerah-daerah disekitar jazirah. Jazirah Arab merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar yakni bagian tengah dan bagian pesisir. Di sana tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang hanya adalah lembah-lembah berair dimusim hujan. Sebagian besar daerah jazirah Arab adalah padang pasir sahara yang terletak di tengah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda. Karena itu, ia dibagi menjadi tiga bagian yaitu :[5]
a.       Sahara langit, memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari  timur ke barat, disebut juga sahara Nufud.
b.      Sahara Selatan, yang membentang menyambung sahara langit ke arah timur sampai selatan persia.
c.      Sahara Harrat, suat daerah yang terdiri atas tanah Hat yang berbatu hitam bagaikan terbakar.
Penduduk Sahara minoritas terdiri atas suku-suku Badui yang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain untuk mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka yaitu kambing dan unta. Adapun daerah pesisir bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan selembar pita yang mengelilingi jazirah. Bila di lihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qathaniyun (keturunan Qahthan) dan ‘Adnaniyun (keturunan Ismail dan Ibrahim).
Masyarakat baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Bebrapa kelompok kabilah membentuk suku (trile) dan dipimpin oleh seorang syekh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Oleh karena itu, peperangan antar suku sering terjadi. Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang Arab.
Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan bangsa Arab tidak berkembang. Ahmad Syalabi menyebutkan, sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama islam.[6] Pengetahuan itu diperoleh melalui syair-syair yang beredar di kalangan para perawi syair.
3.      Asal Usul Bangsa Arab
Menurut rumpun bangsa, bangsa Arab merupakan bangsa Semit (Samiyah) keturunan Syam bin Nuh yang dibagi menjadi Dua kelompok besar yaitu Arab Baidah dan Arab Baqiyah. Arab Baqiyah terbagi atas Arab Aribiah dan Arab Muata’ribah (Muta’arribah).[7]
a.       Arab al-ba’idah yaitu bangsa Arab yang telah lama musnah dan tidak mungkin lagi ditemukan detail-detail mengenai sejarahnya, contohnhya: Kaum Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq, Umaim, Jurhum, Hadhur, Wabar, Abil, Jasim, Hadhramaut, dan lain-lain . Mereka inilah yang termasuk rumpun bangsa Semit.
b.      Arab al-Arabiah (Aribiah), yaitu bangsa Arab yang merupakan keturunan Ya’rub bin Yasjub bin Qahthan. Arab Arabiah (Aribiah) merupakan persebaran dari nenk moyang Yamaniyah (Yaman) atau yang disebut juga Arab Qahthaniyah. Yang termasuk diantaranya suku Jumhur, Kahlan, dan Himyar.
c.      Arab musta’ribah, yaitu bangsa Arab yang merupakan keturunan ismailiyah atau keturunan Ismail bin Ibrahim yaitu keturunan Ismail bin Ibrahim yaitu keturunan Ibrani yang lahir dan besar di Makkah. Mereka juga dikenal dengan nama Arab Adaniyah karena salah satu keturunan Nabi Ismail yang bernama Adnan. Keturunan Adnan ini yang melahirkan suku Quraisy.
4.      Kebudayaan bangsa Arab Pra Islam
Wilayah Timur Tengah menurut Ali Mufrodi meliputi Turki, Iran, Israel, Libanon, Yordania, Syiria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan Teluk Persia.[8] Turki yang berbudaya Turki dan Iran yang berbudaya Persia tidak dianggap berkebudayaan Arab karena memiliki kebudayaan sendiri-sendiri demikian juga Mesir yang sudah memiliki budaya Firaun, sedangkan yang masuk kawasan kebudayaan Arab terdiri dari Timur Tengah Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libia. Yang menurut Haekal antara budaya dan peradaban tersebut tidak pernah saling mempengaruhi perkembangannya kecuali setelah adanya akulturasi dan asimilasi dengan peradaban Islam.
Orang-orang arab sebelum islam telah mengalami periode-periode kemajuan dengan adanya kerajaan-kerajaan sehingga hasil budaya mereka didapati beberapa bekasnya yang dapat di bagi kepada :
a.       Budaya materil yang sangat terkenal adalah: bendungan Ma'rib di Yaman dari kerajaan saba dan begitu juga bekas-bekas kerajaan Tsamud, Aad dan kaum Amalika.
b.      Budaya non material, sangat banyak juga yang terkenal, di antaranya, syair-syair bangsa arab yang terkenal dengan cerita-cerita tentang keturunan dan keahlian dalam membuat patung, keahlian mereka dalam bersyair sebenarnya karena mereka dapat mengetahui bangsa yang halus dan menarik dengan bahasa yang indah mereka dapat mewariskan amtsai (pepatah arab) dan pepatah itu merupakan kata-kata orang bijak seperti Luqman
Di samping budaya yang didapat dari bangsa Arab sebelum Islam, mereka terkenal terikat dengan Tahayul dan adat istiadat yang melembaga diturunkan turun temurun. Tahayul dan adat istiadat ini bertumpu kepada kepercayaan Watsaniyah. Mereka percaya hantu dan Roh jahat. Mereka juga percaya kepada kahin (tukang tenun, ramal). Mereka juga meyakini kejadian-kejadian alam yang halus. Misalnya, kalau terjadi sesat di jalan, hendaklah dibalikkan baju supaya dapat petunjuk.
Meskipun belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada saat itu tidak mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal kemahirannya dalam bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat kaya sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di bidang bahasa merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam.
5.      Peradapan Arab Pra Islam
Peradaban Arab adalah akibat pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih dahulu maju daripada kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh itu masuk ke jazirah Arab melalui beberapa jalur yang terpenting di antaranya adalah :
a.      Melalui hubungan dagang dengan bangsa lain,
b.      Melalui kerajaan-kerajaan protektorat, hirah, dan ghassan,
c.      Masuknya misi yahudi dan kristen.
Melalui jalur perdagangan, bangsa Arab berhubungan dengan bangsa-bangsa Siria, Persia, Habsyim Mesir (Qibthi), dan Romawi yang semuanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme. Penganut agama yahudi juga banyak mendirikan koloni di jazirah Arab, yang terpenting di antaranya adalah Yatsrib.
Walaupun agama yahudi dan kristen sudah masuk ke Jazirah Arab, bangsa Arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka yaitu percaya pada banyak dewa, yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung.
Orang-orang Arab adalah orang yang bangga, tetapi sensitif. Kebanggaan itu disebabkan bahwa bangsa Arab memiliki sastra yang terkenal; kejayaan sejarah Arab, dan mahkota bumi pada masa klasik dan bahasa Arab sebagai bahasa ibu yang terbaik di antara bahasa-bahasa lain di dunia. Beberapa sifat lain bangsa Arab pra-islam adalah sebagai berikut :
1)      Secara fisik, mereka lebih sempurna dibanding orang-orang eropa dalam berbagai organ tubuh.
2)      Kurang bagus dalam pengorganisasian kekuatan dan lemah dalam penyatuan aksi.
3)      Faktor keturunan, kearifan, dan keberanian lebih kuat dan berpengaruh.
4)      Mempunyai struktur kesukuan yang diatur oleh kepala suku atau clan.
5)      Tidak memiliki hukum yang reguler, kekuatan pribadi, dan pendapat suku lebih kuat dan diperhatikan.
6)     Posisi wanita tidak lebih baik dari binatang, wanita dianggap barang-barang dan hewan ternak yang tidak mempunyai hak. Setelah menikah, suami sebagai raja dan penguasa.
Dalam bidang hukum, Musthafa Sa’id Al-Khinn sebagaimana dikutip oleh Jaih Mubarok menyebutkan bahwa bangsa Arab pra-Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai bentuknya. Dalam perkawinan, mereka mengenal beberapa macam perkawinan, di antaranya :
a.       Istibadha yaitu seorang suami meminta kepada istri untuk berjimak dengan laki-laki yang dipandang mulia atau memiliki kelebihan tertentu, seperti keberanian dan kecerdasan.
b.       Poliandri yaitu beberapa laki-laki berjimak dengan seorang perempuan.
c.       Maqthu’ yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah bapaknya meninggal.
d.      Badal yaitu tukar menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu dengan tujuan untuk memuaskan hubungan seks dan terhindar dari bosan.
e.       Shighar yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara permpuannya kepada seorang laki-laki tanpa mahar.[9]
B.     Peradapan Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw
1.      Periode Mekah         
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ  
Hai orang yang berkemul (berselimut) (1) bangunlah, lalu berilah peringatan!(2) dan Tuhanmu agungkanlah! (3).” (QS. Al-Muddatstsir: 1-3).
Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulakn bahwa Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu untuk menyebarkan agama Islam melalui dakwah. Dakwah pertama beliau dilakukan secara sembunyi-sembuyi. Orang yang pertama kali percaya kepada kenabian dan kerasullan Nabi Muhammad adalah Khadijah istrinya, sedangkan dari kalangan laki-laki yang pertama masuk islam adalah Abu bakar As-Syidiq, selanjutnya dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib.
Setelah selesai dakwah secara sembunyi-sembunyi maka Alloh memerintahkan nabi Muhammad untuk berdakwah secara terang-terangan lewat surat Al-Hijr 94 :
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ  
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS.Al-Hijr: 94)
Berdasarkan ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa Alloh mengutus Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakn dakwah secara terang-terangan. Setelah mendengarkan perintah dari Alloh tersebut maka Nabi Naik ke bukit shafa kemudian menyeru kaumnya untuk berkumpul. Ketika kaumnya sudah berkumpul Nabi berkata kepada mereka “apakah kalian akan membenarkan apa yang akan aku kabarkan kepada kalian?” mereka menjawab, “ya kami tidak pernah menjumpai anda berbohong sejak kecil hingga hari ini.” Nabi berkata “selamatkanlah diri kalian semua dari neraka.” Sesungguhnya aku memperingatkan kalian semua tentang siksa yang amat pedih. “berkatalah paman Nabi Abu Lahab” celaka lah engkau hai Muhammad! Untuk itukah kau mengumpulkan kami semua. Bardasarkan cerita tersebut kita telah mengetahui bahwa pada masa ini dimulailah dakwan Nabi secara terang-terangan yang dilaksanakan kurang lebih selama sepuluh tahun lamanya. Dan peristiwa tersebut yang melatarbelakangi turunnya surat Al-Lahab.[10]
2.      Periode Madinah
Selama tiga belas tahun di Mekah Beliau dipersulit dan dihalang-halangi oleh kaum quraisy untuk melakukan dakwah secara terang-terangan peristiwa tersebut yang melatarbelakangi keputusan Nabi untuk hijrah ke Madinah yang diikuti oleh kaum Muhajirin. Setelah sampai ke Madinah Nabi beserta rombongan kaum Muhajirin disambut oleh kaum Anshar dengan perasaan gembira. Dari peristiwa ini dimulailah dakwah-dakwah Nabi secara terang-terangan serta memunculkan peradaban-peradaba baru didaerah tersebut seperti:
3.      Pembangunan Masjid Nabawi
   Nabi Muhammad membangun masjid Nabawi tepat dimana unta tunggangan Rosululloh berhenti. Tujuan dibangunnya masjid tersebut selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat berkumpul dan bertemu. Dan juga masjid berperan besar dalam menyatukan umat muslim dari berbagai suku dan mempersatukan jiwa mereka serta tempat bermusyawarah dalam merundingkan persoalaan yang dihadapi. Pada masa Nabi masjid tersebut dijadikan tempat pemerintahan.          
4.      Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar
Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar tersebut dilaksanakan Rasulullah berdasarkan agama bukan berdasarkan pertalian darah.
5.      Kesepakatan untuk saling membantu antara kaum Muslimin dan Non- Muslimin
Dalam kesepakatan tersebut Rasulullah bertujuan supaya antara kaum muslimin dan non-muslim bisa hidup rukun dimana kaum non- muslim harus membayar fidyah kepada kaum muslim untuk menjamin keamanan mereka disebabkan mereka tidak mau masuk Islam.
6.      Peletakan asas-asas politik, ekonomi, dan social
Dasar berpolitik Nabi antara lain, berdasarkan prinsip keadilan yang harus dijalankan tanpa pandang bulu. Prinsip egaliter atau kesamaan derajat antara manusia dimana yang membedakaan derajat tersebut adalah ketakwaan kepada Allah semata. Selain itu juga bertujuan untuk memecahkan masalah atau persoalaan umat maka dipeganglah prinsip musyawarah.[11]
 IV.            KESIMPULAAN
             Berdasarkan penjelasan dalam pemaparan disetiap rumusan masalah dapat kita ketahui bahwa peradaban sebelum masa Nabi Muhammad berbeda dengan peradaban  pada masa Nabi Muhammad yang terjadi di Makkah dan Madinah. Dimana pada masa sebelum Nabi Muhammad peradaban bangsa Arab jauh dari syari’at Islam, sedangkan pada masa Nabi Muhammad kaum Arab mulai diperkenalkan ajaran-ajaran Islam yang tentunya jauh lebih baik dari pada sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Pustaka Al-husna), 1983.
Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradapan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book   Publisher), 2007.
Khoriyah, M.Ag, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam hingga Dinasti-   dinasti Islam, ( Yogyakarta : Penerbit Teras), 2012.
Mufrodi,  Ali, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, ( Jakarta : Logos), 1997.
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung :Pustaka Setia, ), 2008.













     
             


                [1] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradapan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher) hlm: 49.
                [2] Khoriyah, M.Ag, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam, ( Yogyakarta : Penerbit Teras) hlm 5.
                [3] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Pustaka Setia, Bandung  2008)  hlm 47

                [4] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Pustaka Setia, Bandung 2008) hlm 49

                [5] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Pustaka Setia, Bandung 2008) hlm 49
                [6] A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Pustaka Al-husna,Jakarta 1983)  hlm 29.
                [7] Khoriyah, M.Ag, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam, ( Yogyakarta : Penerbit Teras) hlm 8
                [8] Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, ( Jakarta : Logos 1997). Hlml 3-4

                [9] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,(Pustaka Setia, Bandung, 2008) hlm 55-56

                [10] Umar Abdul Jabbar, Muhammad Penerang Dunia sejarah singkat muhammad, (Yogyakarta:Penerbit Bangkit, 2010), hlm. 12-16.
                [11] Khoriyah, M.Ag, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam, ( Yogyakarta : Penerbit Teras) hlm 39-40

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More